KemenPU Segera Perbaiki Jalan-Jembatan Rusak Akibat Bencana di Aceh & Sumatera

Photo of author

By AdminTekno

Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menegaskan komitmennya untuk mempercepat penanganan kerusakan infrastruktur vital pascabencana banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat pada akhir November 2025. Peristiwa alam tersebut telah menyebabkan lumpuhnya sejumlah akses dan merusak fasilitas publik di ketiga provinsi.

Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PU, Roy Rizali Anwar, mengungkapkan bahwa langkah-langkah penanganan darurat telah langsung diimplementasikan secara sigap di seluruh lokasi yang terdampak parah. Prioritas utama adalah memulihkan konektivitas dan memastikan keselamatan masyarakat.

“Balai langsung bergerak, semua bekerja. Lakukan semaksimal mungkin. Apa yang bisa dilakukan beberapa set dikerjakan. Alat diturunkan semaksimal mungkin, secepat mungkin yang bisa dilakukan. Itu yang dilakukan,” tegas Roy di Kompleks Parlemen, Senayan, dalam keterangannya yang dikutip pada Rabu (3/12). Pernyataan ini menunjukkan keseriusan dan kecepatan respons Kementerian PUPR.

Secara spesifik, Roy merinci kondisi kerusakan di Aceh, yang mencatat jumlah jembatan rusak terbanyak. Di provinsi paling barat Indonesia itu, terdapat 27 titik banjir, 59 titik longsor, 22 titik jembatan yang rusak dan terputus, serta 3 titik jalan yang amblas, menuntut upaya perbaikan yang intensif.

Sementara itu, Sumatera Utara menghadapi 20 titik banjir, di mana 16 di antaranya telah berhasil ditangani. Selain itu, 113 titik longsor telah diidentifikasi, dengan 80 akses kini kembali fungsional, namun 30 titik lainnya masih belum dapat dilalui. Sejumlah ruas jalan di Sumatera Utara juga masih memerlukan penanganan lanjutan untuk memastikan pemulihan total.

Di Sumatera Barat, dampak bencana tak kalah signifikan. Provinsi ini mengalami 15 titik banjir dan 73 titik longsor, di mana 54 di antaranya sudah tertangani, 6 sedang dalam proses perbaikan, dan 13 akses masih terisolasi. Selain itu, 23 titik pohon tumbang berhasil dibersihkan (21 di antaranya telah tertangani), serta lima titik infrastruktur jembatan yang krusial masih dalam tahap penanganan oleh pihak terkait.

“Semua ini khusus di jalan nasional ya jadi kita menangani untuk jalan nasional,” jelas Roy, menggarisbawahi fokus penanganan Kementerian PU pada jaringan jalan vital tersebut.


Dalam situasi darurat, Roy menjelaskan bahwa pembiayaan penanganan dapat langsung diakses dan digunakan di lapangan tanpa harus menunggu proses administrasi yang panjang. Fleksibilitas ini sangat penting untuk respons cepat pascabencana.

“Kalau kondisi darurat, semua anggaran bisa digunakan. Jadi anggaran untuk pekerjaan di sekitar lokasi yang memang bisa dimaksimalkan untuk penanganan bencana akan ditangani,” terangnya. Pendekatan ini memastikan bahwa dana tidak menjadi hambatan dalam upaya pemulihan.

“Jadi tidak ada proses yang harus duitnya dulu dikeluarkan. Tapi prosesnya laksanakan dulu perbaikan semua, laksanakan penanganan semua, nanti setelah selesai bisa dilakukan audit baru dibayar atau bayar dulu baru nanti akan dilakukan audit,” sambungnya, menjelaskan mekanisme pembayaran yang mempercepat tindakan di lapangan.

Demi percepatan pembukaan konektivitas dan pemulihan akses, Kementerian PU juga aktif melibatkan BUMN pekerjaan konstruksi. Kolaborasi ini bertujuan untuk mengatasi titik-titik akses yang terputus di ketiga provinsi tersebut, mengoptimalkan sumber daya dan keahlian yang tersedia.

Kerusakan Jalan Tol Relatif Ringan

Di kesempatan yang sama, Menteri PU Dody Hanggodo turut memberikan perspektif mengenai kondisi infrastruktur jalan tol. Ia menyatakan bahwa kerusakan yang terjadi pada jalan tol secara umum relatif lebih ringan dibandingkan dengan jalan kabupaten dan provinsi.

“Sebenarnya kalau jalan tol enggak terlalu serusak jalan kabupaten, jalan provinsi karena memang betul terdampak, tapi kemudian bisa dengan cepat *diberesin* karena enggak terlalu (parah),” ucap Dody. Hal ini mengindikasikan ketahanan jalan tol yang lebih baik dalam menghadapi bencana.

Dody juga menyampaikan optimisme terkait waktu perbaikan. Ia menyebutkan bahwa masa perbaikan akibat bencana di tiga wilayah tersebut diperkirakan akan rampung dalam waktu singkat, yakni sekitar satu atau dua hari ke depan.

Meskipun demikian, Dody Hanggodo menekankan bahwa nilai kerugian infrastruktur akibat bencana di Pulau Sumatera tetap signifikan. “Waduh besar, terutama yang di Sumatera Utara ya besar, besar,” katanya, mengindikasikan bahwa meskipun perbaikan cepat, dampak finansial yang ditanggung akibat bencana ini tidaklah kecil.

Leave a Comment