
FIFA berniat melaporkan kasus pemalsuan dokumen yang melibatkan tujuh pemain naturalisasi Timnas Malaysia ke penegak hukum di lima negara. Langkah tegas ini diambil menyusul penolakan banding yang diajukan oleh Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM).
Komite Banding FIFA secara rinci telah memaparkan alasan di balik penolakan banding FAM tersebut. Penjelasan lengkap ini disampaikan melalui pernyataan tertulis setebal 64 halaman yang dirilis pada Selasa (18/11/2025).
Sebelumnya, FIFA telah mengungkapkan bahwa FAM diduga memalsukan akta kelahiran leluhur para pemain naturalisasi Malaysia. Investigasi FIFA menemukan kejanggalan dalam dokumen yang diserahkan oleh FAM, yang mengklaim kakek-nenek para pemain tersebut lahir di Malaysia.
Namun, bukti-bukti konkret yang diperoleh langsung dari catatan sipil di Spanyol, Argentina, Brasil, dan Belanda secara meyakinkan menunjukkan bahwa dokumen-dokumen tersebut telah dipalsukan. Dokumen palsu inilah yang memungkinkan para pemain berhasil memperoleh paspor Malaysia dan kemudian mendapatkan izin untuk membela skuad Harimau Malaya.
FIFA Buka Potensi Hukuman Lebih Berat untuk Malaysia, FAM Masih Ngotot Banding ke CAS
Komite Banding FIFA kini telah merinci sejumlah alasan kuat yang mendasari penolakan banding dari FAM. Salah satu poin utamanya adalah dalih kesalahan teknis yang disampaikan oleh FAM, yang tidak hanya tidak bisa diterima, tetapi justru dianggap sebagai bentuk pengakuan atas pemalsuan dokumen yang terjadi.
Lebih lanjut, FIFA juga menyoroti kegagalan FAM dalam mengidentifikasi pihak-pihak yang bertanggung jawab atas praktik pemalsuan dokumen tersebut. Di sisi lain, ketujuh pemain yang terlibat diketahui menandatangani formulir yang menyatakan mereka telah tinggal di Malaysia selama 10 tahun tanpa verifikasi yang memadai. FIFA menilai tindakan ini sebagai kelalaian berat yang mengabaikan kewajaran profesional.
Komite Banding FIFA saat ini sedang memeriksa kasus ini secara menyeluruh, berdasarkan fakta dan bukti yang tersedia serta mempertimbangkan kasus-kasus relevan lainnya. Mereka menyatakan bahwa hukuman yang dijatuhkan kepada FAM dan ketujuh pemain berpotensi akan lebih berat dari sanksi awal. Bahkan, mengingat pemalsuan dokumen merupakan tindak pidana serius, FIFA berniat membawa kasus ini ke penegak hukum di lima negara terkait.
Satu Lagi Pemain Naturalisasi Palsu Keceplosan Sebut Sang Nenek Bukan dari Malaysia
FIFA akan melaporkan kasus pemalsuan ini untuk diselidiki lebih lanjut oleh penegak hukum di Brasil, Argentina, Belanda, Spanyol, dan tentu saja Malaysia. “Pemalsuan merupakan tindak pidana di yurisdiksi terkait, dan penting bagi pihak berwenang untuk diberitahu agar penyelidikan dan proses pidana yang tepat dapat dilakukan,” demikian bunyi pernyataan FIFA dalam alasan tertulisnya, menegaskan komitmen mereka terhadap integritas olahraga dan hukum.
Sebagai informasi, pada September lalu, Komite Disiplin FIFA telah menjatuhkan sanksi denda sebesar 350.000 franc Swiss kepada FAM. Ketujuh pemain yang terlibat juga tidak luput dari hukuman; mereka masing-masing didenda 2.000 franc Swiss dan diskors dari semua kegiatan terkait sepak bola selama 12 bulan. Para pemain tersebut adalah Gabriel Palmero, Facundo Garces, Rodrigo Holgado, Imanol Machuca, Joao Figueiredo, Jon Irazabal, dan Hector Hevel.
Menanggapi keputusan ini, FAM telah memulai upaya untuk membawa kasus ini ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS). Upaya pengajuan banding ke CAS ini disampaikan oleh Penjabat Presiden FAM, Datuk Mohd Yusoff Mahadi. Dalam pernyataannya, Yusoff Mahadi menegaskan, “FAM ingin menginformasikan bahwa kami telah menerima sepenuhnya alasan keputusan FIFA terkait penolakan banding FAM terkait status kelayakan tujuh pemain keturunan Malaysia.”
Ia menambahkan, “Sehubungan dengan hal ini, FAM akan memulai proses untuk membawa kasus ini ke CAS. FAM tetap berkomitmen untuk memperjuangkan hak-hak semua pemain yang memenuhi syarat untuk mewakili negara. FAM akan memastikan bahwa setiap tindakan diambil secara profesional, transparan, dan sesuai dengan jalur hukum yang berlaku,” tutup Yusoff, menunjukkan tekad FAM untuk terus membela kepentingannya.