Presiden Prabowo Subianto memanggil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Muhammad Herindra, ke Istana Merdeka Jakarta pada Kamis (4/9). Pertemuan ini bertujuan untuk menerima laporan langsung mengenai perkembangan situasi keamanan domestik. Sebelum memasuki gerbang Istana, Herindra sempat menyatakan kepada awak media bahwa ia memiliki “informasi yang harus saya sampaikan kepada presiden” terkait dinamika keamanan negara.
Dalam laporannya, Muhammad Herindra, yang pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Pertahanan periode 2020-2024, memberikan gambaran positif. Ia menyampaikan bahwa situasi sosial masyarakat secara umum telah berangsur membaik, terutama di tengah gelombang aksi unjuk rasa yang telah berlangsung sejak 25 Agustus lalu. Dengan keyakinan, Herindra menambahkan, “InsyaAllah aman.”
Pernyataan senada mengenai stabilitas nasional juga disampaikan oleh Kepala Badan Pengendalian Pembangunan dan Investigasi Khusus (Bappisus), Aris Marsudiyanto. Menurut Aris, kondisi nasional saat ini menunjukkan tanda-tanda semakin terkendali, sebuah capaian yang merupakan hasil kolaborasi seluruh elemen bangsa. Ia secara khusus menyoroti peran penting berbagai pihak, termasuk organisasi masyarakat (ormas) keagamaan, dalam menjaga ketertiban. “Aman. Semuanya aman, kita harus kompak,” tegas Aris, menyerukan persatuan.
Panggilan dan laporan mengenai situasi keamanan ini terjadi tak lama setelah Presiden Prabowo Subianto kembali dari kunjungan singkatnya ke Cina. Dalam kunjungan satu hari tersebut, Prabowo diketahui menghadiri sebuah parade militer, menandakan agenda yang padat bagi Kepala Negara.
Meskipun demikian, di beberapa lokasi di Jakarta, aksi unjuk rasa masih terus bergulir. Salah satu titik fokus aksi tersebut adalah Kawasan Patung Kuda, Monas, Jakarta Pusat, di mana mayoritas massa merupakan kalangan buruh. Mereka menyuarakan tuntutan tegas terkait reformasi pajak serta menyuarakan protes terhadap besaran tunjangan yang diterima oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Selain itu, demonstrasi signifikan juga terlihat di depan gedung DPR, didominasi oleh partisipasi mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI). Mengusung tema ‘Selamatkan Indonesia’ dalam aksi damai mereka, BEM SI menyoroti berbagai isu krusial. Permasalahan yang menjadi perhatian utama meliputi tindakan korupsi, sistem hukum yang dinilai semakin dipolitisasi, hingga kebijakan-kebijakan negara yang dianggap tidak berpihak kepada rakyat.