Presiden Prabowo Subianto telah melakukan kunjungan kenegaraan penting ke Sydney, Australia, bertemu dengan Perdana Menteri Anthony Albanese di Kirribilli House pada Rabu (12/11). Pertemuan empat mata ini menjadi inti dari serangkaian agenda diplomatik yang bertujuan untuk memantapkan dan mempererat hubungan bilateral antara kedua negara sahabat. Dalam suasana tertutup pasca-prosesi penyambutan resmi yang hangat, kedua pemimpin berdiskusi mendalam mengenai berbagai aspek krusial, meliputi kerja sama di sektor ekonomi, pertahanan, kemaritiman, serta isu vital mengenai stabilitas di kawasan Indo-Pasifik. Mereka tidak hanya menegaskan kembali fondasi kemitraan yang telah terjalin selama lebih dari tujuh dekade, tetapi juga menyoroti kebutuhan untuk memperkuat kapasitas industri strategis secara bilateral. Hubungan erat ini telah melalui evolusi signifikan, dari Kemitraan Komprehensif yang disepakati pada tahun 2005, kini telah ditingkatkan menjadi Comprehensive Strategic Partnership (CSP) sejak kunjungan Perdana Menteri Australia ke Indonesia pada Agustus 2018, menandai era baru kerja sama strategis.
Sebelum memasuki ruang diskusi formal, momen santai sempat terekam ketika Presiden Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Albanese menikmati pemandangan laut Sydney. Di tengah suasana akrab tersebut, dua helikopter Black Hawk milik militer Australia melintas di angkasa, disambut lambaian tangan Prabowo, menambahkan sentuhan personal pada agenda diplomasi yang padat. Usai rehat sejenak, kedua pemimpin kembali fokus ke dalam Kirribilli House guna melanjutkan pembicaraan tertutup yang krusial mengenai arah kerja sama strategis kedua negara.
Sebagai puncak dari pertemuan bilateral, kedua pemimpin membuat pengumuman bersejarah mengenai tuntasnya negosiasi perjanjian baru di bidang pertahanan dan keamanan. Dalam konferensi pers bersama di Sydney, Perdana Menteri Albanese menyatakan, “Hari ini saya berdiri bersama sahabat saya, Presiden Indonesia Bapak Prabowo Subianto, untuk membuat pengumuman bersejarah. Pemerintah Australia dan Indonesia telah menyelesaikan negosiasi substansial mengenai perjanjian bilateral baru tentang keamanan bersama kita.” Perjanjian keamanan ini dirancang untuk mengintensifkan konsultasi rutin di tingkat pemimpin dan menteri, serta memperkuat kerja sama dalam menghadapi berbagai ancaman keamanan bersama. Albanese menegaskan bahwa kesepakatan ini merupakan penanda ‘era baru’ dalam hubungan bilateral kedua negara, sebuah pengakuan bahwa ‘cara terbaik mengamankan perdamaian dan stabilitas adalah dengan bertindak bersama.’
Lebih lanjut, Perdana Menteri Australia menjelaskan bahwa melalui perjanjian ini, Indonesia dan Australia akan berkomitmen untuk secara berkala berkonsultasi mengenai isu-isu keamanan, mengidentifikasi dan melaksanakan kegiatan yang saling menguntungkan, serta meninjau langkah-langkah kolektif atau individual untuk mengatasi ancaman. Ia menekankan bahwa ini adalah ‘hal yang luar biasa bagi kawasan kita dan bagi masyarakat Australia dan Indonesia,’ menegaskan bahwa hubungan kedua negara tetap kokoh dan relevan di kawasan Indo-Pasifik.
Menanggapi penandatanganan perjanjian pertahanan yang baru, Presiden Prabowo Subianto menggarisbawahi urgensi hubungan persahabatan dan kerja sama pertahanan dengan Australia. Ia menyatakan bahwa kesepakatan ini mencerminkan komitmen bersama untuk menjaga stabilitas dan keamanan regional. “Pada dasarnya, ini menegaskan kembali tekad kami untuk meningkatkan persahabatan dan sebagai mitra, sebagai tetangga dekat, kami bertekad untuk menjaga hubungan terbaik guna meningkatkan dan memastikan keamanan kedua negara,” tutur Prabowo. Dalam pidatonya, Prabowo secara filosofis menyoroti pentingnya kebijakan ‘bertetangga yang baik’ antara Indonesia dan Australia. Menurutnya, kedekatan geografis adalah takdir yang harus disikapi dengan optimisme. “Saya berkali-kali menyatakan bahwa kita tidak bisa memilih tetangga kita, khususnya negara seperti kita. Ini adalah takdir kami menjadi tetangga langsung. Mari hadapi takdir kita dengan niat terbaik,” ungkap Prabowo, menegaskan komitmen Indonesia terhadap hubungan harmonis dengan negara tetangga.
Di sela-sela agenda formal, Presiden Prabowo Subianto juga mengungkapkan kegembiraannya atas sambutan musik bagpipes setibanya di Australia. Dengan nada humor, ia bahkan memuji kecermatan intelijen Australia yang dinilai mengetahui selera musiknya. “Intelijen Anda sangat baik. Anda tahu saya suka bagpipes, jadi saya disambut dengan bagpipes,” ujar Prabowo. Meskipun demikian, Prabowo tak lupa kembali menekankan vitalnya perjanjian kerja sama pertahanan dan keamanan yang baru ditandatanganinya bersama PM Anthony Albanese sebagai manifestasi komitmen untuk mempererat ikatan kedua negara. Ia menegaskan keyakinannya, “Saya yakin akan kebijakan bertetangga yang baik. Tetangga yang baik penting. Tetangga baik akan membantu satu sama lain di masa yang sulit.”
