BAIS TNI Diamankan Brimob: Kronologi Salah Paham Saat Demo

Photo of author

By AdminTekno

Seorang intelijen dari Tentara Nasional Indonesia (TNI), yang teridentifikasi sebagai Mayor SS dari Badan Intelijen Strategis (BAIS), sempat diamankan oleh personel Brigade Mobil (Brimob) ketika insiden demo rusuh pecah di kawasan Pejompongan, Jakarta, pada Sabtu (30/8). Insiden ini kemudian menjadi perbincangan hangat di media sosial dengan berbagai narasi yang beredar.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Brigjen (Mar) Freddy Ardianzah, secara tegas membantah narasi yang menyebutkan keterlibatan Mayor SS dalam aksi provokasi atau penangkapan ilegal, menegaskan bahwa informasi tersebut adalah hoaks. Menurut Freddy, Mayor SS saat itu sedang menjalankan tugas negara untuk mengawasi jalannya demonstrasi.

“Personel BAIS TNI melaksanakan tugas intelijen sesuai dengan tugas pokoknya, yaitu melakukan deteksi dini dan cegah dini terhadap segala bentuk ancaman. Oleh karena itu, di mana pun situasi yang berpotensi mengancam, rekan-rekan kita dari intelijen pasti akan hadir di lokasi,” jelas Freddy di Mabes TNI, Jakarta Timur, pada Jumat (5/9). Ia menambahkan bahwa Mayor SS sedang bertugas di sektor flyover Slipi, Jakarta Barat, bersama dengan empat anggota lainnya.

Mabes TNI kemudian merilis kronologi detail terkait insiden tersebut untuk meluruskan fakta yang ada:

Pukul 15.25-17.05 WIB: Massa demonstran berhadapan dengan pasukan Brimob di area bawah jembatan flyover Slipi.

Pukul 17.05-22.00 WIB: Pasukan Brimob berhasil memukul mundur massa menuju Jalan Raya Pejompongan.

Pukul 22.00-22.30 WIB: Massa yang dipukul mundur terbagi menjadi dua kelompok besar, menyebar hingga pertigaan Pejompongan dan Benhil.

Pukul 22.30-23.15 WIB: Pasukan Brimob yang sebelumnya mengamankan area Benhil bergeser untuk memperkuat pasukan di Pejompongan. Mayor SS dan rekannya turut bergerak, mengikuti di belakang iring-iringan pasukan Brimob menuju Pejompongan.

Pukul 23.25 WIB: Mayor SS dan rekannya memonitor unjuk rasa di sekitar area pom bensin. Namun, karena pekatnya asap gas air mata, keduanya terpisah dengan jarak sekitar 50 meter.

Saat terpisah itulah insiden terjadi. “Pada saat terpisah, Mayor SS duduk di atas motor yang sedang parkir di lokasi pom bensin. Tiba-tiba, rombongan Brimob yang mengendarai sepeda motor patroli datang, dan yang tertua dari kelompok Brimob tersebut langsung menarik Mayor SS beserta anggotanya ke arah mobil taktis,” terang Freddy.

Terjadi percakapan antara anggota Brimob dan Mayor SS. “Dari Brimob, tertua mereka menyampaikan dengan nada suara tinggi, ‘Kamu itu ikut-ikutan demo!’ Kemudian dijawab oleh Mayor SS, ‘Saya tidak ikut demo, Pak.’ Lanjut Brimob, ‘Kamu ngapain kamu di sini kalau tidak ikut demo?’” jelas Freddy.

Mayor SS kemudian menjelaskan bahwa ia tengah melaksanakan tugas sebagai anggota BAIS untuk mengawasi demonstrasi. “’Mana? Kamu dari BAIS, kamu pakaian preman,’ kata anggota Brimob. Yang tertua dari Brimob kemudian memaksa personel BAIS tersebut menunjukkan identitasnya dengan suara keras, sehingga personel BAIS itu menunjukkan identitasnya,” imbuh Freddy.

Setelah identitasnya diverifikasi, personel Brimob itu melepaskan Mayor SS. “Selanjutnya, personel BAIS tersebut dilepas dari pegangan tertua Brimob. Mayor SS pun menyampaikan, ‘Maaf, Pak, saya dari tadi di belakang pasukan Brimob,’ sehingga alur perjalanannya dia tahu karena posisinya memang di belakang pasukan Brimob dan sedang melaksanakan tugas,” tambah Freddy.

Insiden tersebut berakhir dengan damai. “Selanjutnya saling berjabat tangan dan kartu tugas dikembalikan. Tertua Brimob langsung pergi bergabung ke pasukan Brimob lainnya,” ujar Freddy.

Freddy Ardianzah menyimpulkan bahwa insiden tersebut disalahpahami dan digunakan sebagai alat untuk menciptakan narasi negatif. “Jadi, itu kronologis yang terjadi. Setelah itu, yang muncul adalah, itu tadi yang saya sampaikan, bukan hanya framing negatif, ya. Tapi itu framing yang sarat dengan kebencian, karena langsung judulnya BAIS Provokator, BAIS Ditangkap Polri,” tandas Freddy, menegaskan bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan fakta.

#JagaIndonesiaLewatFakta kumparan mengajak masyarakat lebih kritis, berperan aktif, bijak, dan berpegang pada fakta dalam menghadapi isu bangsa, dari politik, ekonomi, hingga budaya. Dengan fakta, kita jaga Indonesia bersama.

Daftar Isi

Ringkasan

Seorang anggota BAIS TNI, Mayor SS, sempat diamankan Brimob saat demo rusuh di Pejompongan. Kapuspen TNI membantah narasi provokasi atau penangkapan ilegal, menyatakan Mayor SS bertugas mengawasi demonstrasi dan melaksanakan deteksi dini ancaman. Mabes TNI merilis kronologi detail insiden untuk meluruskan fakta yang ada.

Menurut kronologi, Mayor SS terpisah dari rekannya karena asap gas air mata dan diamankan Brimob karena dicurigai ikut demo. Setelah menunjukkan identitas dan menjelaskan tugasnya, Mayor SS dilepaskan. Kapuspen TNI menyimpulkan insiden tersebut adalah kesalahpahaman yang digunakan untuk menciptakan narasi negatif, seperti “BAIS Provokator”.

Leave a Comment