Terungkapnya Motif Penculikan dan Pembunuhan Pegawai Bank

Photo of author

By AdminTekno

Polda Metro Jaya berhasil mengungkap secara tuntas kasus penculikan dan pembunuhan tragis terhadap Muhammad Ilham Pradipta, seorang pegawai bank yang jasadnya ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan: kaki, tangan, kepala, dan wajahnya terlilit lakban. Dalam pengungkapan kasus yang menggegerkan ini, polisi telah menetapkan total 15 orang sebagai tersangka. Delapan di antaranya telah diidentifikasi inisialnya, termasuk C, DH, YJ, dan AAN yang disebut sebagai aktor intelektual, serta AT, RS, RAH, dan EW sebagai pelaku yang menculik korban.

Berbagai pertanyaan muncul ke permukaan: apa motif sebenarnya di balik penculikan berujung maut ini? Dan bagaimana para pelaku merancang serta melancarkan aksinya? Berikut adalah rangkuman hasil pengungkapan polisi sejauh ini, yang menggambarkan detail kejahatan yang terencana dengan matang.

Motif Kejahatan: Mengincar Dana dari Rekening Dormant

Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya Triputra menjelaskan bahwa motif utama para pelaku melakukan perbuatannya adalah untuk memindahkan uang dari rekening dormant ke rekening penampungan yang telah mereka siapkan. Rekening dormant sendiri merupakan rekening tabungan yang tidak aktif atau tidak menunjukkan adanya aktivitas transaksi dalam kurun waktu tertentu.

Dalam kasus ini, Kombes Wira mengidentifikasi dua otak pelaku utama: C alias K dan DH alias Dwi Hartono. Rencana keji ini mulai disusun sekitar bulan Juni 2025, ketika C alias K menyampaikan gagasannya kepada DH. Mereka berdua kemudian berupaya mencari seorang kepala cabang bank yang dapat diajak bekerja sama untuk memuluskan rencana pemindahan dana tersebut. Namun, pencarian mereka tidak membuahkan hasil. Akhirnya, pada 30 Juli 2025, C dan DH kembali bertemu, kali ini bersama tersangka lain, AAN. Dalam pertemuan inilah, dua opsi penculikan mulai dipertimbangkan, dan Muhammad Ilham Pradipta menjadi target karena salah satu pelaku mengenal korban sebagai kepala cabang bank.

Rencana Penculikan dan Perekrutan Eksekutor: dari Sipil hingga Aparat

Para pelaku menyadari bahwa Ilham memiliki otoritas untuk memindahkan uang dari rekening dormant. Oleh karena itu, mereka mempersiapkan tim khusus untuk mengeksekusi penculikan. Seperti yang disampaikan Kombes Wira, C alias K secara aktif mengajak DH untuk mencari kepala bank yang bersedia bekerja sama dalam pemindahan dana tersebut.

Ketika upaya mencari kerja sama gagal, pada 30 Juli 2025, C alias K, DH, dan AAN kembali berdiskusi, dan opsi penculikan menjadi jalan keluar. Mereka bahkan menyusun dua skenario: menculik lalu membebaskan korban, atau menculik lalu menghabisi nyawa korban. Setelah serangkaian diskusi, pada 31 Juli 2025, C alias K, DW, dan AAN sepakat untuk memilih opsi pertama, yaitu melakukan pemaksaan dengan kekerasan dan kemudian melepaskan korban. Selanjutnya, mereka mulai mencari eksekutor yang siap menjalankan misi ini.

Proses pencarian eksekutor dimulai pada 16 Agustus 2025, ketika DH mengajak JP bertemu untuk membahas penculikan. JP diminta untuk mencari kenalan dari kelompok preman atau bahkan aparat yang dapat membantu pelaksanaan penculikan. Keesokan harinya, JP mendatangi rumah N, seorang oknum anggota TNI AD dengan pangkat Sersan Kepala. Pertemuan antara DH, JP, AAN, dan N pun terjadi untuk membahas rencana tersebut. Pada 18 Agustus 2025, tim penculikan mulai dibagi tugasnya, di mana N bertemu dengan seorang bernama FH. FH kemudian menghubungi E pada 19 Agustus 2025. E lalu datang bersama B, R, dan A, dan FH menunjukkan foto korban kepada tim E, memberikan instruksi untuk menjemput paksa Ilham.

