
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan dampak temuan beras ilegal terhadap psikologi jutaan petani. Terbaru, ada 40,4 ton beras ilegal masuk lewat di Batam dan 250 ton beras ilegal lewat Sabang.
Amran menegaskan kasus beras ilegal menjadi perhatian khusus karena beras merupakan komoditas paling sensitif di Indonesia. Ia menyebut persoalan utama bukan hanya jumlah beras ilegal, tetapi efeknya terhadap semangat petani.
“Jadi perlu kami sampaikan bukan nilai 40 tonnya, tetapi yang kita harus jaga adalah semangat petani kita untuk tanam jangan sampai petani kita ada 115 juta orang 29 juta KK itu demotivasi,” ungkap Amran di kediamannya, Jakarta Selatan, Selasa (25/11).
Amran memaparkan pemerintah telah mengeluarkan berbagai paket deregulasi untuk mempermudah petani, termasuk 19 regulasi dari presiden, penurunan harga pupuk 20 persen, penambahan volume pupuk bersubsidi, serta bantuan alat mesin pertanian.
“Ini pertama dalam sejarah pupuk, harga pupuk turun 20 persen. Sehingga petani kita bersemangat tanam,” ujar Amran.
Menurut Amran, kondisi tersebut membuat target swasembada yang awalnya direncanakan empat tahun bisa dicapai lebih cepat pada tahun ini.

Namun, ia menegaskan temuan beras ilegal seperti yang terjadi di Batam dan Sabang berpotensi mengguncang motivasi petani, khususnya dalam bekerja di sawah.
“Dampaknya 1 liter, 10 ton, 1 ton dengan 1 juta (beras impor ilegal) itu sama psikologinya kepada petani, petani kita harus dijaga itu 100 juta lebih,” tutur Amran.
Di tengah situasi itu, kanal Lapor Pak Amran disebut kembali dibanjiri laporan dari masyarakat. Sudah ada dua ribuan laporan yang diterima Amran. Ia akan mendalami berbagai laporan tersebut.
Ia mengeklaim sejumlah laporan sudah ditindak, termasuk pungutan liar traktor, lonjakan harga pupuk, hingga pupuk palsu.
“Ada mengambil fee untuk traktor, ada harga pupuk naik itu langsung kita cabut izinnya, pupuk palsu ada juga. Kami langsung kirim ke daerah,” ungkap Amran.