
Situasi darurat di Sri Lanka kian memburuk seiring terus bertambahnya korban jiwa akibat bencana tanah longsor dan banjir bandang yang melanda. Hingga laporan pada Selasa (2/12), otoritas setempat mengumumkan bahwa jumlah korban meninggal dunia telah mencapai 410 orang.
Selain ratusan korban jiwa, Pusat Penanganan Bencana Sri Lanka juga melaporkan bahwa 336 warga lainnya masih dinyatakan hilang, menimbulkan kekhawatiran serius akan potensi peningkatan jumlah korban. Bencana masif ini dipicu oleh curah hujan deras yang melanda Sri Lanka selama sepekan penuh, mengubah bentang alam negara kepulauan tersebut menjadi medan bencana, demikian dilansir dari AFP.
Musibah ini adalah konsekuensi langsung dari terjangan Siklon Tropis Ditwah, sebuah badai dahsyat yang melumpuhkan sebagian besar wilayah Sri Lanka. Siklon ini hadir nyaris bersamaan dengan Siklon Tropis Senyar yang sebelumnya menghantam Sumatera, Thailand bagian selatan, dan Malaysia pada akhir November. Akibat keganasan Ditwah, hampir seluruh dataran rendah terendam banjir parah, sementara daerah dataran tinggi menghadapi ancaman tanah longsor yang merusak.
Skala dampak bencana ini sangat mencengangkan, dengan 1,5 juta penduduk Sri Lanka terdampak secara langsung. Kondisi ini menjadikannya bencana alam terparah di Sri Lanka sejak tsunami Samudera Hindia yang meluluhlantakkan pada tahun 2004.
Terparah Sejak Tsunami 2004
Tsunami dahsyat tahun 2004 yang turut memporakporandakan Aceh, Indonesia, kala itu menewaskan lebih dari 200 ribu jiwa di berbagai negara. Dalam upaya pemulihan, otoritas Sri Lanka pada Senin kemarin telah mengumumkan bahwa layanan penerbangan dan kereta api telah kembali beroperasi setelah sempat lumpuh akibat terjangan banjir dan tanah longsor.
Kendati demikian, tantangan masih besar, terbukti dari keputusan untuk tetap meliburkan kegiatan belajar mengajar di sekolah-sekolah hingga batas waktu yang belum ditentukan. Menggambarkan beratnya situasi, Presiden Sri Lanka, Anura Kumara, secara terbuka mengakui bahwa ini adalah kali pertama negaranya dihantam bencana yang meluas hingga ke seluruh wilayah. “Ini adalah yang terbesar dan paling menantang dalam sejarah Sri Lanka,” tegas Anura, seperti dilansir dari Reuters, menggarisbawahi skala krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Ringkasan
Sri Lanka dilanda banjir dan longsor terparah yang menyebabkan sedikitnya 410 orang tewas dan 336 lainnya hilang. Bencana ini dipicu oleh curah hujan deras akibat Siklon Tropis Ditwah, yang juga menyebabkan sekitar 1,5 juta penduduk terdampak secara langsung.
Pemerintah Sri Lanka telah mengaktifkan kembali layanan penerbangan dan kereta api, namun sekolah masih diliburkan. Presiden Sri Lanka menyatakan bahwa bencana ini adalah yang terbesar dan paling menantang dalam sejarah negara tersebut, menjadikannya bencana terparah sejak tsunami 2004.