
Polda Metro Jaya memastikan dua kerangka manusia yang ditemukan di dalam gedung di Kwitang, Jakarta Pusat, yang terbakar kala demonstrasi pecah akhir Agustus lalu adalah Muhammad Farhan Hamid (23) dan Reno Syahputra Dewo (24).
Keduanya masuk dalam daftar orang hilang Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras).
Dokter spesialis forensik RS Polri, Sumy Hastry Purwanti, menerangkan pihaknya menerima dua kantong jenazah berisi kerangka manusia yang sudah tidak lengkap keadaaannya akibat kebakaran pada 30 Oktober lalu.
Pada kantong jenazah pertama bernomor 0080, pihaknya melakukan pemeriksaan identifikasi sekunder berupa tulang tengkorak dan tulang panggul.
“Hasilnya ditemukan jenis kelamin laki-laki, ras mongoloid, dan dari pemeriksaan tulang panjang diperkirakan tinggi badan 158-168 cm,” terangnya kepada wartawan, Jumat (07/11).
Kemudian, tim forensik melakukan pemeriksaan identifikasi primer berupa gigi dan pengambilan sampel DNA dari tulang.
“Dari hasil pemeriksaan DNA dan odontologi forensik bahwa 0080 cocok dengan ante-mortem 002 sehingga teridentifikasi sebagai Reno Syahputra Dewo.”
Untuk kantong jenazah kedua bernomor 0081, juga dilakukan pemeriksaan identifikasi sekunder berupa perhiasan kalung dan ikat pinggang.
Selain itu, dilakukan pemeriksaan identifikasi primer berupa DNA dari tulang nomor post-mortem 0081 yang disebutnya cocok dengan ante-mortem 001.
“Sehingga teridentifikasi sebagai Muhammad Farhan Hamid.”
Dokter Hastry menyebut waktu kematian keduanya sudah lebih dari satu bulan. Sebab ketika diperiksa sudah tinggal kerangka dan ada sisa-sisa bagian tubuh akibat terbakar.
Soal penyebab kematian, dia bilang tidak ada kekerasan tumpul pada tulang tengkorak keduanya. Tidak ada pula tanda-tanda terjatuh atau jatuh.
“Sehingga kami menjelaskan sebab kematian karena terbakar,” ujarnya.
Ia kemudian menjelaskan mengapa baru ditemukan sekarang.
Saat tubuh manusia terbakar hingga dalam rentang satu bulan, apalagi berada di lingkungan yang terbakar, pasti akan mengeluarkan bau yang sama-sama terbakar.
Memasuki bulan kedua hingga ketiga, bau kerangka dan sisa-sisa tubuh yang terbakar akan tercium jelas karena terjadi pembusukan.
“Itu kenapa ditemukan bulan kedua, kok bulan bulan pertama tidak bau. Setelah dibongkar ternyata kerangka tubuh manusia,” jelasnya.
Bagaimana awal mula keterkaitan dengan Reno dan Farhan muncul?
Kerangka manusia pertama kali dilihat petugas yang sedang melakukan renovasi di salah satu gedung di Kwitang, Jakarta Pusat, yang terbakar saat demonstrasi Agustus pecah. Petugas itu kaget dan melaporkannya ke polisi.
Kerangka lalu dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, untuk menjalani pemeriksaan forensik.
Polres Metro Jakarta Pusat merespons dugaan keterhubungan kerangka dan hilangnya Farhan serta Reno dengan menguji kecocokan DNA. Pihak keluarga demonstran yang hilang dipanggil. Masing-masing menjalani tes DNA pada 30 dan 31 Oktober 2025.
“Keluarga dari yang dilaporkan hilang oleh KontraS sudah ambil data DNA pembanding di RS Kramat Jati dan Labfor Polri,” tutur Kasatreskrim Polres Metro Jakarta Pusat, AKBP Robby Herry Saputra, tatkala dikonfirmasi wartawan, Minggu (02/11).
Farhan dan Reno hilang selama dua bulan
Laporan KontraS menunjukkan keduanya terakhir kali terlihat di sekitar Kwitang, Jakarta Pusat, yang menjadi salah satu titik kerusuhan demo, tepatnya pada 29 Agustus 2025. Malam itu, gedung yang menjadi lokasi penemuan kerangka juga terbakar.
Sejak itu, Farhan dan Reno tidak diketahui keberadaannya. Sudah dua bulan mereka hilang.
Laporan investigasi Harian Kompas menyebut saksi melihat sosok mirip Farhan terluka di Kwitang yang mendapat bantuan oksigen di posko medis sebelum dibawa tukang ojek ke RSPAD Gatot Subroto.
Keluarga, di lain sisi, menguatkan kehadiran Farhan di lokasi melalui ciri pakaiannya. Sementara Reno terlihat menuju Kwitang setelah berpamitan kepada rekannya.
Investigasi Harian Kompas turut mengemukakan kejanggalan digital usai Farhan hilang.
Akun media sosial miliknya, mengutip temuan Harian Kompas, aktif serta merespons. Dugannya: akun Farhan dibajak pihak lain sehingga menyulitkan pelacakan.
