Sosok Rita, Ibu Tiri yang Aniaya Anak hingga Tewas di Mata Mertua

Photo of author

By AdminTekno

Keterkejutan dan kesedihan mendalam menyelimuti hati Yuhana, nenek dari almarhum Muhamad Arrasya Alfarizky (6). Ia tak pernah menyangka, menantunya sendiri, Rita Novita Sari (30), yang selama ini dikenal sebagai pribadi pendiam, kini ditetapkan sebagai tersangka utama dalam kasus penganiayaan hingga tewasnya cucu tersayang. Peristiwa tragis ini terjadi di Gang Dayak, Bojonggede, Kabupaten Bogor.

“Dia itu orangnya diam. Diam saja, tidak cerewet,” ungkap Yuhana, mencoba mencerna kenyataan pahit tersebut saat ditemui di kediamannya pada Kamis (23/10). Sulit baginya untuk mempercayai bahwa menantunya, istri dari anaknya sekaligus ayah Arrasya, mampu melakukan perbuatan keji itu. Yuhana mengaku, selama ini hubungan keluarga mereka berjalan baik-baik saja, tanpa ada tanda-tanda mencurigakan.

Meskipun jarak rumah mereka hanya sekitar 2 kilometer, Yuhana mengakui interaksinya dengan keluarga kecil anaknya, terutama dengan Rita, memang terbatas. Hal ini disebabkan oleh kondisi fisik suaminya yang tengah sakit stroke dan membutuhkan terapi rutin, sehingga menyulitkannya untuk sering berkunjung. Yuhana juga menuturkan, ibu kandung Arrasya telah meninggal dunia sejak tahun 2020, saat Arrasya baru berusia satu tahun. Setelah sempat diasuh oleh Yuhana, Arrasya kemudian dirawat oleh ayah dan ibu tirinya.

Pandangan berbeda tentang sosok keluarga ini justru datang dari Ketua RT 7 setempat, Jumardin. Ia menjelaskan bahwa keluarga Rita dikenal sangat tertutup dan jarang bersosialisasi dengan warga sekitar. “Kalau dari sisi keluarga ini memang tertutup ya. Jarang sekali keluar,” ujarnya, menggambarkan betapa minimnya interaksi sosial keluarga tersebut.

Jumardin juga menyoroti kejanggalan administratif. Selama tiga bulan menempati rumah di lingkungannya, keluarga tersebut belum pernah melapor atau menyerahkan dokumen kependudukan sebagaimana lazimnya warga baru. “Secara keluarga itu tidak melapor ke kami. Harusnya kalau ada keluarga baru, mereka lapor, biar kami bisa bantu dan mendata,” tambah Jumardin, menyiratkan adanya kurangnya keterbukaan dari pihak keluarga.

Sifat tertutup ini terlihat jelas dalam keseharian mereka. “Ibu tirinya juga tertutup, hanya di dalam rumah. Bahkan Arrasya, sang korban, kalau jajan sering sendirian,” tutur Jumardin, menggambarkan isolasi yang dialami korban. Akibat minimnya interaksi, warga sekitar pun mengaku tidak banyak mengenal latar belakang pekerjaan maupun kehidupan pribadi keluarga ini secara mendalam. “Secara dekat kami tidak kenal. Kami tidak tahu latar belakangnya,” pungkas Jumardin, menggarisbawahi misteri yang menyelimuti kasus tragis ini di mata tetangga dan masyarakat sekitar.

Leave a Comment