Mensos Serahkan Santunan ke 17 Wali Santri Ponpes Al Khoziny, Segini Besarannya

Photo of author

By AdminTekno

Kita Tekno – , SURABAYA — Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf menunjukkan kepedulian mendalam pemerintah dengan menyerahkan santunan kepada 17 wali santri Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo. Penyerahan bantuan ini dilakukan dalam acara Tahlil Akbar Syuhada Al Khoziny yang digelar di Gedung Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU Jatim) pada Sabtu, 11 Oktober 2025. Setiap wali santri menerima bantuan sosial senilai Rp15 juta beserta paket sembako, sebagai bentuk dukungan pascamusibah.

Mensos Saifullah Yusuf menyampaikan rasa syukurnya atas kesempatan untuk berdoa bersama dalam menghadapi musibah. “Alhamdulillah, kita bisa doa bersama dalam menghadapi musibah ini,” ujarnya. Ia menegaskan perhatian serius pemerintah, dimulai dari Presiden, terhadap musibah yang menimpa Pesantren Al Khoziny hingga proses pemulihan. “Sebagai Mensos, saya diperintah melakukan pendampingan keluarga untuk perlindungan, mulai santunan, jaminan sosial, pemulihan sampai pemberdayaan,” imbuhnya, menyoroti pendekatan holistik dalam penanganan korban musibah.

Dalam kesempatan yang khidmat tersebut, Mensos didampingi oleh Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur (Jatim) KH Abdul Matin Djawahir, Pengasuh Pesantren Al-Khoziny KH Abdul Salam Mujib, serta Asisten Administrasi Umum Sekretariat Daerah (Sekda) Jatim HA Jazuli yang mewakili Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Penyerahan santunan ini secara khusus diberikan kepada wali santri dari 17 korban wafat akibat runtuhnya mushala Pesantren Al Khoziny pada 29 September 2025, menandai sebuah momen penting dalam upaya pemulihan.

Acara yang diawali dengan khotmil Quran, pembacaan Surah Yasin, dan Tahlil ini juga menjadi wadah bagi Mensos untuk menjelaskan mekanisme penyaluran bantuan. Tahap awal santunan difokuskan pada wali santri asal Surabaya, yang kemudian akan dilanjutkan secara bertahap ke wilayah lain seperti Madura, Sidoarjo, Jawa Tengah, Jawa Barat, hingga luar Jawa, memastikan bantuan tersalurkan secara merata.

Sebelumnya, Mensos juga telah menjenguk dua santri yang selamat namun mengalami luka serius, yakni Syehlendra Haical Aditya dan Syaifur Rosi Abdillah, di RS Sidoarjo, yang terpaksa menjalani amputasi kaki. Dengan penuh empati, Mensos memberikan semangat. “Sebagai santri, saya menyemangati agar sabar, ikhlas, dan kuat, menerima musibah, karena santri itu menerima musibah sebagai nasihat, pelajaran, yang kita bisa belajar dengan baik,” kata Mensos, menekankan nilai-nilai ketabahan dalam menghadapi ujian.

Terkait penanganan bencana, Mensos Saifullah Yusuf memaparkan bahwa pemerintah memiliki prosedur standar operasional (SOP) yang terbagi dalam tiga tahap: evakuasi, kedaruratan, serta rekonstruksi dan rehabilitasi. Dalam fase pemulihan, PWNU Jatim diharapkan dapat bersinergi dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim, khususnya melalui Dinas Pekerjaan Umum (PU), untuk melakukan audit komprehensif terhadap bangunan pesantren, guna mencegah kejadian serupa di masa mendatang.

Lebih dari sekadar santunan, Kementerian Sosial (Kemensos) juga berkomitmen penuh dalam program pemberdayaan dan pendampingan psikososial bagi keluarga korban musibah. Dukungan ini diwujudkan melalui bantuan permodalan usaha dan pelatihan keterampilan yang disesuaikan dengan potensi serta minat masing-masing keluarga. Untuk menjamin efektivitas program, Kemensos secara proaktif melakukan asesmen mendalam terhadap setiap keluarga korban guna mengidentifikasi kebutuhan spesifik mereka.

“Misalnya, ada yang ingin buka warung atau toko. Nanti kita asesmen dulu, kita latih dan kita berikan modal usaha,” jelas Mensos, memberikan gambaran nyata tentang implementasi program pemberdayaan yang dirancang untuk membantu keluarga bangkit kembali secara mandiri.

Bagi para korban musibah yang mengalami disabilitas pascakejadian, Kemensos menjalin kerja sama erat dengan Komisi Nasional Disabilitas (KND). Kolaborasi ini bertujuan untuk menyediakan pendampingan dan bantuan alat bantu yang sesuai, seperti kaki atau tangan palsu, kursi roda, dan tongkat. Mensos menekankan bahwa hal terpenting adalah mengembalikan semangat para santri. “Ini bukan akhir dari segalanya, tapi awal yang harus kita rancang lebih baik untuk membuat mereka bisa juga meraih prestasi,” tegasnya, menyulut harapan akan masa depan yang lebih cerah.

Menutup rangkaian acara, Wakil Rais Syuriah PWNU Jatim KH Abdul Matin Djawahir menyampaikan keyakinan mendalam bahwa para santri yang wafat dalam musibah tersebut adalah syuhada. “Insya Allah, para santri Al Khoziny yang menjadi korban musibah adalah syuhada, yang kita mungkin sedih, tapi mereka senang karena masuk surga. Musibah itu memang nasihat bagi kita di dunia agar belajar menerima ujian,” tutupnya, memberikan penghiburan spiritual dan makna mendalam atas tragedi yang terjadi.

Leave a Comment