KontraS menuding ada upaya penghilangan paksa
Farhan serta Reno merupakan salah dua dari puluhan orang yang hilang selama demonstrasi berjalan, dari 25 sampai 31 Agustus 2025. Kejadian ini tersebar di berbagai kota atau kabupaten seperti Jakarta Pusat sampai Karawang, Jawa Barat.
Dari keseluruhan laporan yang masuk, sebagian besar dikategorikan KontraS sebagai korban penghilangan paksa di mana “mereka sengaja dan tanpa izin ditahan oleh aparat keamanan.”
Sisanya, “dilaporkan hilang kontak bukan karena mengalami penghilangan paksa melainkan adanya miskomunikasi atau kesalahpahaman yang menyebabkan hubungan antara korban dan pelapor terputus sementara,” demikian tulis KontraS.
KontraS memberi label “penghilangan paksa” dengan acuan bahwa terdapat upaya “menyembunyikan nasib maupun keberadaan” para korban oleh aparat. Selepas ditangkap, korban diangkut ke kantor polisi.
Data KontraS memperlihatkan verifikasi atas pencarian korban penghilangan paksa berujung ke markas kepolisian, dari level polres sampai polda.
Tidak ada informasi apa pun yang diberikan kepada orang terdekat, keluarga, maupun pendamping hukum selama korban tidak diketahui posisinya—rata-rata dalam kurun waktu 12 sampai 72 jam.
Korban sendiri, pada waktu yang sama, tidak mendapatkan akses, tidak terkecuali bantuan hukum.
Dalam hal ini, sambung KontraS, para korban menghadapi penghilangan paksa jangka pendek (short-term enforced disappearances).
Tindakan-tindakan semacam itu menunjukkan negara masih mempertahankan impunitas (kekebalan) dan belum secara serius menghapus penghilangan paksa, “sekalipun dalam bentuk yang lebih halus dan sistematis,” KontraS menegaskan.
“Situasi ini, secara langsung, memenuhi unsur penghilangan paksa sebagaimana dimaksud dalam Konvensi Internasional untuk Perlindungan Semua Orang dari Penghilangan Paksa [ICPPED], terutama terkait unsur penahanan rahasia dan tanpa komunikasi,” papar KontraS.
Pemerintah: ‘Jangan buru-buru menyimpulkan penghilangan paksa’
Menteri Koordinator Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Imigrasi, dan Pemasyarakatan, Yusril Ihza Mahendra, menyatakan keberadaan Farhan serta Reno sudah mulai diketahui. Tapi, “lebih baik belum kami ungkapkan,” jelas Yusril, 26 September lalu.
“Baru bisa kami umumkan kalau sudah ketemu,” tambahnya.
“Kemungkinan juga tidak terlibat langsung dengan demo yang terjadi kemarin.”
Tekanan untuk menemukan demonstran yang tidak diketahui nasibnya menguat dan direspons pihak kepolisian dengan membentuk posko pencarian. Kepolisian juga disebut mengerahkan tim gabungan untuk menelusuri jejak mereka yang masih hilang.
“Kami akan melakukan langkah-langkah, baik itu langkah teknis maupun kerja sama, dalam hal ini dengan lembaga-lembaga termasuk Komnas HAM, KontraS, Kompolnas, dan seluruhnya yang terkait,” janji Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigadir Jenderal Polisi Trunoyudo Wisnu Andiko, di Jakarta.
Trunodoyo meminta pihak keluarga korban memberikan informasi kepada kepolisian supaya “pencarian lebih optimal dan intens.”
Sedangkan perwakilan pemerintah yang lain mengatakan publik sebaiknya tidak perlu terburu-buru menyimpulkan Farhan serta Reno sebagai korban penghilangan paksa.
Pasalnya, dua orang yang sebelumnya dikabarkan hilang sudah ditemukan.
“Kita enggak bisa terburu-buru menyatakan, menyimpulkan, itu sebagai penghilangan paksa,” jawab Direktur Jenderal Pelayanan dan Kepatuhan HAM Kementerian HAM, Munafrizal Manan.
“Kita sudah dengar bersama-sama [kabar dua orang yang ditemukan]. Jauh sekali dari sebutan seperti itu [penghilangan paksa].”
Tidak lama usai pemerintah mengutarakan komitmennya untuk mencari demonstran yang hilang, Bima Permana Putra tiba-tiba muncul ke publik dengan keterangan: berjualan mainan barongsai di Malang, Jawa Timur.
Bima sebelumnya masuk bagian orang yang hilang selepas mengikuti demo.
Setelah Bima, Eko Purnomo, yang dilaporkan hilang dalam rangkaian demonstrasi, juga menyeruak ke permukaan dengan menjadi nelayan di Kalimantan Tengah.
Eko, berdasarkan keterangan polisi, mengabari kedua orangtuanya melalui WhatsApp bahwa dia hendak merantau ke Kalimantan.
Berita ini akan diperbarui secara berkala
- Temuan dua kerangka di gedung yang terbakar di Kwitang, Jakarta – Bagaimana kaitannya dengan demonstran yang masih hilang?
- Mahasiswa penggugat UU TNI diduga ‘diintimidasi’ anggota TNI – Mulai menelepon orang tua, hingga Babinsa datangi ketua RT
- Demonstrasi mahasiswa menentang UU TNI berlangsung maraton dan menyebar ke banyak kota, apa maknanya?