
Dalam menyambut tahun baru, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung, menyatakan pihaknya tengah menggalang donasi bagi korban bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Hal itu ia sampaikan ketika melakukan safari pada Malam Natal di Gereja Keluarga Kudus Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (24/12).
“Kita melakukan donasi, dan donasi itu melalui QRIS. Sekarang sudah mulai dilakukan. Mudah-mudahan nanti akan berapa pun terkumpul, akan semuanya kami salurkan,” ujar dia.
Pramono mengatakan, hasil donasi akan mulai disalurkan setelah pergantian tahun.
“Kalau yang menyambut tahun baru, tentunya setelah tahun baru. Baru saja saya juga komunikasi dengan beberapa kepala daerah di Aceh,” jelasnya.

Pramono menambahkan, pihaknya juga senantiasa menyalurkan bantuan melalui APBD.
“Pemerintah Jakarta dengan APBD, kami juga tetap membantu saudara-saudara kita yang ada di Aceh, Sumatera Utara, maupun Sumatera Barat,” pungkasnya.
Pram Imbau Rayakan Tahun Baru dengan Sederhana
Pramono menyatakan perayaan Tahun Baru 2026 di Jakarta tidak perlu diramaikan dengan kembang api. Menurutnya, perayaan harus dilakukan tanpa menampilkan kemewahan yang berlebihan, mengingat bencana sedang melanda negeri.
“Kembang api menurut saya juga tidak perlu ada, jadi pakai drone saja cukup. Karena bagaimana pun Jakarta sebagai Ibu Kota negara akan dilihat negara-negara lain. Maka saya akan meminta tim khusus untuk menyiapkan itu,” kata Pramono di Ancol Barat, Jakarta Utara, Jumat (19/12).

Pramono menegaskan, konsep perayaan Tahun Baru yang tengah disiapkan Pemprov DKI mengedepankan kesederhanaan serta empati terhadap bencana yang terjadi di Aceh dan Sumatera.
“Jadi saya sudah memikirkan. Yang pertama, yang paling utama adalah tidak ada kemeriahan yang berlebihan atau yang bersifat mewah-mewah, saya enggak mau itu,” kata Pramono.
Selain itu, Pramono mengatakan akan disiapkan ruang khusus bagi masyarakat untuk berdoa, khususnya terkait musibah yang terjadi di Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara.
“Yang kedua, pasti nanti akan ada tempat secara khusus untuk kita merenung, berdoa, kontemplasi. Terutama berkaitan dengan peristiwa yang terjadi di Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara,” jelasnya.
Meski demikian, Pramono menyebut pemerintah tidak melarang masyarakat mengekspresikan rasa syukur dengan cara lain selama tetap menjaga kepatutan dan empati.
“Tetapi saya juga tidak ingin semua orang kemudian enggak boleh bersyukur dengan cara yang lain,” tutur Pramono.