Seorang guru kelas 6 di SD negeri Kecamatan Tirtajaya, Karawang, bernama Nurmala, mengungkapkan kebiasaan seorang siswa berinisial A yang diduga menjadi pelaku bullying terhadap teman sekelasnya, NER, hingga mengakibatkan patah tulang tangan kanan. Insiden serius ini menyoroti dinamika perilaku siswa di lingkungan sekolah, dengan A yang disebut memiliki kecenderungan usil yang merugikan.
Menurut Nurmala, siswa A memang dikenal dengan perilaku superaktif dan kerap menjahili teman-temannya di kelas, terutama siswi perempuan. “Anaknya mah ya superaktif, kalau lihat dari sisi psikolog, itu dia tuh memang senang melihat temannya dijailin, punya kesenangan tersendiri dia,” ungkap Nurmala pada Kamis (27/11), menjelaskan motif di balik tindakan A.
Lebih lanjut, Nurmala menjelaskan bahwa kebiasaan jahil A ini secara spesifik hanya menyasar teman-teman perempuannya. Ia cenderung tidak bergaul dengan teman sesama laki-laki dan lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kelas, bahkan ketika anak laki-laki lain bermain di luar. “Sebenarnya anaknya nggak gagah, cuma jahilnya itu ke perempuan aja, soalnya ruang lingkupnya ama perempuan. Semisal kalau kelas 6 anak laki-laki main bola, dia mah ya di dalem kelas aja,” jelasnya, menggambarkan lingkup sosial A yang terbatas.
Nurmala juga menyoroti pengaruh campur tangan orang tua A yang menurutnya turut membentuk perangai siswa tersebut. Ia menyesalkan adanya pembelaan berlebihan dari orang tua A, bahkan untuk masalah-masalah sepele yang dilakukan anaknya. “Perangainya doang, soalnya selalu dapat pembelaan dari orang tua walaupun salah, walaupun ada hal sepele pasti laporan,” kata Nurmala, mengindikasikan bahwa pola asuh tersebut berkontribusi pada karakter A yang kurang baik dalam berinteraksi dengan sesama teman.
Berbanding terbalik dengan A yang disebut tak begitu berprestasi, korban bullying, NER, justru dikenal sebagai siswi yang gemilang dengan segudang pencapaian. “Kalau korban mah langganan prestasi di sekolah, siswi berprestasi, lomba pidato dia juara tingkat kabupaten, lomba OSN MIPA dia juga juara di kabupaten. Pokoknya bagus lah, sering diikutin les juga sama orang tuanya,” papar Nurmala, menunjukkan kontras yang mencolok antara pelaku dan korban.
Sekolah Upayakan Mediasi
Menanggapi kasus bullying yang menimpa NER, pihak sekolah tidak tinggal diam dan telah berupaya melakukan mediasi antar-keluarga. Upaya ini melibatkan pihak sekolah, PGRI, dan Korwil, dengan harapan menemukan titik terang dan penyelesaian damai.
Namun, harapan mediasi ini menemui jalan buntu. Pihak keluarga korban mengungkapkan kekecewaan mendalam karena pihak terduga pelaku dinilai tidak menunjukkan itikad baik. Akibatnya, keluarga korban memutuskan untuk menempuh jalur hukum demi mencari keadilan. “Sejak awal kejadian kita ke sana, sama PGRI, Korwil, cuma memang akhirnya mau tetap ke jalur hukum aja. Mereka (korban) kecewa pihak terduga gak ada itikad baik. Jadi kami sebagai pihak sekolah ya gimana ya. Orang tuanya bilang lagian kejadiannya bukan di jam sekolah, itu keputusan keluarga korban,” tutup Nurmala, menggambarkan dilema yang dihadapi pihak sekolah mengingat insiden terjadi di luar jam pelajaran resmi.
Ringkasan
Seorang siswa kelas 6 SD di Karawang, berinisial A, diduga melakukan bullying terhadap teman sekelasnya, NER, hingga menyebabkan patah tulang tangan. Guru kelas, Nurmala, menyebut A memiliki perilaku superaktif dan sering menjahili teman perempuannya. Nurmala juga menyoroti pengaruh pembelaan berlebihan dari orang tua A yang membentuk perangai siswa tersebut.
Pihak sekolah telah melakukan mediasi, namun menemui jalan buntu karena keluarga pelaku dinilai tidak memiliki itikad baik. Akibatnya, keluarga korban memutuskan untuk menempuh jalur hukum. Korban, NER, dikenal sebagai siswi berprestasi, sangat kontras dengan A yang tak begitu berprestasi.