PT Pertamina (Persero) telah berkoordinasi dengan badan usaha SPBU swasta, seperti Shell Indonesia, BP-AKR, Vivo, dan ExxonMobil, terkait skema pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) murni atau base fuel. Koordinasi ini merupakan tindak lanjut dari rapat bersama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, pada Jumat (19/9). Dalam rapat tersebut, keempat badan usaha swasta sepakat untuk mengimpor BBM dengan memanfaatkan sisa kuota impor Pertamina.
Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra, menjelaskan bahwa Pertamina telah mengajukan penawaran kepada badan usaha swasta tersebut, baik secara lisan saat diskusi maupun secara formal untuk merinci aspek komersial. “Selanjutnya menindaklanjuti pertemuan hari ini, Pertamina telah menyampaikan penawaran kepada badan usaha dan dilanjutkan dengan penawaran secara formal untuk detail kesepakatan aspek komersial,” ungkap Mars Ega dalam keterangan resmi pada Sabtu (20/9).
Langkah ini merupakan percepatan arahan Menteri ESDM untuk memenuhi kebutuhan BBM di dalam negeri. Setelah konferensi pers Menteri ESDM pada Jumat (19/9), Pertamina dan badan usaha swasta melakukan koordinasi lebih lanjut. Koordinasi tersebut mencakup skenario penyediaan pasokan BBM untuk memenuhi kebutuhan badan usaha swasta, serta membahas aspek komersial untuk merealisasikan arahan Menteri Bahlil dan memastikan ketersediaan BBM bagi masyarakat.
Hasil rapat menunjukkan kesepakatan antara Pertamina dan badan usaha swasta untuk melakukan pembelian base fuel, yaitu BBM sebelum penambahan aditif dan pewarna. Proses pengadaan akan melibatkan pemeriksaan kualitas bersama melalui join surveyor. Mengenai harga, pemerintah akan menetapkan harga yang adil bagi semua pihak, dengan mekanisme open book dan kesepakatan bersama untuk memastikan transparansi.
Kebutuhan tambahan pasokan ini muncul karena kuota impor BBM untuk badan usaha swasta tahun ini telah habis, meskipun telah ditambah 10 persen dari kuota impor tahun 2024. Peningkatan permintaan yang signifikan menjadi penyebabnya. Kementerian ESDM mencatat tren peningkatan pangsa pasar BBM nonsubsidi di SPBU swasta, naik 11 persen pada 2024 dan mencapai sekitar 15 persen hingga Juli 2025.
Pertamina Patra Niaga masih memiliki sisa kuota impor sebesar 34 persen atau sekitar 7,52 juta kiloliter. Sisa kuota ini cukup untuk memenuhi tambahan alokasi bagi SPBU swasta hingga Desember 2025 sebesar 571.748 kiloliter. Pengaturan impor BBM ini bertujuan untuk mengendalikan jumlah impor agar sesuai dengan kondisi perdagangan nasional dan menjaga cadangan strategis nasional.
Ringkasan
Pertamina berkoordinasi dengan SPBU swasta (Shell, BP-AKR, Vivo, ExxonMobil) untuk memenuhi kebutuhan BBM mereka. Pertamina menawarkan sisa kuota impornya untuk pembelian base fuel (BBM sebelum penambahan aditif) dengan pengawasan kualitas bersama. Harga akan ditentukan secara adil dan transparan melalui mekanisme open book.
Langkah ini diambil karena kuota impor SPBU swasta telah habis meskipun ditambah 10% dari kuota 2024, akibat peningkatan permintaan BBM nonsubsidi. Pertamina memiliki sisa kuota impor 34% (7,52 juta kiloliter), cukup untuk memenuhi kebutuhan tambahan SPBU swasta hingga Desember 2025 (571.748 kiloliter). Tujuannya adalah mengendalikan impor dan menjaga cadangan strategis nasional.