Bogor, IDN Times – Ibu Kota Jakarta kini dihadapkan pada ancaman pencemaran yang tak terduga, sebuah bahaya tersembunyi yang terbawa oleh setiap tetes air hujan: mikroplastik (MP). Temuan mengejutkan ini diungkapkan oleh Guru Besar IPB University, Profesor Etty Riani, memicu kekhawatiran serius yang mendalam mengenai kualitas lingkungan dan kesehatan jutaan warga Jakarta.
Profesor Etty Riani, seorang pakar dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB, menjelaskan bahwa fenomena ini sangat mungkin terjadi. Hal ini dikarenakan partikel nanoplastik yang ukurannya sangat ringan mudah terangkat dan melayang di atmosfer, menjadi bagian tak terpisahkan dari udara yang kita hirup.
Menurut Prof. Etty, euforia melihat air hujan yang turun di Jakarta harus disikapi dengan bijak. Sebab, hujan yang selama ini kita anggap sebagai pembersih udara, ternyata justru menjadi medium yang efektif untuk membawa kembali partikel-partikel mikroplastik yang mengambang di atmosfer. Partikel-partikel ini begitu kecil sehingga membuat air hujan seolah terlihat jernih dan bersih, padahal tidak demikian.
“Hujan berperan seperti pencuci udara. Mikroplastik yang melayang di atmosfer akan menyatu dengan tetesan air hujan. Karena ukurannya sangat kecil, partikel itu tidak terlihat, sehingga seolah-olah air hujan bersih,” ungkap Prof. Etty dalam keterangannya, yang dikutip pada Selasa (21/10/2025).
Sumber Mikroplastik: Ancaman Tersembunyi dari Lingkungan Sekitar
Prof. Etty menjelaskan bahwa sumber mikroplastik yang beterbangan ke atmosfer ini berasal dari berbagai kegiatan dan benda yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Kontributor utama pencemaran ini sangat bervariasi, mulai dari gesekan ban mobil di jalan raya, pelapukan sampah plastik kering yang mudah diterbangkan angin, hingga serat-serat halus dari pakaian berbahan sintetis yang kita kenakan.
“Partikel ini bisa berasal dari berbagai sumber di darat seperti gesekan ban mobil, pelapukan sampah plastik yang kering dan terbawa angin, hingga serat pakaian berbahan sintetis,” tegasnya, menunjukkan betapa meresapnya masalah ini dalam gaya hidup modern.
Ancaman Kesehatan Serius: Dari Gangguan Hormonal hingga Risiko Kanker
Isu mikroplastik ini jauh melampaui sekadar masalah lingkungan. Prof. Etty Riani mengingatkan bahwa di dalam partikel plastik terkandung bahan aditif berbahaya yang secara signifikan dapat mengancam kesehatan manusia dalam jangka panjang. Dampak seriusnya tidak hanya terbatas pada gangguan hormonal, tetapi juga berpotensi memicu berbagai penyakit mematikan, termasuk peningkatan risiko kanker.
“Plastik bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga kesehatan. Di dalamnya ada bahan aditif berbahaya yang bisa memicu gangguan hormonal dan meningkatkan risiko kanker,” jelas Prof. Etty, menggarisbawahi urgensi masalah ini bagi setiap individu.
Seruan untuk Perubahan: Hidup Sederhana dan Sanksi Tegas
Melihat urgensi dan skala masalah pencemaran mikroplastik ini, Prof. Etty mendesak pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat untuk segera melakukan perubahan gaya hidup secara drastis. Ia mendorong masyarakat agar kembali ke alam dan secara aktif meminimalkan penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan itu, ia juga menekankan pentingnya pemerintah untuk bergerak cepat dengan menerapkan sanksi yang tegas bagi para pelanggar.
“Kita perlu hidup lebih sederhana dan kembali ke alam. Kurangi penggunaan plastik, hindari produk perawatan tubuh yang mengandung mikroplastik, dan biasakan memilah sampah sejak dari rumah,” tuturnya, memberikan panduan konkret bagi masyarakat.
Prof. Etty menambahkan bahwa di samping perubahan gaya hidup individu, penerapan sanksi tegas bagi pelanggar kebijakan pengurangan plastik menjadi langkah yang sangat krusial. Kebijakan ini diharapkan mampu menekan laju pencemaran mikroplastik di Ibu Kota, demi masa depan lingkungan dan kesehatan warga Jakarta yang lebih baik.