
Gubernur Papua Mathius Fakhiri meminta maaf atas meninggalnya Irene Sokoy dan bayi yang dikandungannya. Irene meninggal dunia pada Senin (17/11) dini hari usai ditolak sejumlah rumah sakit di Kabupaten dan Kota Jayapura saat akan melahirkan.
“Kami meminta permohonan maaf kepada keluarga korban dan ini menjadi pembelajaran penting bagi pemda [Pemerintah Daerah, red.] untuk memperbaiki sistem secara berkelanjutan demi menghadirkan layanan kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat Papua,” kata Fakhiri di Jayapura, dikutip dari Antara, Minggu (23/11).
Fakhiri menuturkan peristiwa tersebut mencerminkan persoalan mendasar yang selama ini terjadi di Papua, yakni pengawasan yang lemah, kerusakan peralatan medis, hingga budaya pelayanan yang tidak mengutamakan keselamatan pasien. Maka itu ia akan melakukan evaluasi direktur rumah sakit yang berada di bawah kewenangan Pemprov.
“Kami akan mengambil langkah tegas agar kasus seperti ini tidak terulang dan hal ini juga telah dilaporkan kondisi tersebut kepada Menteri Kesehatan dan meminta dukungan pemerintah pusat mempercepat perbaikan sarana, tata kelola, serta standar pelayanan medis di Papua,” tuturnya.
Meninggal Dunia Usai Ditolak RS
Ipar Irene, Ivon Kabey, menjelaskan Irene dibawa dari Kampung Kensio menuju RS Yowari pada Minggu (16/11) siang untuk proses persalinan.
“Awalnya kami tiba di RSUD Yowari pukul 15.00 WIT dengan status pasien pembukaan enam dan ketuban pecah, tetapi proses persalinan tidak kunjung ditangani karena dugaan bayi berukuran besar, yakni empat kilogram,” kata Ivon dikutip dari Antara, Minggu (23/11).
Dia mengatakan keluarga meminta percepatan rujukan karena kondisi Irene semakin gelisah, tetapi surat rujukan baru selesai mendekati tengah malam, diikuti keterlambatan ambulans yang tiba pukul 01.22 WIT, Senin (17/11).
“Rujukan ke RS Dian Harapan dan RS Abe menolak karena ruangan penuh serta renovasi fasilitas,” katanya.
Setelah ditolak 3 RS, Irene kembali dirujuk ke RS Bhayangkara. Lagi-lagi Irene ditolak karena harus membayar uang muka terlebih dahulu sebesar Rp 4 juta. Saat itu keluarga tidak punya uang sebanyak itu.
“Lanjut kami ke RS Bhayangkara pasien tidak diterima tanpa uang muka Rp 4 juta,” ujarnya.
Karena tidak ada uang, Irene lalu kembali dirujuk ke RSUD Dok II Kota Jayapura. Namun Irene meninggal di perjalanan pukul 05.00 WIT.
“Sejak awal adik ipar saya tidak ditangani dengan baik, kami ke beberapa rumah sakit dan terus ditolak, sampai akhirnya adik saya meninggal dalam perjalanan bersama bayi yang dikandung,” katanya.
Penjelasan RSUD Yowari
RSUD Yowari di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua memastikan telah menangani pasien sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku.
Direktur RSUD Yowari drg. Maryen Braweri mengatakan pelayanan dokter spesialis kandungan di rumah sakit ini hanya ditangani satu dokter, dari dua dokter yang dimiliki.
“Kami memang memiliki dua dokter spesialis kandungan, tetapi salah satunya sedang pendidikan, sehingga saat ini hanya satu dokter yang menangani pelayanan kehamilan di RSUD Yowari,” kata Maryen.
Menurut Maryen, pihaknya telah menjalankan prosedur sesuai mekanisme yang seharusnya.
“Kami menangani pasien berdasarkan koordinasi perawat dengan dokter spesialis kandungan yang bertugas saat itu melalui sambungan telepon karena sedang tidak berada di Papua,” ujarnya.
Dia menjelaskan, pihak RSUD Yowari telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Papua, dan hasilnya tim akan melakukan investigasi terhadap kasus ini.