Mabes TNI Luruskan BAIS Diamankan Brimob Terkait Demo: Salah Narasi-Kronologi

Photo of author

By AdminTekno

Wacana hangat mengenai dugaan penangkapan anggota Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI oleh Brimob Polri di tengah demonstrasi di Jakarta pekan lalu telah menyebar luas dan memicu perbincangan publik. Menanggapi hal ini, Mabes TNI segera memberikan klarifikasi untuk meluruskan informasi yang beredar. Narasi yang viral di media sosial mengklaim bahwa anggota BAIS tersebut ditangkap lantaran bertindak sebagai provokator demo, bahkan sempat memperlihatkan Kartu Tanda Anggota (KTA) BAIS-nya kepada personel Brimob.

Namun, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Brigjen (Mar) Freddy Ardianzah, secara tegas membantah narasi tersebut. Ia membenarkan bahwa sosok dalam foto yang beredar adalah memang anggota BAIS TNI. “Terkait dengan anggota BAIS TNI ini, foto ini, bahwa foto ini memang benar, saya sampaikan. Bahwa foto ini memang benar adalah anggota BAIS TNI, karena sudah jelas di situ. Yang saya sangkal adalah narasinya,” ujar Brigjen Freddy saat memberikan keterangan pers di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, pada Jumat (5/9). Ia menekankan bahwa inti masalah bukanlah keberadaan anggota BAIS di lokasi, melainkan penyebaran informasi palsu.

“Karena narasi yang disampaikan itu ditangkap Polri, yang kedua adalah provokator, itu tidak benar,” tegasnya, menepis tudingan bahwa ada penangkapan oleh Polri atau keterlibatan anggota TNI dalam provokasi.

Brigjen Freddy menjelaskan bahwa anggota BAIS yang dimaksud adalah Mayor SS, yang pada saat kejadian, Sabtu (30/8), sedang menjalankan tugas pengawasan unjuk rasa di sekitar kompleks DPR RI. Mayor SS datang bersama rekan-rekannya, namun kemudian terpisah dari rombongan ketika massa demonstran di Jalan Raya Pejompongan dipukul mundur oleh aparat kepolisian.

Pada momen keterpisahan itulah Mayor SS berhadapan dengan petugas kepolisian. Ia segera menjelaskan status dan tugasnya, serta menunjukkan kartu identitas keanggotaan kepada personel Brimob yang bertugas. “Selanjutnya saling berjabat tangan dan kartu tugas dikembalikan dan yang tertua Brimob langsung pergi bergabung ke pasukan Brimob lainnya,” terang Freddy, menegaskan bahwa tidak ada insiden penangkapan melainkan sebuah kesalahpahaman yang cepat diselesaikan.

TNI sangat menyayangkan narasi yang tersebar luas adalah hoaks, dan melihat adanya upaya framing negatif yang disengaja. Narasi tersebut, menurut TNI, bertujuan untuk menciptakan benturan atau ketegangan antara dua institusi penegak keamanan negara, yaitu TNI dan Polri.

Kronologi Peristiwa pada Sabtu, 30 Agustus:

Brigjen Freddy juga menguraikan secara detail kronologi kejadian yang melibatkan Mayor SS pada hari Sabtu, 30 Agustus. Situasi unjuk rasa dimulai sekitar pukul 15.25 hingga 17.05 WIB, di mana massa berhadapan dengan pasukan Brimob di bawah jembatan flyover Slipi. Massa kemudian berhasil dipukul mundur oleh pasukan Brimob menuju Jalan Raya Pejompongan dari pukul 17.05 hingga 22.00 WIB.

Menjelang malam, sekitar pukul 22.00 hingga 22.30 WIB, massa yang dipukul mundur terpecah menjadi dua kelompok hingga pertigaan Pejompongan dan Benhil. Dari pukul 22.30 hingga 23.15 WIB, pasukan Brimob yang sebelumnya menghadapi massa di Benhil berpindah untuk memperkuat pasukan yang bergerak menuju Pejompongan. Pada saat itulah, Mayor SS dan rekan-rekannya turut bergerak mengikuti di belakang pasukan Brimob yang mengarah ke Pejompongan, tetap dalam misi pengawasan.

Puncak insiden terjadi pada pukul 23.25 WIB. Mayor SS dan rekannya sedang memonitor unjuk rasa di area pom bensin. Namun, karena adanya asap gas air mata, Mayor SS dan rekannya sempat terpisah dengan jarak sekitar 50 meter. Dalam kondisi terpisah itulah, Mayor SS duduk di atas sepeda motor yang terparkir di lokasi pom bensin. “Pada saat terpisah, Mayor SS duduk di atas motor yang sedang parkir di lokasi pom bensin, selanjutnya rombongan Brimob yang mengendarai sepeda motor patroli, tiba-tiba yang tertua di kelompok pasukan Brimob tersebut menarik Mayor SS dengan anggotanya dibawa ke arah mobil rantis,” jelas Freddy. Momen inilah yang menjadi latar belakang percakapan antara Mayor SS dan anggota Brimob, yang pada akhirnya mendorong Mayor SS untuk menunjukkan identitas keanggotaannya.

