Gelombang ledakan bom bunuh diri yang mengerikan mengguncang Pakistan pada Selasa (11/11), menelan korban jiwa setidaknya 15 orang dan melukai puluhan lainnya. Serangan-serangan terpisah ini menargetkan dua lokasi vital: sebuah gedung pengadilan di Islamabad dan sebuah sekolah militer di Waziristan Selatan, memicu keprihatinan serius akan stabilitas keamanan di negara tersebut.
Pemerintah Pakistan dengan tegas mengonfirmasi bahwa insiden di gedung pengadilan merupakan aksi bom bunuh diri. Sementara itu, Perdana Menteri Shehbaz Sharif menuding kelompok yang didukung India sebagai dalang di balik serangan terorisme ini. Hingga kini, belum ada pihak atau organisasi yang menyatakan bertanggung jawab atas serangkaian ledakan mematikan tersebut.
Ledakan di Islamabad Dipastikan Bom Bunuh Diri, 12 Orang Tewas
Pada Selasa (11/11), pemerintah Pakistan secara resmi mengumumkan bahwa ledakan yang terjadi di pengadilan distrik Islamabad adalah serangan bom bunuh diri. Menteri Dalam Negeri Mohsin Naqvi mengungkapkan bahwa insiden tragis ini telah merenggut nyawa 12 orang dan menyebabkan sekitar 27 orang mengalami luka-luka. “Pukul 12.39 siang (waktu setempat), serangan bunuh diri dilakukan di Kachehri (pengadilan distrik). Sejauh ini, 12 orang telah gugur dan sekitar 27 orang terluka,” papar Naqvi, seperti yang dikutip dari AFP, menjelaskan detail kejadian mengerikan tersebut.
Menurut Naqvi, pelaku memasuki area pengadilan dengan berjalan kaki, kemudian dengan sengaja menunggu sekitar 10 hingga 15 menit sebelum akhirnya meledakkan diri di depan gedung, tidak jauh dari mobil polisi. “Kami menginvestigasi insiden ini dari sudut pandang berbeda,” kata Naqvi, menegaskan keseriusan penyelidikan. Ia menambahkan dengan nada yang tegas, “Ini bukan sekadar bom biasa. Ini terjadi di sini, di Islamabad,” menyoroti lokasi yang merupakan ibu kota negara tersebut.
Ledakan Juga Guncang Sekolah Militer Pakistan, 3 Orang Tewas
Gelombang serangan bom bunuh diri di Pakistan tidak hanya meneror pengadilan di Islamabad. Beberapa jam sebelum insiden tersebut, sebuah sekolah militer di wilayah barat laut negara itu juga menjadi sasaran. Ledakan bom bunuh diri di sekolah militer ini terjadi pada Senin (10/11) malam, menewaskan tiga orang dan memperkeruh situasi keamanan.
Menteri Dalam Negeri Mohsin Naqvi menjelaskan bahwa pelaku meledakkan mobilnya di pintu masuk sekolah militer yang terletak di Waziristan Selatan, dekat perbatasan Afghanistan. Setelah ledakan awal, sejumlah militan terlihat memasuki area sekolah, menunjukkan indikasi serangan yang lebih terorganisir. Hingga Selasa sore, militan-militan tersebut dilaporkan masih bersembunyi di lingkungan sekolah, menciptakan situasi yang tegang. Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas kedua serangan bom bunuh diri yang terjadi nyaris bersamaan ini. “Kami masih menyelidiki insiden ini dari berbagai sudut. Ini bukan sekadar pengeboman biasa. Ini terjadi tepat di Islamabad. Siapa pun yang terlibat, orang lokal atau dari luar negeri, mereka tidak akan luput,” tandas Naqvi, menunjukkan komitmen pemerintah untuk mengusut tuntas.
PM Pakistan Tuduh India di Balik Serangan Bom Bunuh Diri
Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif, secara terbuka melontarkan tuduhan bahwa kelompok-kelompok yang didukung India berada di balik dua serangan bom bunuh diri yang mengguncang negaranya pada Selasa (11/11). Serangan di pengadilan Islamabad telah menewaskan 12 orang, sementara ledakan di sekolah militer di barat laut Pakistan merenggut tiga nyawa.
Meskipun belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas kedua insiden tersebut, dan puluhan orang dilaporkan mengalami luka-luka, Sharif tetap berpegang pada pernyataannya. Dalam keterangan resminya, Sharif menuduh pelakunya adalah “kelompok teroris proksi India,” meskipun ia tidak menyertakan bukti pendukung atas klaim tersebut. Tuduhan ini muncul hanya beberapa jam setelah sebuah bom mobil meledak di ibu kota India, yang menewaskan delapan orang. “Kedua serangan tersebut merupakan contoh terburuk terorisme negara India di kawasan ini,” tegas Sharif, seperti yang dikutip dari Dawn, menyoroti ketegangan politik yang mendalam antara kedua negara.