Bandung – Universitas Islam Bandung (Unisba) membantah narasi yang beredar luas di media sosial terkait insiden penembakan gas air mata di sekitar kampus mereka. Rektor Unisba, Prof. Ir. A. Harits Nu’man, menegaskan bahwa tembakan gas air mata yang dilepaskan pihak kepolisian tidak diarahkan ke dalam area kampus. Sebaliknya, lontaran gas air mata tersebut ditujukan kepada sekelompok massa anarko yang melakukan pemblokiran jalan di depan kampus Unisba dan Universitas Pasundan (Unpas) pada Senin malam (1/9) hingga Selasa dini hari (2/9).
Klarifikasi dari Rektor Harits ini menjadi krusial untuk meluruskan informasi yang keliru, terutama tudingan bahwa aparat kepolisian menyerbu kampus Unisba yang berlokasi di Jalan Tamansari, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung.
Untuk memberikan gambaran yang utuh dan akurat, berikut adalah kronologi lengkap kejadian di depan kampus Unisba, berdasarkan penjelasan resmi dari pihak kampus:
Senin, 1 September
Pada hari Senin, Unisba secara proaktif membuka Posko Evakuasi Korban Demo di lingkungan kampusnya. Inisiatif ini bertujuan untuk memberikan pertolongan medis segera kepada demonstran yang mungkin terluka selama aksi unjuk rasa. Hingga pukul 17.00 WIB, posko tersebut telah menerima total 62 pendemo yang sebelumnya berunjuk rasa di DPRD Jawa Barat. Mayoritas dari mereka dilaporkan mengalami sesak napas akibat paparan gas air mata.
“Unjuk rasa yang terjadi kemarin itu hanya berlangsung sampai pukul 17.00 WIB, setelah itu para pendemo dari DPRD Jabar sudah kembali,” jelas Rektor Harits dalam konferensi pers yang diadakan di Kampus Unisba, Bandung, pada Selasa (2/9).
Proses penanganan medis di posko berlangsung intensif hingga pukul 21.00 WIB. “Hingga jam sembilan malam, kami masih menangani beberapa korban yang mengalami sesak napas dan lemas. Setelah selesai kami bantu, tangani, dan evakuasi, mereka akhirnya selamat dan dijemput oleh pihak keluarga,” tambah Harits, menggambarkan dedikasi tim kampus.
Pukul 21.00 WIB
Pada jam ini, Posko Evakuasi Korban Demo resmi ditutup. Meskipun demikian, sebagian tim kampus dan relawan masih berada di lingkungan Unisba. “Beberapa mahasiswa Unisba dan relawan mungkin baru pulang setelah kami menutup posko evakuasi korban pada pukul sembilan malam,” ungkap Harits, mengindikasikan adanya pergerakan di dalam dan sekitar kampus.
Namun, situasi di luar kampus mulai berubah drastis. Sebuah kelompok massa tak dikenal, yang berbeda dari demonstran sebelumnya, mulai bergerombol dan melakukan pemblokiran di berbagai ruas jalan strategis di sekitar kampus. “Di luar dugaan kami, massa-massa ini mulai berkumpul dari satu lokasi ke lokasi lain. Mereka terpantau mulai dari Jalan Trunojoyo, berlanjut ke Jalan Sulanjana, Taman Radio, Purnawarman, Simpang Hariang Banga atau Ranggagading, hingga di depan gedung LPPM. Pemblokiran jalan bahkan meluas sampai ke Taman Sari Atas dan Taman Sari bawah, tepat di depan gedung Unpas,” papar Harits, menggambarkan skala gangguan yang terjadi.
Pukul 23.35 WIB-24.00 WIB
Menjelang tengah malam, ketegangan memuncak di Jalan Tamansari. Terdengar tembakan gas air mata yang dilepaskan di ruas jalanan depan kampus Unisba. Dalam kepanikan, sejumlah massa yang terpukul mundur oleh gas air mata kemudian mencari perlindungan. Mereka dilaporkan melompat pagar dan bahkan membuka paksa pintu gedung utama Unisba di Jalan Taman Sari 1, lalu akhirnya masuk ke dalam area kampus.
Rektor Harits menegaskan bahwa individu yang masuk ke dalam kampus pada saat itu adalah murni pendemo yang sedang mencari tempat berlindung dari situasi di luar. Jumlah mereka pun cukup banyak. “Secara logis, jika para pendemo tersebut adalah mahasiswa, mereka seharusnya sudah bubar sejak pukul 17.00 WIB,” tegas Harits, menggarisbawahi perbedaan identitas antara mahasiswa dan kelompok yang masuk kampus untuk berlindung.
Setelah Pukul 24.00 WIB
Meski massa bersembunyi di dalam kampus, pantauan CCTV menunjukkan dengan jelas bahwa tidak ada satu pun personel kepolisian atau aparat keamanan lain yang memasuki area Unisba. “Sepanjang insiden penembakan gas air mata berlangsung, tidak ada aparat, baik yang berseragam maupun berpakaian sipil, atau intel yang menyamar, yang masuk ke dalam area kampus kami,” Rektor Harits menegaskan, menepis tudingan adanya penyerbuan dari pihak berwajib.
Pukul 01.00 WIB
Memasuki dini hari, pihak kampus segera mengambil langkah tegas untuk mengamankan lingkungan internal. Mereka melakukan sweeping menyeluruh di seluruh area kampus untuk memastikan situasi tetap kondusif. “Kami hanya melakukan sweeping, meminta siapa pun orang luar yang berada di kampus untuk segera pulang. Proses ini kami mulai sejak pukul satu dini hari,” tutur Harits.
Pukul 04.00 WIB
Operasi sweeping berhasil diselesaikan sepenuhnya pada pukul empat pagi. Dengan demikian, seluruh area Kampus Unisba dinyatakan clear dan aman dari keberadaan orang luar. “Alhamdulillah, dari pukul empat pagi hingga siang ini, saat konferensi pers ini berlangsung, kami semua masih diberikan kesehatan,” ucap Harits dengan nada syukur, menandakan berakhirnya ketegangan.
Menutup pernyataannya, Rektor Harits dengan tegas menyatakan bahwa Unisba menolak keras anarkisme dan segala bentuk politisasi di lingkungan kampus. Beliau menekankan bahwa Unisba bukanlah tempat bernaung bagi para pendemo yang cenderung anarkis atau merusak ketertiban.
“Kampus Unisba adalah kampus umat, kampus perjuangan yang menjadi wadah bagi kaum intelektual,” ujarnya, menggarisbawahi nilai-nilai fundamental institusinya.
Sebagai langkah antisipasi di masa mendatang, Harits menambahkan, pihak kampus akan bersikap sangat selektif dalam memberikan bantuan atau membuka posko evakuasi korban. “Kami akan lebih berhati-hati dalam memberikan bantuan, dan dengan berat hati kami sampaikan bahwa bagi kelompok anarkis, tidak ada tempat di kampus Unisba,” tegasnya, menegaskan komitmen kampus terhadap keamanan dan ketertiban akademik.