Persiapan ‘Safe House’ dan Detik-detik Penculikan Berujung Tragis

Selain menyusun rencana eksekusi, para pelaku juga menyiapkan sebuah safe house atau rumah aman. Lokasi ini sejatinya akan digunakan untuk memaksa Ilham memindahkan dana dari rekening dormant ke rekening penampungan. Harapan mereka, di tempat tersebut Ilham dapat dipaksa memproses transaksi keuangan yang menjadi target utama mereka.

Namun, eksekusi pada 20 Agustus 2025 tidak berjalan sesuai rencana. Sekitar pukul 20.00 WIB, lima pelaku menculik Ilham di area parkir sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta Timur. Korban dimasukkan ke dalam mobil putih yang terparkir tepat di sebelah mobilnya. Ilham kemudian dipindahkan ke mobil Fortuner di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat, sekitar pukul 21.00 WIB, di mana pelaku lain telah menunggu. Rencananya, Ilham akan dibawa ke safe house yang sudah disiapkan. Namun, miskomunikasi terjadi; safe house yang dijanjikan N ternyata sedang disewa oleh orang lain. Akibatnya, tim penjemput terlambat datang. Dalam kondisi lemas karena terus dianiaya di dalam mobil akibat upayanya untuk melepaskan diri, Ilham akhirnya dibuang di daerah Serang Baru, Cikarang. Ia ditemukan dalam kondisi kaki dan tangan masih terikat, serta mulutnya terlilit lakban.

Fakta Mengejutkan: Keterlibatan Oknum Anggota TNI dan Aliran Dana

Pengungkapan kasus ini juga menyeret keterlibatan dua oknum anggota TNI AD, yakni Serka N dan Kopda F. Keduanya berperan sebagai penjemput korban Muhammad Ilham Pradipta. Komandan Polisi Militer Kodam Jaya (Danpomdam Jaya) Kolonel CPM Donny Agus menjelaskan, pada 17 Agustus 2025, JP mendatangi rumah Serka N untuk menawarkan pekerjaan menjemput seseorang yang akan dihadapkan kepada DH. Serka N menyetujui tawaran itu dan meminta sejumlah uang, kemudian menghubungi rekannya, Kopda F.

Dari tangan Kopda F, penyidik berhasil menyita uang tunai sebesar Rp 40 juta, yang diduga kuat merupakan bagian dari hasil tindak pidana tersebut. Fakta lain yang terungkap adalah bahwa kedua oknum TNI ini berasal dari satuan elite TNI AD, Detasemen Markas Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Berdasarkan hasil visum et repertum, Muhammad Ilham Pradipta meninggal dunia diakibatkan oleh kekerasan benda tumpul pada leher yang menekan saluran napas dan pembuluh nadi besar, sehingga menyebabkan mati lemas. Meskipun demikian, hasil tersebut masih belum final karena polisi masih menunggu hasil pemeriksaan toksikologi.

Polda Metro Jaya Terus Buru Informan Kunci Rekening Dormant

Meskipun sebagian besar pelaku telah ditangkap, Polda Metro Jaya terus mendalami asal-usul informasi mengenai rekening dormant yang menjadi pemicu utama kejahatan ini. Dari hasil pemeriksaan, tersangka utama C alias K mendapatkan informasi penting tersebut dari seorang temannya berinisial S. Polisi kini tengah melakukan pengejaran terhadap S, mengingat identitasnya yang belum sepenuhnya jelas, dalam upaya untuk mengungkap tuntas jaringan di balik kasus penculikan dan pembunuhan pegawai bank ini.

Leave a Comment