PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (Tugu Insurance) berhasil membukukan kinerja cemerlang dengan mencatatkan pendapatan premi bruto konsolidasian atau gross written premium sebesar Rp 7,24 triliun hingga kuartal III-2025. Angka impresif ini menunjukkan pertumbuhan sekitar 6% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yang kala itu mencapai Rp 6,86 triliun.
Presiden Direktur Tugu Insurance, Adi Pramana, mengungkapkan bahwa pertumbuhan ini mencerminkan solidnya performa perusahaan di tengah dinamika pasar. Menariknya, jika ditelaah lebih dalam, pendapatan premi pada kuartal III-2024 sendiri justru menunjukkan pertumbuhan yang jauh lebih agresif, yakni sebesar 26% secara tahunan (Year-on-Year/YoY).
Dominasi portofolio Tugu Insurance masih dipegang oleh segmen lini fire (properti) yang menyumbang 42% dari total pendapatan premi, menjadikannya kontributor utama. Lini miscellaneous mengikuti dengan kontribusi 13%. Sementara itu, portofolio tradisional seperti onshore dan offshore masing-masing memberikan kontribusi 7% dan 8%. Lini marine hull tercatat sebesar 8%, aviation sekitar 7%, dan engineering sekitar 6%. Adi Pramana juga menjelaskan bahwa produk-produk dengan porsi kecil, seperti kendaraan bermotor (sekitar 3%), serta lini kredit dan kesehatan, memang tidak menjadi fokus utama perusahaan. “Kurang lebih mirip-mirip portofolio persentasenya dengan tahun lalu,” ujar Adi dalam sebuah media briefing Tugu Insurance di Jakarta, Jumat (14/11/2025), menegaskan stabilitas komposisi portofolio.
Tidak hanya dari sisi pendapatan premi, Tugu Insurance juga menunjukkan perbaikan signifikan dalam manajemen klaim. Perusahaan mencatat penurunan klaim yang dibayarkan, seiring dengan pembentukan cadangan (reserve) yang lebih efisien. Kondisi ini secara langsung berdampak positif pada rasio kerugian (loss ratio) perseroan, yang membaik dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun tidak dijelaskan secara rinci besaran klaim yang telah dibayarkan, Adi Pramana mengidentifikasi segmen energi sebagai sumber klaim terbesar, yang konsisten dengan karakter risiko eksotik yang menjadi spesialisasi perusahaan.
Strategi bisnis Tugu Insurance juga menyoroti fokus pada pasar non-captive, di mana sekitar 80% dari pendapatan premi perusahaan berasal dari segmen ini. Porsi yang substansial ini diperkirakan akan tetap stabil di tahun mendatang, mengingat premi captive memiliki batasan tertentu. Sebagai bagian dari upaya inovasi, Tugu Insurance tengah bersiap meluncurkan produk-produk baru yang didesain agar lebih simpel dan mudah diklaim melalui kanal InsurTech. Langkah ini dilakukan sembari terus memperkuat proses underwriting untuk lini-lini bisnis lainnya, menunjukkan komitmen perusahaan terhadap pertumbuhan berkelanjutan dan pelayanan yang lebih baik.
Kinerja positif Tugu Insurance ini terjadi di tengah perlambatan pertumbuhan industri asuransi secara keseluruhan. Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pendapatan premi industri asuransi umum dan reasuransi nasional mencapai Rp 113,49 triliun per September 2025. Angka ini menunjukkan pertumbuhan 3,38% secara tahunan, sebuah laju yang melambat dibandingkan pertumbuhan 9,78% YoY pada periode yang sama tahun sebelumnya. Dalam konteks ini, capaian Tugu Insurance yang mampu mempertahankan pertumbuhan premisnya menunjukkan daya tahan dan strategi yang efektif di pasar yang kompetitif.
Ringkasan
Tugu Insurance mencatatkan pendapatan premi bruto konsolidasian sebesar Rp 7,24 triliun pada kuartal III-2025, meningkat 6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini didorong oleh solidnya performa perusahaan di tengah dinamika pasar, dengan lini fire (properti) menjadi kontributor utama sebesar 42% dari total pendapatan premi.
Selain peningkatan pendapatan premi, Tugu Insurance juga menunjukkan perbaikan dalam manajemen klaim, yang menyebabkan penurunan klaim yang dibayarkan dan perbaikan rasio kerugian. Fokus perusahaan pada pasar non-captive, yang menyumbang 80% pendapatan premi, akan tetap menjadi strategi utama, serta peluncuran produk baru melalui kanal InsurTech untuk pertumbuhan berkelanjutan.