Kepolisian saat ini tengah memburu pelaku di balik ancaman teror bom yang menyasar North Jakarta Intercultural School (NJIS) di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Dalam upaya mengungkap identitas dan keberadaan pelaku, salah satu strategi kunci yang ditempuh adalah melacak jejak digital melalui transaksi kripto yang digunakan untuk permintaan tebusan.
Teror ini bermula ketika pelaku mengirimkan pesan ancaman melalui WhatsApp, menuntut uang tebusan sebesar US$30 ribu dalam bentuk kripto. Polisi pun segera bergerak cepat, berkoordinasi dengan Asosiasi Kripto untuk menelusuri asal-usul alamat dompet kripto (wallet address) yang dicantumkan pelaku dalam pesannya.
Menurut keterangan Kapolsek Kelapa Gading, Kompol Seto Handoko, pada Rabu (8/10), “Telah dilakukan pengecekan terhadap seluruh 30 crypto exchange yang terdaftar di Indonesia.” Langkah ini diambil sebagai upaya awal untuk mengidentifikasi apakah alamat dompet tersebut terkait dengan platform perdagangan kripto lokal yang teregulasi.
Namun, dari hasil pengecekan sementara yang dilakukan, kepolisian menghadapi hambatan. Kompol Seto Handoko menjelaskan bahwa alamat wallet kripto yang dimaksud ternyata tidak ditemukan atau dianggap tidak valid di seluruh bursa kripto lokal di Indonesia. Ini mengindikasikan bahwa pelaku kemungkinan menggunakan platform atau metode di luar jangkauan bursa domestik, menambah kompleksitas proses pelacakan.
Ancaman bom NJIS sendiri diterima pada Selasa (7/10), melalui pesan WhatsApp yang mencantumkan alamat Bitcoin dan ancaman peledakan bom di lingkungan sekolah jika tebusan tidak dipenuhi. Kompol Seto mengonfirmasi bahwa pesan tersebut dikirim dari nomor WhatsApp Nigeria, menambah lapisan misteri pada kasus ini.
Menanggapi laporan serius tersebut, Polsek Kelapa Gading bersama Tim Gegana Brimob Polda Metro Jaya segera diterjunkan ke lokasi. Mereka melakukan penyisiran menyeluruh di seluruh area sekolah untuk memastikan keamanan. Hasilnya, tidak ditemukan adanya benda mencurigakan yang dapat mengancam keselamatan.
Situasi di NJIS kini telah dinyatakan aman, dan kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut kembali berjalan normal. Meski demikian, kepolisian tidak menghentikan perburuan. Kasus ini juga terungkap bukan yang pertama; tercatat adanya ancaman serupa yang menargetkan beberapa sekolah internasional di wilayah Jabodetabek, termasuk Bintaro dan BSD City, pada hari yang sama.
Polisi berkomitmen penuh untuk terus melacak dan menelusuri jejak digital para pelaku, bertekad untuk mengungkap siapa dalang di balik serangkaian teror bom yang meresahkan dunia pendidikan ini.
Ringkasan
Polisi sedang memburu pelaku ancaman teror bom di North Jakarta Intercultural School (NJIS) dengan melacak jejak transaksi kripto yang diminta sebagai tebusan sebesar US$30 ribu. Penyelidikan melibatkan koordinasi dengan Asosiasi Kripto dan pengecekan terhadap 30 crypto exchange di Indonesia untuk menelusuri alamat dompet kripto pelaku.
Hasil pengecekan awal menunjukkan bahwa alamat dompet kripto tersebut tidak valid atau tidak ditemukan di bursa kripto lokal, mengindikasikan kemungkinan penggunaan platform di luar jangkauan domestik. Ancaman bom diterima melalui WhatsApp dari nomor Nigeria dan meskipun penyisiran Tim Gegana tidak menemukan benda mencurigakan dan kegiatan belajar mengajar kembali normal, polisi terus berupaya melacak jejak digital pelaku karena ada ancaman serupa juga menargetkan sekolah internasional lainnya di Jabodetabek.