
Tim SAR gabungan saat ini masih memfokuskan upaya pencarian terhadap delapan orang yang dilaporkan hilang setelah bencana banjir bandang dan longsor melanda Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan. Tragedi ini telah menimbulkan duka mendalam bagi masyarakat setempat, dengan total korban jiwa dan hilang mencapai 23 orang.
Sebelumnya, tim penyelamat telah berhasil mengevakuasi 15 jasad korban meninggal dunia dari Kampung Yuguru, Distrik Meborok, Kabupaten Nduga. Penemuan ini mempertegas skala musibah yang terjadi.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari, dalam keterangannya pada Rabu (05/11), membenarkan data tersebut. “Sebanyak 15 orang ditemukan dalam keadaan meninggal dunia, sedangkan 8 orang lainnya masih dalam proses pencarian,” jelas Abdul Muhari, menggarisbawahi urgensi operasi SAR.
Peristiwa banjir bandang dan longsor Nduga yang mematikan ini terjadi pada Jumat (01/11) sekitar pukul 17.00 WIT, menghantam Distrik Dal, Kabupaten Nduga. Menurut penjelasan Abdul Muhari, penyebab utama bencana adalah curah hujan dengan intensitas sangat tinggi di wilayah hulu sungai.
BNPB juga mengonfirmasi bahwa sebagian besar korban hilang diduga kuat tersapu arus deras saat mencoba melintasi Sungai Papan yang meluap. Luapan sungai itu sendiri terjadi setelah hujan deras mengguyur kawasan hulu secara berkepanjangan.
Dampak bencana tidak hanya terbatas pada korban jiwa. Wilayah yang terdampak mencakup dua kampung vital di Distrik Dal, yaitu Kampung Dal dan Kampung Silan, serta sejumlah permukiman di Distrik Yuguru. Selain itu, sejumlah fasilitas umum mengalami kerusakan parah, dan masyarakat setempat kini menghadapi kesulitan serius dalam mengakses kebutuhan dasar mereka, seperti disampaikan oleh Plt Bupati Nduga Yoas Beon.
Anggota DPRD Papua Pegunungan, Semianus Wandikbo, menyebut bahwa bencana ini merupakan musibah terbesar dalam sejarah wilayah tersebut dilihat dari jumlah korban. “Peristiwa ini sebagai musibah besar yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah tersebut. Dulu paling satu dua orang pernah jadi korban, tapi kali ini 23 orang,” ujarnya, menggambarkan keparahan situasi.
Menanggapi potensi risiko lebih lanjut, BNPB mengingatkan akan ancaman cuaca ekstrem yang masih berpotensi terjadi di wilayah Papua Pegunungan. Berdasarkan peringatan dini cuaca ekstrem yang dikeluarkan oleh instansi terkait untuk periode 4 hingga 6 November 2025, Papua Pegunungan berpotensi dilanda hujan sedang hingga lebat.
Dalam rangka mitigasi, BNPB mengimbau pemerintah daerah agar senantiasa waspada dan siap siaga menghadapi potensi cuaca ekstrem tersebut. Abdul Muhari menambahkan, “Masyarakat, khususnya yang tinggal di kawasan daerah aliran sungai, diminta melakukan evakuasi mandiri ke tempat yang lebih aman jika hujan berintensitas tinggi melanda lebih dari satu jam.” Imbauan ini penting demi keselamatan warga di daerah rawan bencana.
- Evakuasi bayi lima bulan dari banjir Sentani: ‘Mukanya tertutup tanah, kayu yang menindihnya digergaji’
- Dilema korban banjir Sentani yang diminta pindah dari perumahan ‘tanpa izin’
- Sentani, Papua: Teriakan ‘tolong’ yang tak terdengar dari lereng Pegunungan Cyclops
- Banjir Sentani, Papua: Curah hujan masih tinggi, waspadai banjir susulan
- Duka warga Yogyakarta, Jambi, dan Papua dihantam banjir saat Lebaran – ‘Semangat Idulfitri hilang, berubah jadi kepanikan’
- Sentani, Papua: Banjir terparah, saat ‘gereja sudah terendam’