Pemerintah Indonesia bersiap meluncurkan paket stimulus ekonomi terbaru yang strategis untuk periode Kuartal IV 2025. Langkah ini merupakan kelanjutan dari upaya sebelumnya yang secara konsisten diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Fokus utama stimulus ini adalah memberikan dorongan signifikan menjelang akhir tahun.
Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Kacaribu, sebelumnya telah memberi sinyal adanya insentif khusus yang menyasar masyarakat miskin dan rentan. “Bantuan khusus masyarakat miskin dan rentan bertujuan untuk memperbaiki daya beli. Nilai insentifnya akan cukup besar,” ujar Febrio di Gedung Direktorat Jenderal Pajak Kemenkeu, Jakarta, Kamis, 9 Oktober 2025.
Pernyataan ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto yang menekankan pentingnya pemberian stimulus guna mendongkrak daya beli masyarakat. Kementerian Keuangan pun menargetkan agar paket stimulus yang disiapkan untuk sisa akhir tahun 2025 ini dapat segera terealisasi. “Mengapa harus segera dieksekusi? Karena kami harapkan ini memberikan boost (dorongan ekonomi) untuk kuartal empat,” jelas Febrio, menegaskan urgensi implementasi.
Sebelumnya, pemerintah telah merilis total 17 program paket ekonomi 2025, yang dikenal juga dengan formulasi 8+4+5 program. Paket ini diumumkan secara langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, bersama Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, dalam konferensi pers di Istana Negara pada 15 September 2025. Program-program tersebut mencakup berbagai inisiatif, mulai dari program magang bagi mahasiswa lulusan baru dan insentif pajak ditanggung pemerintah untuk sektor padat karya, hingga berbagai bentuk bantuan pangan dan bantuan sosial yang akan terus disiapkan oleh pemerintah.
Bagaimana Efektivitas Stimulus Ekonomi Ini?
Menanggapi efektivitas stimulus ini, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal, memberikan pandangannya. Menurut Faisal, konsep stimulus ekonomi di penghujung tahun 2025 ini cukup menjanjikan. “Ada padat karya tunainya juga dan mestinya memang diharapkan itu bisa dorong dari sisi konsumsi masyarakat,” ungkap Faisal kepada Katadata.co.id, Kamis, 16 Oktober 2025.
Meskipun demikian, Faisal menilai bantuan sosial secara langsung mungkin tidak akan memberikan pengaruh yang terlampau besar. Ia menambahkan bahwa stimulus akan lebih efektif jika secara khusus menyasar masyarakat yang memang tidak mampu melakukan kegiatan produktif. “Tapi kalau yang masih bisa bekerja secara produktif, ya mestinya stimulusnya lebih kepada stimulus produksi. Jadi bukannya sekadar stimulus konsumsi,” tutur Faisal, menekankan pentingnya target sasaran yang tepat.
Faisal juga menyoroti aspek durasi stimulus sebagai komponen krusial dalam mendongkrak perekonomian. Jika stimulus hanya berlangsung singkat, sekitar dua hingga tiga bulan, ia memprediksi dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi tidak akan signifikan. Untuk mencapai efektivitas maksimal, Faisal mendesak pemerintah untuk memastikan bahwa rencana stimulus ini dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. “Itu yang paling penting sebetulnya dan itu yang secara konkret nanti akan dorong konsumsi masyarakat,” pungkasnya.
Didukung 3 Mesin Pendukung Stimulus
Sementara itu, Ekonom Universitas Andalas, Syafruddin Karimi, mengemukakan bahwa stimulus Kuartal IV 2025 akan mencapai efektivitas optimal jika didukung oleh pergerakan serempak tiga “mesin ekonomi”. Pertama, ia menekankan pentingnya likuiditas murah di perbankan yang harus cepat bertransformasi menjadi kredit modal kerja. Kedua, belanja pemerintah perlu dialihkan ke paket siap kontrak dengan kandungan lokal yang tinggi. Terakhir, yang ketiga, adalah bantuan yang terarah, mulai dari pangan hingga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
“Kuncinya ada pada kecepatan, kontrak dikunci mingguan, purchase order terbit rutin, dan pencairan kredit untuk pemasok berjalan cepat sehingga uang benar-benar menjadi barang, jasa, dan upah,” jelas Syafruddin, menyoroti pentingnya eksekusi yang gesit dan tepat waktu. Dengan strategi eksekusi yang demikian, Syafruddin optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi Kuartal IV 2025 berpeluang mendarat di kisaran 5,3% hingga 5,6%.
Fokus untuk Meningkatkan Produktivitas
Senada dengan pandangan para ahli, Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, turut menegaskan bahwa stimulus sangat esensial untuk mendongkrak daya beli masyarakat. Kehadiran stimulus juga berperan vital dalam menahan laju perlambatan pertumbuhan ekonomi. “Stimulus pasti berdampak, tetapi seberapa besar dampaknya, tergantung nilai stimulus dan ke mana diarahkan,” kata Wijayanto.
Menurutnya, stimulus yang ideal seharusnya tidak hanya diprioritaskan untuk hal-hal yang bersifat konsumsi semata, tetapi juga harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan produktivitas. “Stimulus berupa bantuan perbaikan rumah kurang layak huni, atau bantuan perbaikan jalan atau irigasi melalui pendekatan padat karya adalah contoh yang perlu dikedepankan,” ujar Wijayanto, memberikan contoh konkret stimulus yang berorientasi pada produktivitas dan pemberdayaan masyarakat.