jpnn.com – Gunung Semeru, puncak tertinggi di Pulau Jawa yang berdiri megah di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur, kembali menunjukkan aktivitas vulkaniknya yang intens. Pada Minggu pagi, 14 September 2025, gunung berapi ini tercatat mengalami empat kali erupsi dengan letusan abu vulkanik yang mencapai ketinggian hingga 800 meter di atas puncak, memicu kewaspadaan di wilayah sekitarnya.
Serangkaian erupsi Semeru dimulai pada pukul 05.13 WIB. Letusan pertama ini menghasilkan kolom abu setinggi sekitar 700 meter di atas puncak, atau setara dengan 4.376 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kolom abu yang teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang ini bergerak ke arah utara, dan pada saat laporan ini disusun, aktivitas erupsi masih berlangsung.
Tak berselang lama, erupsi kedua menyusul pada pukul 05.52 WIB, menunjukkan peningkatan intensitas. Kali ini, tinggi kolom letusan teramati mencapai sekitar 800 meter di atas puncak, atau 4.476 mdpl. Liswanto, Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru di Lumajang, menjelaskan bahwa seperti letusan sebelumnya, kolom abu berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang ini juga bergerak ke arah utara dan masih dalam proses erupsi saat laporan dibuat.
Aktivitas Gunung Semeru terus berlanjut dengan erupsi ketiga pada pukul 06.41 WIB. Letusan ini mengeluarkan kolom abu setinggi sekitar 500 meter di atas puncak, dengan kolom abu berwarna putih berintensitas tebal yang kembali mengarah ke utara. Erupsi ini terekam jelas di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 115 detik. Puncak aktivitas letusan pagi itu ditandai dengan erupsi keempat pada pukul 07.33 WIB. Kolom letusan teramati mencapai 700 meter di atas puncak, dengan abu berwarna putih hingga kelabu berintensitas tebal yang lagi-lagi bergerak ke utara. Erupsi ini tercatat di seismograf dengan amplitudo maksimum yang sama, 22 mm, namun dengan durasi sedikit lebih panjang, yaitu 147 detik.
Meskipun intensitas erupsi bervariasi, Gunung Semeru tetap berada pada status Waspada atau Level II. Menanggapi kondisi ini, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengeluarkan serangkaian rekomendasi penting untuk keselamatan masyarakat. PVMBG secara tegas melarang segala bentuk aktivitas di sektor tenggara, khususnya sepanjang Besuk Kobokan, dalam radius delapan kilometer dari puncak gunung atau pusat erupsi.
Selain itu, masyarakat diimbau untuk tidak beraktivitas dalam jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan. Larangan ini diberlakukan mengingat potensi perluasan awan panas dan aliran lahar yang dapat menjangkau hingga jarak 13 kilometer dari puncak. Ancaman lain yang diwaspadai adalah lontaran batu pijar, sehingga aktivitas dalam radius tiga kilometer dari kawah atau puncak Gunung Semeru juga dilarang keras.
Pihak berwenang juga mengingatkan masyarakat untuk selalu mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar hujan. Bahaya ini terutama mengintai di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru, khususnya Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar di sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan. Kewaspadaan menjadi kunci dalam menghadapi dinamika aktivitas Gunung Semeru.(ant/jpnn)