Berbagai Klaim Hoaks Lainnya yang Diklarifikasi TNI:

Insiden mengenai anggota BAIS TNI ini hanyalah salah satu dari serangkaian kabar hoaks yang dibantah tegas oleh TNI. Berbagai narasi lain yang meresahkan dan beredar di media sosial juga telah diluruskan. Berikut adalah beberapa kabar yang disebut hoaks oleh TNI:

Anggota TNI Diamankan Brimob Polda Sumsel

Informasi kedua yang diluruskan oleh Brigjen (Mar) Freddy adalah kabar mengenai seorang anggota TNI, Pratu Handika Novaldo, yang disebut diamankan oleh Brimob Polda Sumatera Selatan di gedung DPRD Sumsel pada Minggu (31/8). Dalam video yang beredar, terlihat Pratu Handika sedang dipiting oleh anggota Brimob, sementara kartu identitasnya dipegang oleh petugas. Freddy menegaskan bahwa kejadian itu semata-mata merupakan kesalahpahaman. “Dari video tersebut telah dilaksanakan klarifikasi oleh Dansat Brimob Polda Sumsel, memohon maaf atas penindakan yang berlebihan dan kesalahpahaman yang terjadi Pada anggota TNI AD Pratu Handika Novaldo saat aksi berujung rusuh di kantor DPRD Sumsel,” jelas Freddy. Ia menambahkan, Kapendam juga telah menegaskan bahwa Pratu Handika tidak terlibat dalam unjuk rasa atau provokasi, melainkan sedang mencari makan dan mengisi BBM saat peristiwa terjadi di SPBU.

Pria Mengaku Provokator dari TNI

Peristiwa lain yang menjadi sorotan adalah video seorang pria yang mengaku sebagai anggota TNI di DPRD Sumatera Utara pada Senin (1/9). Pria bernama Fajri Buhang (26), warga Medan Tembung, diamankan oleh massa aksi karena dituduh sebagai provokator. Kepada massa, Fajri mengaku sebagai anggota TNI. “Ketika massa dari Aliansi Akbar melaksanakan orasi di depan Kantor DPRD Sumut. Seorang pria bernama Fajri Buhang, warga Medan Tembung, diamankan oleh peserta aksi setelah kedapatan mengambil dokumentasi dari depan barisan massa,” ujar Freddy. Setelah diserahkan ke polisi, pemeriksaan awal menunjukkan bahwa yang bersangkutan tidak dapat menyebutkan NRP, asal satuan, maupun menunjukkan KTA TNI. Brigjen Freddy dengan tegas memastikan bahwa Fajri Buhang bukanlah anggota TNI, melainkan warga sipil yang kini tengah diproses hukum oleh kepolisian.

Anak Usia 16 Tahun Dituding Jadi Provokator dari TNI

Di Ternate, seorang anak berusia 16 tahun juga sempat dituduh oleh massa aksi sebagai provokator dan disebut-sebut sebagai anggota TNI. Kabar ini pun langsung ditepis oleh Brigjen Freddy. “Ini sudah klarifikasi juga oleh Kapolres Ternate, terima kasih. Melalui keterangan resmi di Polres Ternate Didampingi ibu dari yang bersangkutan, yang diamankan tersebut bukan anggota TNI Melainkan seorang pelajar berusia 16 tahun,” ungkap Freddy, meluruskan informasi yang salah.

Pria Mengaku Diperintah Anak Anggota TNI untuk Serang Markas Brimob Cikeas

Terakhir, seorang pria berinisial M menjadi viral karena pengakuannya bahwa ia diperintah oleh anak anggota TNI untuk menyerang markas Brimob di Cikeas, Bogor. Brigjen Freddy menjelaskan bahwa setelah dimintai klarifikasi oleh Polres Bogor, terbukti bahwa pengakuan M adalah kebohongan belaka. “Pengakuan tersangka M hanya akal-akalan agar bisa lolos dari proses hukum. Dia sengaja mencatut nama anak anggota TNI supaya mendapat perlindungan,” jelas Freddy, mengungkap motif di balik klaim palsu tersebut.

TNI Tegaskan: Tidak Ada Prajurit yang Ditangkap Polisi

Mengakhiri klarifikasinya, Brigjen Freddy Ardianzah kembali menegaskan bahwa semua kabar mengenai personel intel TNI yang ditangkap oleh polisi karena menjadi provokator kerusuhan adalah hoaks. Ia memastikan bahwa hingga saat ini, tidak ada satu pun prajurit TNI yang diamankan secara hukum oleh Polri. “Sampai dengan saat ini tidak ada anggota TNI yang ditangkap oleh Polri. Itu supaya digarisbawahi dan disampaikan nantinya,” kata Freddy dengan penekanan.

Freddy juga menyoroti adanya upaya sistematis untuk menciptakan benturan antara institusi TNI dan Polri. Hal ini dianggap sangat berbahaya karena dapat mengikis stabilitas nasional. Namun, ia dengan tegas menyatakan bahwa kedua instansi keamanan negara ini tetap solid dan bersinergi.

“Ya kan sejak bergulirnya kejadian-kejadian ini TNI intens melakukan koordinasi terkait dengan permasalahan ini. Ini penting karena seperti saya sampaikan tadi bahwa potensi untuk membentur-benturkan antara TNI-Polri, kemudian aparat dengan masyarakat itu begitu besar,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa upaya tersebut dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. “Jadi saya perlu sampaikan di sini bahwa sampai dengan saat ini TNI-Polri itu solid dalam menjaga stabilitas keamanan nasional, serta akan terus bersinergi untuk menciptakan rasa aman, tertib, dan kondusif,” pungkas Brigjen Freddy, menegaskan komitmen bersama antara TNI dan Polri untuk menjaga keamanan dan ketertiban di Indonesia.

Leave a Comment