Tiga Hari Bertahan di Bawah Reruntuhan, Selawat dan Istigfar Jadi Penguat Rosi

Photo of author

By AdminTekno

Kisah pilu yang menggetarkan hati terus mengalir dari para korban selamat insiden ambruknya bangunan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny Buduran Sidoarjo. Mereka membagikan pengalaman pahitnya, bagaimana berjuang sekuat tenaga di bawah himpitan reruntuhan beton sejak struktur bangunan itu runtuh pada Senin (29/9) sore.

Salah satu kisah mengharukan datang dari Syaifurrosi Abdillah (14 tahun), santri yang akrab disapa Rosi. Ia terperangkap di bawah tumpukan beton selama tiga hari penuh, sebuah cobaan yang nyaris merenggut nyawanya. Rosi akhirnya berhasil dievaluasi oleh tim penyelamat pada Rabu (1/10) sore, membawa secercah harapan di tengah keputusasaan.

Rosi mengenang dengan jelas saat-saat mengerikan pascakejadian. Begitu bangunan ambruk dan bongkahan beton menimpanya, ia dan beberapa temannya sempat mencoba mendorong material berat itu. “Enggak bisa beton ini beton, enggak kuat,” tuturnya mengenang momen tersebut. Dalam kondisi terjepit dan menahan sakit, komunikasi dengan teman-teman di sekitarnya menjadi satu-satunya pelipur lara. Mereka berteriak sekuat tenaga meminta bantuan, namun tak ada sahutan yang datang. Keputusasaan perlahan merayap, mendorong mereka untuk akhirnya menyerah pada keadaan, “Akhirnya kami baca istigfar. Kalau capek tidur,” ujar santri asal Surabaya itu, menggambarkan bagaimana spiritualitas menjadi sandaran terakhir mereka.

Selama terperangkap, Rosi hanya bisa mengandalkan celah sempit di antara bongkahan bangunan untuk melihat cahaya matahari dan menghirup udara. Di tengah kegelapan dan kengerian, lantunan selawat dan istigfar tak henti-hentinya menjadi penghibur dan penguat mentalnya. Keyakinan dan doa adalah satu-satunya benteng pertahanannya selama masa penantian yang panjang.

Setelah sukses dievaluasi, Rosi segera dilarikan ke RSUD Notopuro Sidoarjo untuk mendapatkan penanganan medis intensif. Sayangnya, akibat luka parah yang dideritanya, ia harus menjalani operasi amputasi pada bagian bawah kaki kanannya pada Kamis (2/10), sebuah konsekuensi berat dari tragedi tersebut.

Hingga saat ini, Tim SAR gabungan masih terus berjuang melakukan evakuasi korban dari reruntuhan musala ponpes tersebut. Data terkini mencatat total korban mencapai 167 orang. Dari jumlah tersebut, 118 orang telah berhasil ditemukan, dengan rincian; 103 orang dalam kondisi selamat, 14 orang dinyatakan meninggal dunia, dan satu orang telah kembali ke rumah tanpa memerlukan penanganan medis lanjutan. Tragedi ini menjadi pengingat pahit akan kekuatan doa dan ketahanan manusia di tengah musibah yang tak terduga.

Leave a Comment