Ketua DPR RI, Puan Maharani, menyoroti pentingnya evaluasi mendalam terhadap metode penyaluran bantuan bagi korban bencana banjir bandang di Sumatera yang dilakukan dengan cara dilemparkan dari pesawat terbang atau airdrop. Menurutnya, pendekatan ini memerlukan kajian serius agar bantuan kemanusiaan yang disalurkan tidak rusak dan pada akhirnya tidak memberikan manfaat optimal.
Puan menjelaskan bahwa banyak wilayah yang akses jalurnya terputus, sehingga distribusi melalui udara menjadi pilihan. “Namun kemudian cara pemberiannya mungkin dianggap kurang efektif atau kurang baik. Karena itu juga perlu dievaluasi yang sebaik-baiknya,” tegas Puan di DPR pada Rabu (3/12). Ia menekankan urgensi memastikan setiap bantuan benar-benar mencapai tujuannya. “Jadi jangan sampai bantuan yang datang pun kemudian tidak bisa bermanfaat bagi para korban,” tambahnya.
Beliau menilai bahwa hal ini harus menjadi perhatian utama agar manfaat dari bantuan yang telah disalurkan dapat dirasakan secara maksimal oleh para korban bencana. Ini merupakan langkah krusial dalam upaya penanganan bencana yang efektif. “Jadi ini yang sebaiknya kita pikirkan langkah-langkah yang terbaik bagi masyarakat yang terdampak, bagi wilayah yang terkena bencana tersebut,” ucap Puan.
Lebih lanjut, Ketua DPR RI ini menegaskan komitmen kerja sama antara legislatif dan eksekutif. “Jadi antara pemerintah dan DPR insyaallah kita selalu berkomunikasi untuk bersinergi untuk bisa mendapatkan jalan yang terbaik dalam bisa segera mengentaskan terkait dengan bencana ini,” ujarnya, menunjukkan kolaborasi untuk menemukan solusi terbaik.
Sebagai konteks, bencana banjir bandang dan longsor parah telah melanda sejumlah daerah di Sumatera Utara, Sumatera Barat, hingga Aceh pada akhir November lalu. Per hari ini pukul 15.30 WIB, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 804 orang tercatat hilang, dan 657 orang lainnya juga dilaporkan hilang akibat peristiwa tersebut.
Sementara itu, beberapa daerah terdampak sempat mengungkapkan keluhan mereka mengenai bantuan yang tak kunjung tiba, menambah daftar tantangan dalam upaya pemulihan pascabencana.
