Mengapa isu ‘kedatangan Yesus yang kedua ke dunia’ jadi tren di TikTok?

Photo of author

By AdminTekno

Belakangan ini, jagat media sosial TikTok diramaikan oleh sebuah tren yang begitu masif, membawa serta tagar #Rapture. Fenomena viral ini menyoroti keyakinan akan akhir zaman yang sudah di ambang mata, serta kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya ke Bumi, sebuah peristiwa yang dinanti-nanti oleh sebagian umat Kristen.

Menurut kepercayaan tersebut, pada momen kedatangan Yesus yang kedua kali, seluruh pengikut Kristus – baik yang masih hidup maupun yang telah berpulang – akan secara ajaib diangkat ke langit, sebuah peristiwa spiritual untuk bertemu langsung dengan Sang Kristus.

Apa itu Rapture?

Bagi sebagian umat Kristen Protestan, Rapture diyakini sebagai momen krusial ketika para pengikut Yesus akan secara istimewa dijemput dan dibawa ke surga, sementara mereka yang tidak mengikuti ajarannya akan tertinggal di Bumi. Peristiwa ini dipercaya akan membawa perubahan fundamental pada kehidupan manusia secara permanen. Namun, penting untuk dicatat bahwa keyakinan akan Rapture ini tidak universal; tidak semua umat Kristen menganut paham yang sama.

Secara khusus, keyakinan mengenai pengangkatan pengikut Yesus ini sangat dominan di kalangan penganut kekristenan evangelikal, terutama yang berkembang pesat di Amerika Serikat. Menariknya, terlepas dari perdebatan yang melingkupinya, istilah “Rapture” atau “pengangkatan manusia” itu sendiri tidak secara eksplisit disebutkan dalam kitab suci Alkitab.

Meskipun demikian, dalam Surat Pertama kepada Jemaat Tesalonika, Paulus – salah satu rasul terkemuka dalam agama Kristen – pernah menulis tentang kembalinya Yesus Kristus di masa mendatang. Ia mencatat, “kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa.” Ayat inilah yang seringkali menjadi rujukan utama dan dikaitkan erat dengan gambaran Rapture yang populer.

Di sisi lain, sebagian besar umat Kristen juga memegang keyakinan akan kiamat, yaitu kehancuran dunia sebagai penanda akhir zaman. Dalam konteks ini, keyakinan tentang Rapture seringkali dipandang sebagai bagian integral dari penafsiran peristiwa besar tersebut.

Siapa yang menyebut Rapture akan terjadi tahun ini?

Gelombang kehebohan seputar “pengangkatan manusia jelang kedatangan Yesus yang kedua” di tahun ini bermula dari klaim seorang pendeta asal Afrika Selatan, Joshua Mhlakela. Dalam sebuah wawancara televisi, ia secara gamblang menceritakan pengalamannya “melihat Yesus dalam sebuah penglihatan”. Menurut Mhlakela, dalam penglihatannya itu, Yesus disebutkan akan kembali ke Bumi bertepatan dengan Rosh Hashanah, atau tahun baru dalam kalender Ibrani. Lebih lanjut, ia secara spesifik meramalkan bahwa Rapture akan terjadi pada tanggal 23 atau 24 September.

Namun, ramalan Mhlakela ini tidak serta-merta diterima oleh semua pihak. Di berbagai platform media sosial, banyak yang menanggapi klaim Rapture ini sebagai sekadar teori konspirasi lain yang terkait dengan ramalan akhir dunia. Sejarah mencatat banyak ramalan akhir dunia serupa yang pernah muncul sebelumnya, seperti prediksi kiamat pada Desember 2012 yang dikaitkan dengan kalender Maya. Kala itu, banyak orang juga percaya bahwa dunia akan segera berakhir, namun prediksi tersebut terbukti tidak pernah terwujud.

Bagaimana reaksi pengguna TikTok?

Di TikTok, topik Rapture telah memicu lebih dari 300.000 unggahan. Sebagian besar video ini mengutip klaim Pendeta Mhlakela, lengkap dengan referensi ayat-ayat Alkitab yang diyakini mendukung ramalannya. Beberapa unggahan bahkan memperlihatkan tindakan ekstrem, di mana para pengguna TikTok dengan yakin memberikan barang-barang mereka secara cuma-cuma kepada orang asing, dilandasi keyakinan kuat bahwa waktu mereka di Bumi tidak akan lama lagi.

Di sisi lain, banyak pula pengguna TikTok yang merespons tren ini dengan humor dan sarkasme. Tagar #raptureready menjadi populer, diisi dengan video-video satire yang secara kocak menggambarkan mereka “menunggu” peristiwa Rapture pada tanggal yang telah diprediksi oleh Mhlakela. Namun, ada juga yang menanggapi isu ini dengan lebih serius, mengunggah klip berisi pesan yang mengingatkan bahwa istilah Rapture tidak ditemukan dalam Alkitab dan Yesus sendiri tidak pernah memberitahukan kapan momen tersebut akan terjadi.

Menanggapi fenomena ini, sejumlah tokoh agama turut angkat bicara, memberikan imbauan penting agar umat tidak hanya bergantung pada media sosial sebagai satu-satunya sumber informasi. Mereka menekankan pentingnya untuk senantiasa memeriksa berbagai sumber kredibel, termasuk media berita terpercaya dan teks-teks agama asli, guna mendapatkan pemahaman yang komprehensif dan akurat mengenai isu-isu keagamaan sensitif seperti Rapture.

  • Pendeta meninggal setelah mencoba puasa 40 hari meniru Yesus
  • Puluhan orang ditemukan tewas akibat ‘sekte kelaparan‘
  • Digugat ke pengadilan, pendeta yang ‘menghidupkan orang di peti mati’
  • Pendeta meninggal setelah mencoba puasa 40 hari meniru Yesus
  • TB Joshua: Pemimpin gereja yang pernah ke Indonesia dituduh perkosa dan siksa pengikut
  • Gambaran sejarah mengerikan yang meramal kiamat

Leave a Comment