FIFPro, asosiasi pesepak bola profesional dunia, telah secara resmi merilis pernyataan penting pada Senin, 1 Desember 2025, mengenai kasus tujuh pemain naturalisasi tim nasional Malaysia yang status kelayakannya dipertanyakan.
Pernyataan ini muncul setelah Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) menjatuhkan sanksi larangan bermain selama 12 bulan bagi para pemain tersebut akibat dugaan pemalsuan dokumen. Organisasi serikat pekerja di antara pesepak bola profesional ini menyatakan keberatan kuat terhadap sanksi yang dijatuhkan, menyebutnya “sangat tidak proporsional mengingat situasi khusus kasus ini.”
Menurut FIFPro, tujuh pesepak bola Malaysia ini sejatinya berada dalam posisi tidak bersalah dan hanya menjadi korban dalam skandal pemalsuan dokumen yang melanda tim nasional Malaysia. Putusan FIFA sendiri menegaskan bahwa para pemain tidak memalsukan dokumen apa pun untuk memperoleh eligibilitas, bahkan secara tegas mengakui bahwa dokumen yang mereka serahkan adalah asli.
FIFPro menyoroti fakta bahwa ketujuh pemain berada dalam situasi yang sama persis, yang mengindikasikan bahwa kemungkinan pemalsuan dokumen bukanlah hasil dari tindakan individu. Lebih lanjut, FIFPro menjelaskan bahwa para pemain tidak memiliki cara untuk secara mandiri mendapatkan konfirmasi yang mengikat dari FIFA mengenai kelayakan mereka, sebuah prosedur yang bahkan tidak diwajibkan berdasarkan peraturan yang berlaku saat ini.
Oleh karena itu, FIFPro merasa sangat meresahkan jika para pemain dianggap bertanggung jawab atas pengajuan yang dilakukan oleh asosiasi nasional kepada FIFA, terutama karena kewajiban verifikasi dokumen yang tidak mereka terbitkan maupun serahkan dibebankan kepada mereka.
Pernyataan FIFPro ini secara implisit mengisyaratkan bahwa pemalsuan dokumen tersebut kemungkinan besar dilakukan oleh Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) tanpa sepengetahuan para pemain yang bersangkutan. Dugaan ini diperkuat oleh dukungan Pangeran Johor, Tunku Ismail Ibni Sultan Ibrahim (TMJ), yang dikenal akrab disapa TMJ, yang sejak awal menganggap pemainnya tidak bersalah dan berkomitmen mengawal kasus ini sampai akhir. Dalam cuitannya, TMJ singkat menulis “100” yang mengutip unggahan FIFPro, menunjukkan persetujuan penuhnya.
Menanggapi keputusan FIFA, FAM sendiri telah menyatakan akan membawa kasus ini ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS). FAM telah menerima alasan lengkap penolakan banding mereka oleh FIFA pada pertengahan November lalu. Langkah ini diambil untuk memastikan keadilan dapat ditegakkan serta mempertahankan integritas proses kelayakan pemain yang telah ditetapkan oleh Kerajaan Malaysia dan badan terkait. FAM menegaskan komitmennya untuk memperjuangkan hak semua pemain yang layak mewakili negara, serta akan memastikan setiap tindakan diambil secara profesional, tulus, dan sesuai saluran hukum yang berlaku.
Ringkasan
FIFPro membela tujuh pemain naturalisasi Malaysia yang diskors FIFA selama 12 bulan karena dugaan pemalsuan dokumen. FIFPro berpendapat bahwa sanksi tersebut tidak proporsional karena para pemain tidak bersalah dan menjadi korban dalam skandal tersebut, dimana FIFA mengakui bahwa dokumen yang diserahkan pemain asli.
FIFPro menyoroti bahwa pemain tidak memiliki cara untuk memverifikasi kelayakan mereka secara independen dan menganggap tidak adil jika pemain bertanggung jawab atas pengajuan yang dilakukan oleh asosiasi nasional. Pangeran Johor mendukung pernyataan FIFPro, dan FAM menyatakan akan membawa kasus ini ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS).