Cerita Warga Saat Awan Erupsi Gunung Semeru Terjang Rumahnya

Photo of author

By AdminTekno

Raut kesedihan mendalam tak bisa disembunyikan Nisman, seorang warga lansia dari Desa Supiturang, ketika ia duduk termangu di posko pengungsian SDN Supiturang 4, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, pada Kamis (20/11). Bersama sejumlah warga desanya, ia harus menelan pil pahit kenyataan bahwa rumah mereka luluh lantak diterjang awan panas guguran (APG) erupsi Gunung Semeru yang dahsyat sehari sebelumnya, Rabu (19/11). Bencana alam ini tidak hanya merenggut tempat tinggal mereka, tetapi juga memupus sumber penghidupan utama, yakni sejumlah hewan ternak yang turut tertimbun material vulkanik.

“Kena material vulkanik, rumah habis, sama kambing hewan ternak,” tutur Nisman dengan suara lirih, mengulang kepedihannya saat ditemui di posko tersebut.

Nisman mengenang detik-detik mengerikan sebelum material vulkanik menghantam kediamannya di Dusun Sumbersari, Desa Supiturang. Sebuah suara gemuruh yang begitu kencang sempat memecah keheningan, menjadi pertanda awal datangnya petaka. Tanpa membuang waktu, ia dan keluarganya segera bergegas menyelamatkan diri, berlari sekuat tenaga menuju SDN Supiturang 4 yang dinilai menjadi tempat teraman.

“Seperti abu bergemuruh. Ya (saat itu) di rumah. Lari ke sini (SDN Supiturang 4). Berlari sendiri-sendiri,” kenangnya, menggambarkan kepanikan dan upaya penyelamatan diri yang terpencar di tengah ancaman.

Kisah pilu serupa turut dibagikan oleh Sugiha, warga Dusun Sumbersari, Desa Supiturang lainnya. Ia mengaku sempat menyaksikan langsung gumpalan awan panas guguran meluncur deras dari puncak Gunung Semeru, menyerupai gulungan abu panas yang pekat dan mengancam.

“Seperti abu panas bergulung-gulung, (posisi) ya di rumah,” ujar Sugiha, memberikan gambaran visual tentang dahsyatnya pemandangan itu dari kediamannya sesaat sebelum bencana tiba.

Sama seperti Nisman, Sugiha juga harus menghadapi kenyataan pahit. Rumahnya kini telah tertimbun sepenuhnya oleh material vulkanik. Jangankan harta benda, bahkan barang-barang penting pun tak ada satu pun yang berhasil diselamatkan dari amukan Gunung Semeru. “Habis. Ada yang tertimbun, ada yang habis. Enggak ada (yang diselamatkan), enggak bisa diambil, tertimbun semua,” katanya, mengisyaratkan kerugian total yang ia alami akibat dampak erupsi.

Sesaat sebelum insiden erupsi itu terjadi, Sugiha beserta seluruh anggota keluarganya juga langsung bertindak cepat, menyelamatkan diri dengan berlari menuju SDN Supiturang 4. Mereka bersyukur bisa mengungsi tepat waktu. “Anggota keluarga ikut ngungsi lari ke sini jam 3 itu. Kalau malam ya banyak korban,” pungkasnya, merefleksikan betapa mengerikannya bencana itu jika terjadi di kegelapan malam, yang kemungkinan besar akan menelan lebih banyak korban jiwa.

Leave a Comment