Djed Spence Jadi Inspirasi Muslim Inggris Lewat Debut Bersama The Three Lions

Photo of author

By AdminTekno

Dini hari Rabu, 10 September 2026 WIB—atau Selasa malam, 9 September 2025 waktu Belgrade—akan dikenang sebagai momen krusial dalam sejarah sepak bola Inggris. Pada malam itu, bek kanan Tottenham Hotspur, Djed Spence, tidak hanya melakoni debutnya untuk timnas Inggris dalam kemenangan telak 5-0 atas Serbia di kualifikasi Piala Dunia 2026, tetapi ia juga mencatatkan namanya sebagai pemain Muslim pertama yang mengenakan seragam tim senior The Three Lions.

Pengakuan atas pencapaian ini mengejutkan Spence. “Saya terkejut karena tidak tahu saya yang pertama. Ini benar-benar berkah,” ungkapnya usai pertandingan, seperti dikutip dari BBC. Dengan bangga ia menambahkan, “Rasanya luar biasa bisa membuat sejarah dan semoga bisa menginspirasi anak-anak di seluruh dunia bahwa mereka juga bisa mencapai apa yang saya lakukan.” Bagi Spence, keyakinannya adalah pilar utama. Sering membagikan kutipan religius di media sosial, ia kembali menegaskan esensi imannya pada malam debutnya. “Apa pun agamanya, percayalah kepada Tuhan. Bagi saya, Tuhan adalah yang terbesar dan tidak pernah mengecewakan. Hari seperti ini istimewa karena Tuhan,” jelasnya. Ia juga mengakui perjalanan kariernya yang tidak mudah, “Perjalanan saya tidak mudah, jadi tadi saya sempat emosional. Tapi kini saya resmi menjadi pemain timnas Inggris dan saya sangat bahagia.”

Debut bersejarah Spence segera disambut hangat oleh komunitas Muslim di Inggris. Ebadur Rahman, pendiri Nujum Sports—sebuah organisasi yang membimbing lebih dari 400 atlet Muslim—menyebutnya sebagai “momen perayaan bagi Muslim Inggris.” Rahman menekankan tanggung jawab besar yang kini diemban Spence. “Ia bermain bukan hanya untuk Inggris, tapi juga untuk Muslim di seluruh dunia, karena kini ia dilihat sebagai role model yang memecah batas,” ujarnya. Nujum Sports sendiri memperkirakan ada sekitar 250 pemain Muslim yang aktif di empat liga profesional Inggris.

Menariknya, meskipun ada beberapa pemain Muslim kelahiran Inggris yang pernah memperkuat timnas muda, belum ada yang berhasil menembus skuad senior sebelum Spence. Contoh paling menonjol sebelumnya termasuk Zesh Rehman, mantan bek Fulham, QPR, dan Bradford City, yang pernah membela Inggris hingga level U-20 sebelum akhirnya memilih untuk mewakili Pakistan. Demikian pula gelandang Leicester City, Hamza Choudhury, yang tampil tujuh kali untuk timnas U-21 Inggris sebelum akhirnya memutuskan untuk mewakili Bangladesh pada awal tahun ini. Hal ini semakin menggarisbawahi signifikansi pencapaian Spence yang menjadi yang pertama di level senior.

Pencapaian Spence ini menjadi semakin krusial mengingat konteks meningkatnya Islamofobia di Inggris. Laporan terbaru dari Tell Mama mengungkapkan bahwa kasus kebencian terhadap Muslim telah mencapai puncaknya tahun ini. Selain itu, survei Universitas Birmingham pada tahun 2022 menunjukkan bahwa 26 persen warga Inggris memiliki pandangan negatif terhadap Muslim, sebuah data yang mengkhawatirkan.

Namun, di tengah tantangan tersebut, sepak bola seringkali tampil sebagai kekuatan pemersatu dan pembawa perubahan positif. Sebuah studi dari Universitas Stanford pada tahun 2019 menemukan bahwa popularitas bintang Liverpool, Mohamed Salah, secara signifikan menurunkan kejahatan kebencian anti-Muslim sebesar 16-19 persen, serta memangkas separuh jumlah cuitan berbau Islamofobia di media sosial. Ini menunjukkan potensi besar olahraga dalam mengubah persepsi sosial.

Maka dari itu, debut Djed Spence tidak hanya dipandang sebagai pencapaian pribadi, melainkan juga sebagai peristiwa yang memiliki resonansi sosial yang lebih luas. Yunus Lunat, seorang pelatih akar rumput sekaligus mantan ketua dewan kesetaraan ras FA, menegaskan, “Setiap pemain Muslim muda yang saya temui bercita-cita membela Inggris. Bukan negara orang tua mereka, tapi Inggris.” Lunat melanjutkan dengan sorotan kritis, “Fakta bahwa butuh sampai 2025 bagi seorang Muslim untuk tampil di tim senior menunjukkan jalan yang masih terjal.” Kini, Spence berdiri sebagai simbol nyata harapan dan representasi. Mengamini hal tersebut, Rahman dari Nujum Sports menambahkan, “Beberapa tahun terakhir sangat sulit bagi atlet Muslim. Karena itu, ketika ada momen positif seperti ini, kita harus merayakannya. Kita tidak tahu kapan kesempatan berikutnya datang.”

Leave a Comment