
Dunia sepak bola Asia Tenggara baru saja dikejutkan dengan sebuah gebrakan besar. Presiden FIFA, Gianni Infantino, secara resmi mengumumkan pembentukan FIFA ASEAN Cup, sebuah turnamen sepak bola resmi yang didedikasikan untuk regional Asia Tenggara. Pengumuman monumental ini disampaikan di Malaysia pada Minggu (26/10) dan akan diikuti oleh 11 negara, termasuk Indonesia. Namun, di balik kabar gembira ini, muncul pertanyaan krusial: kapan waktu ideal untuk pelaksanaannya, mengingat hingga kini belum ada kejelasan apakah FIFA ASEAN Cup akan menjadi pengganti Piala AFF atau justru kompetitor dari turnamen yang dulu dikenal sebagai Piala Tiger tersebut.
Jika FIFA ASEAN Cup hadir sebagai kompetitor, maka lanskap jadwal sepak bola di kawasan Asia Tenggara dipastikan akan semakin padat. Kondisi ini tentunya akan menjadi tantangan besar bagi FIFA untuk mencari slot waktu yang tepat demi kompetisi baru ini. Sebelum adanya inisiatif dari FIFA ini, Asia Tenggara telah memiliki Piala AFF yang rutin digelar setiap dua tahun sekali, tepatnya di tahun genap, menjadi ajang prestisius bagi negara-negara anggota.

Salah satu opsi yang sempat muncul adalah menyisipkan FIFA ASEAN Cup ke dalam kalender FIFA Matchday. Sebagai contoh, pada periode 21 September hingga 6 Oktober 2026, setiap negara berkesempatan untuk menggelar hingga empat laga FIFA Matchday. Namun, apakah slot waktu yang terbatas ini akan cukup untuk sebuah turnamen yang melibatkan 11 negara? Berkaca dari pengalaman Piala AFF, dibutuhkan waktu setidaknya sebulan penuh atau bahkan lebih untuk menyelesaikan seluruh rangkaian kompetisi, sebuah durasi yang sulit diakomodasi oleh jadwal FIFA Matchday yang padat.
Tak hanya itu, tantangan penjadwalan semakin kompleks mengingat negara-negara di Asia Tenggara juga memiliki komitmen untuk bersaing dalam Kualifikasi Piala Asia dan Piala Dunia. Hal ini tentu berpotensi menyebabkan bentrokan jadwal yang tidak terhindarkan. Di level klub, para pemain juga semakin disibukkan dengan hadirnya ASEAN Club Championship. Beberapa tim terbaik di kawasan ini bahkan turut berlaga di berbagai tingkatan AFC Champions League, mulai dari Elite, Two, hingga Challenge League, menambah daftar panjang agenda kompetisi yang harus dijalani para pesepak bola.

Menariknya, ada preseden yang patut dicermati dari kasus Arab Cup. FIFA mengambil alih turnamen tersebut yang sebelumnya diorganisir oleh Union of Arab Football Associations (UAFA). Dengan demikian, bukan tidak mungkin skenario serupa akan terjadi di Asia Tenggara, di mana FIFA akan mengurus langsung pelaksanaan FIFA ASEAN Cup dan pada akhirnya menggantikan peran Piala AFF yang selama ini diorganisir oleh AFF.
Hingga berita ini ditayangkan, masih belum ada keterangan resmi yang gamblang dari AFF atau kejelasan final dari FIFA terkait format dan waktu pelaksanaan FIFA ASEAN Cup. Namun yang pasti, Gianni Infantino sangat optimis dengan potensi besar sepak bola Asia Tenggara, yang dihuni oleh lebih dari 700 juta pecinta olahraga ini. “Kami di FIFA ingin berbuat lebih banyak dengan ASEAN dan membangun lebih banyak inisiatif yang bermanfaat bagi seluruh komunitas sepak bola regional,” tegas Infantino. Ia menambahkan, “Kami ingin memastikan bahwa sepak bola terus berkembang di lingkungan yang aman dan mendidik para pemuda, pemudi, anak laki-laki, dan anak perempuan di seluruh kawasan,” mencerminkan visi FIFA untuk pengembangan sepak bola jangka panjang di regional ini.
Ringkasan
FIFA secara resmi mengumumkan pembentukan FIFA ASEAN Cup yang akan diikuti oleh 11 negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Muncul pertanyaan mengenai jadwal ideal mengingat padatnya agenda sepak bola di kawasan tersebut, termasuk Piala AFF, Kualifikasi Piala Asia, dan Piala Dunia.
FIFA ASEAN Cup berpotensi menjadi pengganti Piala AFF atau menjadi kompetitor, yang akan menambah kompleksitas penjadwalan. FIFA juga perlu mempertimbangkan ASEAN Club Championship dan berbagai tingkatan AFC Champions League. FIFA optimis dengan potensi sepak bola Asia Tenggara dan ingin mengembangkan sepak bola di kawasan ini.