Pergerakan dana asing senantiasa menjadi sorotan utama di pasar keuangan domestik Indonesia, dengan tekanan yang signifikan terasa sepanjang tahun 2025. Hingga memasuki awal September, total penarikan modal asing dari Indonesia telah mencapai nilai fantastis, yakni puluhan triliun rupiah.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merilis data bahwa sepanjang tahun berjalan hingga September 2025, pasar modal Indonesia mencatat aksi jual bersih atau net sell oleh investor asing mencapai Rp 50,95 triliun. Namun demikian, OJK dengan tegas menyatakan bahwa optimisme dan keyakinan investor global terhadap fundamental serta prospek ekonomi nasional Indonesia tetap kuat dan terjaga.
Indikator positif hadir pada bulan Agustus, di mana Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, menyoroti kembalinya aliran modal asing sebagai sinyal penting. Setelah dua bulan berturut-turut didominasi oleh aksi jual, investor asing kembali mencatatkan inflow atau pembelian bersih sebesar Rp 10,96 triliun pada periode tersebut.
Dalam konferensi pers RDKB OJK pada Kamis (4/9), Inarno Djajadi lebih lanjut menjelaskan, “Meskipun secara year to date kami mencatat net sales sebesar Rp 50,95 triliun, fenomena ini justru merefleksikan peningkatan kepercayaan global terhadap prospek ekonomi Indonesia yang terus membaik.”
Namun demikian, mood pasar tidak sepenuhnya seragam. Sejalan dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia (BI) pada pekan pertama September mencatat adanya arus keluar bersih modal asing dari pasar keuangan domestik senilai total Rp 16,85 triliun. Angka ini terperinci dari penjualan bersih di pasar saham sebesar Rp 3,87 triliun, Surat Berharga Negara (SBN) Rp 7,69 triliun, serta Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) Rp 5,29 triliun.
Ramdan Denny Prakoso, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, pada Sabtu (6/9) menjelaskan, “Berdasarkan data transaksi 1-3 September 2025, investor nonresiden atau asing tercatat melakukan jual neto sebesar Rp 16,85 triliun.” Pernyataan ini menegaskan tren penarikan modal yang terjadi di awal bulan.
Secara kumulatif sejak awal tahun hingga 3 September 2025, data menunjukkan bahwa investor asing telah menarik dana yang signifikan dari pasar saham sebesar Rp 51,78 triliun dan dari instrumen SRBI sebesar Rp 106,38 triliun. Kendati demikian, tidak semua segmen mengalami penarikan; aliran modal asing justru mencatatkan net inflow atau pembelian bersih yang substansial di pasar Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 68,02 triliun, menunjukkan preferensi tertentu di tengah fluktuasi.
Dampak dari tekanan pasar ini tidak hanya terbatas pada angka-angka transaksi, melainkan turut tercermin pada pergerakan indikator risiko dan nilai tukar. Tercatat, biaya lindung nilai risiko kredit atau Credit Default Swaps (CDS) untuk tenor 5 tahun mengalami kenaikan ke level 71,57 basis poin. Di saat yang sama, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga menunjukkan pelemahan tipis, mencapai Rp 16.430 per dolar AS pada penutupan perdagangan Kamis (4/9).
Meskipun menghadapi gejolak, OJK tetap optimistis dan menegaskan bahwa daya tarik pasar Indonesia masih sangat tinggi. Hal ini dibuktikan oleh pertumbuhan solid industri pengelolaan investasi dan peningkatan signifikan pada total dana kelolaan (Asset Under Management/AUM) yang mencapai Rp 885,95 triliun pada Agustus. Sementara itu, Bank Indonesia (BI), sebagai penjaga stabilitas moneter, memberikan jaminan akan terus mengupayakan stabilitas pasar keuangan.
Denny Prakoso memungkasi pernyataannya dengan menekankan komitmen Bank Indonesia: “Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi erat dengan pemerintah dan otoritas terkait lainnya, serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan yang komprehensif. Upaya ini bertujuan untuk mendukung dan memperkokoh ketahanan perekonomian eksternal Indonesia di tengah dinamika global.”