
Sebuah tradisi kuno yang penuh makna spiritual kembali berlanjut di Nepal, di mana seorang anak perempuan berusia 2 tahun telah terpilih untuk menjadi dewi hidup. Anak bernama Aryatara Shakya, yang baru berusia 2 tahun 8 bulan, kini resmi dinobatkan sebagai Dewi Kumari yang baru, menggantikan dewi sebelumnya yang telah mencapai usia pubertas.
Dikutip dari laporan AP pada Jumat (3/10), proses pemilihan Dewi Kumari ini merupakan bagian dari tradisi sakral yang berakar kuat pada klan Shakya di komunitas Newar. Sosok sang dewi dihormati secara mendalam oleh umat Hindu maupun Buddha di Nepal, sebuah negara yang mayoritas penduduknya menganut agama Hindu.
Kandidat yang terpilih untuk menyandang gelar Dewi Kumari biasanya adalah anak perempuan berusia antara 2 hingga 4 tahun. Mereka harus memenuhi serangkaian kriteria fisik dan spiritual yang ketat, termasuk memiliki kulit, rambut, mata, dan gigi yang bersih. Selain itu, calon dewi juga harus menunjukkan keberanian dengan tidak memiliki rasa takut akan kegelapan.
Aryatara Shakya memulai perjalanannya menuju takhta dewi saat ia digendong dalam sebuah prosesi penuh hormat oleh anggota keluarganya dari rumah menuju kuil. Penobatannya sebagai Dewi Kumari ini bertepatan dengan perayaan Festival Indra Jatra yang berlangsung selama seminggu, sekaligus menjadi penanda dimulainya serangkaian festival besar di bulan Oktober, termasuk Dashain dan Diwali.
Pada Festival Indra Jatra yang berlangsung di awal bulan ini, Dewi Kumari sebelumnya diarak berkeliling dalam sebuah pawai agung yang disaksikan oleh ribuan umat yang memuja. Dalam setiap penampilannya, Dewi Kumari selalu mengenakan pakaian merah yang khas, rambutnya ditata rapi dalam sanggul, dan dahinya dihiasi dengan lukisan “mata ketiga”, sebuah simbol kebijaksanaan dan kekuatan ilahi.

Para umat Hindu berbaris panjang untuk dapat menyentuh kaki sang dewi dengan dahi mereka, sebuah gestur yang merupakan tanda penghormatan tertinggi. Mereka juga memberikan persembahan berupa bunga dan uang sebagai bentuk bakti. Kini, Dewi Kumari yang baru akan menganugerahkan berkah-Nya kepada seluruh umat, termasuk pejabat tinggi negara seperti presiden. “Kemarin dia adalah anak saya, tapi hari ini dia adalah dewi,” ujar sang ayah dengan campuran haru dan bangga. Ia juga mengungkapkan bahwa tanda-tanda keilahian putrinya sudah dirasakan bahkan sebelum kelahirannya. “Istri saya selama hamil bermimpi bahwa anak kami adalah seorang dewi dan kami tahu dia akan menjadi seseorang yang spesial,” kenangnya.
Adapun Dewi Kumari sebelumnya, Trishna Shakya, yang dikukuhkan pada tahun 2017, kini telah berusia 11 tahun dan telah kembali menjalani kehidupan seperti anak-anak pada umumnya setelah mencapai usia pubertas.

Menjadi keluarga dari seorang Dewi Kumari membawa kehormatan dan status sosial yang tinggi. Keluarga dari klan Shakya yang memenuhi syarat bersaing ketat agar putri mereka dapat terpilih, karena penobatan ini akan meningkatkan posisi mereka di masyarakat dan di dalam klan itu sendiri.
Namun, di balik kemuliaan tersebut, kehidupan seorang Dewi Kumari juga diwarnai oleh pembatasan yang ketat. Mereka menjalani kehidupan yang terkurung, hanya memiliki sedikit teman main yang telah dipilihkan, dan hanya diperbolehkan keluar dari kuil beberapa kali dalam setahun untuk menghadiri festival-festival tertentu.
Proses adaptasi kembali ke kehidupan normal setelah gelar dewi dilepaskan seringkali menjadi tantangan besar. Para mantan Dewi Kumari kerap mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan rutinitas sehari-hari, seperti belajar melakukan pekerjaan rumah tangga atau bersekolah di sekolah umum.
Meski demikian, dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi perubahan tradisi yang positif. Kini, para Dewi Kumari diizinkan untuk menerima pendidikan dari guru privat di dalam kuil. Bahkan, mereka diperbolehkan memiliki televisi, yang sedikit membuka jendela bagi mereka ke dunia luar.
Pemerintah Nepal juga menunjukkan kepedulian dengan memberikan pensiunan bulanan sekitar USD 110 (setara dengan Rp 1,8 juta) kepada para mantan Dewi Kumari. Jumlah ini sedikit di atas upah minimum yang ditetapkan pemerintah, sebagai bentuk dukungan pasca-kehidupan sakral mereka.
Sebagai informasi tambahan, Nepal, negara yang mempesona di Pegunungan Himalaya ini memiliki populasi sekitar 30 juta jiwa. Mayoritas penduduknya menganut agama Hindu, diikuti oleh Buddha, sebuah fakta yang menggarisbawahi akar budaya dan spiritual yang kaya di balik tradisi Dewi Kumari yang unik ini.