Dalam agenda yang tak kalah menarik, Presiden Prabowo dan PM Albanese berkesempatan meninjau langsung kapal induk terbesar milik Australia, HMAS Canberra (L02), dalam kunjungan kenegaraan di Sydney. Keduanya terlihat serasi mengenakan jas hitam dan topi berlogo LHD-02 HMAS Canberra, menunjukkan kebersamaan dalam eksplorasi fasilitas militer penting ini. Presiden Prabowo didampingi oleh sejumlah menteri, antara lain Menlu Sugiono, Menko Polkam Djamari Chaniago, dan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Selama di atas kapal, Prabowo berbincang dengan awak kapal dan menyaksikan pertunjukan flying pass dari angkatan udara Australia, sebagaimana diabadikan dalam keterangan Sekretariat Presiden. HMAS Canberra adalah kapal induk helikopter (Landing Helicopter Dock/LHD) andalan Angkatan Laut Australia (Royal Australian Navy) yang memiliki spesifikasi impresif: panjang sekitar 230 meter, bobot 27.500 ton, dan kapasitas angkut lebih dari 1.000 personel. Kapal ini dirancang untuk menampung hingga 18 helikopter, beragam kendaraan lapis baja, serta kendaraan tempur amfibi, dilengkapi dek penerbangan 202 meter dan dua well deck untuk kapal pendarat. Sistem kendalinya canggih, dibangun berdasarkan desain kapal Juan Carlos I milik Angkatan Laut Spanyol.
Rangkaian kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto dilanjutkan dengan pertemuan penting di Admiralty House, kediaman Gubernur Jenderal Australia, Sam Mostyn. Setibanya di lokasi, Presiden Prabowo disambut dengan upacara kenegaraan penuh kehormatan, termasuk salvo 21 tembakan kehormatan atau gun salute yang mengiringi kedatangannya bersama Gubernur Jenderal Mostyn, diiringi lantunan lagu kebangsaan ‘Indonesia Raya’. Dalam seremoni yang khidmat itu, Prabowo melaksanakan inspeksi terhadap barisan pasukan kehormatan yang berjajar rapi di halaman. Setelah itu, ia diperkenalkan kepada delegasi resmi Australia yang hadir, kemudian kembali didampingi Komandan Upacara untuk inspeksi kedua terhadap pasukan, menandai penghormatan tertinggi negara.
Dalam sambutannya yang hangat, Gubernur Jenderal Sam Mostyn secara tegas menyatakan bahwa Indonesia adalah mitra terdekat bagi Australia. “Kami sangat terikat satu sama lain. Tidak ada hubungan yang lebih dekat bagi Australia selain dengan Indonesia,” ungkap Mostyn, menyambut Presiden Prabowo dengan penuh apresiasi. Ia juga mengungkapkan kegembiraannya atas kunjungan pertama Prabowo sebagai Presiden ke Australia, sekaligus mengapresiasi pilihan Prabowo menjadikan Australia sebagai negara tujuan pertama di luar kawasan ASEAN. “Saya tahu Anda sudah sering datang ke sini sebelumnya, tapi belum pernah sebagai Presiden, jadi kami sangat senang menyambut Anda. Dan saya rasa Anda menunjukkan kedekatan itu dengan menjadikan ini kunjungan pertama Anda di luar ASEAN,” kata Mostyn, menandai pengakuan atas prioritas hubungan bilateral yang kuat ini.
Dalam percakapan yang lebih personal, Gubernur Jenderal Sam Mostyn turut berbagi latar belakang keluarganya kepada Presiden Prabowo Subianto. Ia menceritakan bahwa dirinya adalah putri dari seorang perwira Angkatan Darat Australia. “Ayah saya lulus dari Royal Military College pada tahun 1955,” ujar Mostyn, menambahkan bahwa ayahnya telah mengabdi di militer selama beberapa dekade, yang mengakibatkan keluarganya sering berpindah tempat tugas. “Jadi saya disebut ‘army brat’, anak dari seorang perwira tentara, jadi keluarga kami sering berpindah-pindah,” kenangnya, memberikan gambaran sekilas tentang kehidupan di balik peran diplomatik.
Mengakhiri rangkaian agenda di Sydney, Presiden Prabowo menyempatkan diri menerima kunjungan mantan Perdana Menteri Australia, Paul Keating, di hotel tempatnya menginap. Pertemuan ini disebut Prabowo memberinya banyak wawasan dan pelajaran berharga dari pengalaman Keating yang luas. “Beliau sangat berpengalaman. Pemikiran-pemikiran beliau sangat jernih. Pengalaman beliau sangat banyak. Jadi saya apa, ya, saya merasa banyak sekali saya dapat dari pemikiran-pemikiran beliau,” ungkap Prabowo, menunjukkan apresiasinya terhadap diskusi tersebut. Dalam perbincangan mereka, berbagai isu strategis dibahas, mulai dari hubungan internasional, geopolitik, hingga ekonomi. Prabowo kembali menegaskan esensi pentingnya hubungan baik antara Indonesia dan Australia. “Kita harus tahu bahwa kita bertetangga dan Indonesia berkepentingan punya hubungan baik sama Australia. Demikian sebaliknya, kalau kita bekerja sama dengan baik di semua bidang, ini akan membawa manfaat yang sangat besar untuk kedua negara dan untuk kawasan kita semuanya,” pungkasnya, menandai komitmen teguh untuk masa depan hubungan bilateral yang lebih erat dan saling menguntungkan.