
Keluarga mendiang Ilham Pradipta, kepala cabang bank berusia 37 tahun yang menjadi korban pembunuhan, dengan saksama mengikuti jalannya rekonstruksi kasus pembunuhan di Mapolda Metro Jaya siang ini. Dari rangkaian adegan yang diperagakan oleh 17 tersangka, pihak keluarga semakin meyakini bahwa insiden tragis ini merupakan tindakan pembunuhan berencana yang telah direncanakan dengan matang.
Taufan Maulana, kakak kandung Ilham Pradipta, menegaskan keyakinan keluarga tersebut kepada awak media di Polda Metro Jaya pada Senin (17/11). Menurutnya, salah satu indikator kuat adanya unsur perencanaan adalah ketiadaan upaya penyelamatan sama sekali terhadap korban. “Sangat sulit untuk menyangkal adanya unsur mens rea dalam kasus ini. Hal ini terlihat dari adanya rangkaian perencanaan yang matang dan panjang, serta tidak adanya upaya penyelamatan sama sekali kepada almarhum adik kami,” ungkap Taufan dengan nada tegas, menyoroti niat jahat yang mendasari tindakan para pelaku.

Taufan melanjutkan, fakta lain yang memperkuat dugaan pembunuhan berencana adalah skenario para pelaku yang diawali dengan tindakan penculikan, sebelum kemudian berlanjut pada penganiayaan terhadap korban. “Dari awal hingga hari ini, kita semua dapat melihat bagaimana proses adik saya diculik kemudian dianiaya. Saya dapat memastikan bahwa 99 persen korban pasti akan meninggal dunia. Ini hanya soal bagaimana cara mereka menghilangkan nyawa adik saya,” jelasnya, menunjukkan betapa kejamnya perlakuan yang diterima Ilham Pradipta.
Melihat betapa terencananya kejahatan ini, keluarga mendesak agar para pelaku dijatuhi hukuman berat yang setimpal. Hukuman yang tegas diharapkan dapat memberikan efek jera, sehingga kasus serupa tidak terulang kembali di masa mendatang. “Apabila hukumannya ringan, maka kasus-kasus tragis seperti ini bisa saja terulang kembali menimpa siapa pun di kemudian hari. Ini tidak boleh terjadi,” tandas Taufan, mewakili suara keluarga yang mendambakan keadilan.
Secara keseluruhan, rekonstruksi kasus penculikan dan pembunuhan ini memperagakan sebanyak 57 adegan krusial. Adegan-adegan tersebut secara rinci menggambarkan detik-detik mengerikan ketika Ilham Pradipta diculik, mengalami penganiayaan brutal, hingga akhirnya dibuang dalam kondisi tak berdaya dan kemudian menghembuskan napas terakhirnya.