
Perdana Menteri (PM) Thailand, Anutin Charnvirakul, dijadwalkan akan melakukan perjalanan penting ke Malaysia. Kunjungan ini bertujuan untuk menandatangani deklarasi gencatan senjata krusial antara Thailand dan Kamboja, sebuah langkah signifikan dalam upaya perdamaian regional. Upacara penandatanganan ini diperkirakan akan dihadiri langsung oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menandakan pengawasan internasional yang kuat terhadap kesepakatan tersebut.
Kepastian mengenai kehadiran PM Anutin Charnvirakul diperkuat oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Nikorndej Balankura. Dalam keterangannya kepada RIA Novosti pada hari Sabtu, Balankura menyatakan, “Menjawab pertanyaan pertama Anda tentang apakah Perdana Menteri Thailand akan hadir di sini, saya dapat mengatakan bahwa kemungkinan besar beliau akan hadir.” Balankura sendiri saat ini berada di Kuala Lumpur dalam rangka Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN, di mana ia juga mengonfirmasi bahwa pihaknya sedang sibuk menyusun jadwal pertemuan bagi PM Charnvirakul yang padat.
Jadwal kunjungan PM Thailand ini sangat ketat. Balankura menambahkan bahwa PM Anutin “mungkin akan tiba sangat larut malam ini atau besok pagi, tepat sebelum penandatanganan, dan ia harus segera kembali ke Thailand.” Hal ini menunjukkan urgensi dan fokus utama dari kehadiran beliau di Malaysia, yang diprioritaskan untuk penandatanganan kesepakatan gencatan senjata tersebut.
Selain Presiden AS Donald Trump, Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, juga diperkirakan akan turut menghadiri upacara penandatanganan ini. Kedua pemimpin negara tersebut memainkan peran penting dalam mediasi gencatan senjata antara pasukan Thailand dan Kamboja pada bulan Juli lalu, sebuah upaya diplomatik yang kini mencapai puncaknya dengan penandatanganan deklarasi formal.
Latar belakang kesepakatan ini adalah sengketa perbatasan Thailand-Kamboja yang telah berlangsung selama beberapa dekade. Konflik ini kembali memanas dan berubah menjadi konflik bersenjata pada tanggal 24 Juli, ketika kedua negara saling melancarkan tembakan artileri dan serangan udara. Eskalasi ini menimbulkan kekhawatiran serius di kawasan.
Insiden tersebut menyebabkan jatuhnya korban jiwa dari kedua belah pihak, termasuk warga sipil yang tidak bersalah. Menyikapi situasi genting ini, pada tanggal 4 Agustus, kedua negara mengumumkan gencatan senjata segera. Pengumuman awal ini kemudian ditindaklanjuti dengan kesepakatan formal mengenai pelaksanaannya beberapa hari kemudian, membuka jalan bagi deklarasi yang akan ditandatangani di Kuala Lumpur ini.