BRIN Ungkap Air Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik, Ketahui Bahayanya!

Photo of author

By AdminTekno

Kabar mengejutkan datang dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yang berhasil mengungkap fakta bahwa air hujan di Jakarta kini telah tercemar partikel mikroplastik. Temuan ini bukan sekadar polusi biasa, melainkan ancaman serius mengingat ukuran partikel yang sangat kecil dan sifatnya yang beracun. Muhammad Reza Cordova, seorang Peneliti Ahli Utama di Pusat Riset Oseanografi BRIN, menegaskan bahwa hasil penelitian ilmiah ini telah dipublikasikan dalam jurnal Science Direct pada Januari 2022, menggarisbawahi urgensi masalah pencemaran mikroplastik di ibu kota.

Partikel Mikroplastik Terdeteksi dalam Setiap Tetes Air Hujan Jakarta

Penelitian komprehensif yang berlangsung selama 12 bulan ini berhasil mengidentifikasi keberadaan partikel mikroplastik dalam setiap tetes air hujan yang jatuh di wilayah Jakarta. Untuk mengumpulkan data, tim peneliti memanfaatkan perangkat canggih seperti rain gauge dan ombrometer. Selanjutnya, data tersebut dianalisis secara mendalam menggunakan teknologi Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) untuk secara akurat mengidentifikasi jenis polimer plastik yang terkandung. Hasilnya sangat mengkhawatirkan: laju deposisi mikroplastik di Jakarta berkisar antara tiga hingga 40 partikel per meter persegi per hari, dengan rata-rata mencapai 15 partikel setiap harinya. Ini menunjukkan tingkat pencemaran yang signifikan dan merata.

Mengenal Mikroplastik: Ancaman Tak Terlihat di Sekitar Kita

Mikroplastik didefinisikan sebagai partikel plastik dengan ukuran mikroskopis, jauh lebih kecil dari sebutir pasir. Asalnya beragam, mulai dari pecahan plastik yang terurai, serat sintetis dari pakaian, hingga butiran mikro yang sering ditemukan dalam produk kosmetik. Ukurannya yang sangat kecil membuat mikroplastik nyaris tidak terdeteksi dan sangat sulit dihilangkan dari lingkungan, menjadikannya polutan yang persisten. Lebih dari sekadar mencemari alam, keberadaan mikroplastik ini menimbulkan dampak serius bagi kesehatan manusia.

Partikel-partikel berbahaya ini dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh kita. Jalurnya meliputi udara yang kita hirup, makanan atau minuman yang kita konsumsi, bahkan bisa terserap melalui kulit. Ketika masuk ke dalam tubuh, mikroplastik tidak hanya menjadi benda asing, melainkan juga membawa serta zat-zat kimia beracun. Zat-zat ini berpotensi mengganggu fungsi hormon, memicu stres oksidatif, menyebabkan kerusakan DNA jangka panjang, dan memicu berbagai peradangan. Oleh karena itu, ancaman mikroplastik jauh lebih kompleks daripada yang terlihat.

Dampak Kronis Mikroplastik terhadap Kesehatan Manusia

Paparan jangka panjang terhadap mikroplastik tidak hanya menyebabkan masalah sesaat, tetapi juga memicu efek kronis yang serius dan berpotensi merusak kesehatan secara permanen. Berbagai risiko kesehatan yang patut menjadi perhatian mendalam antara lain:

  • Peradangan Kronis: Mikroplastik dapat menyebabkan peradangan persisten pada saluran pernapasan dan sistem pencernaan, yang dalam jangka panjang bisa memicu kondisi kesehatan yang lebih parah.

  • Gangguan Hormon Endokrin: Bahan kimia berbahaya seperti Bisphenol A (BPA) yang terlarut dari plastik dapat mengganggu sistem hormon endokrin tubuh, memengaruhi perkembangan dan fungsi organ vital.

  • Risiko Kardiovaskular dan Stres Oksidatif: Akumulasi mikroplastik di dalam tubuh dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular serta memicu stres oksidatif yang merusak sel-sel tubuh.

  • Dampak pada Sistem Reproduksi: Penelitian menunjukkan adanya hubungan antara paparan mikroplastik dengan penurunan berat testis janin, kerusakan sel epitel reproduksi, dan penurunan jumlah sperma, mengancam fertilitas.

  • Penyebaran Kontaminan Lain: Mikroplastik juga berperan sebagai “kendaraan” bagi logam berat dan mikroba patogen, memperparah dampak buruknya terhadap kesehatan manusia dan mempercepat penyebaran berbagai jenis kontaminan di dalam tubuh.

Perjalanan Riset Mikroplastik BRIN Sejak Tahun 2018

Muhammad Reza Cordova menjelaskan bahwa investigasi terhadap keberadaan mikroplastik dalam air hujan bukanlah hal baru bagi BRIN. Penelitian ini sejatinya telah dimulai sejak tahun 2018. Meskipun demikian, temuan krusial ini baru mencuat ke permukaan dan menarik perhatian publik secara luas setelah hasil penelitian dipublikasikan secara terbuka, membenarkan adanya partikel plastik yang ikut terdeposisi bersama air hujan di langit Jakarta.

Sejak awal riset, tim peneliti BRIN telah menjalin koordinasi erat dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta. Respons dari pihak DLH sangat positif dan cepat, bahkan mendorong dilakukannya penelitian lanjutan yang lebih mendalam, tidak hanya terbatas pada air hujan tetapi juga mencakup wilayah perairan Jakarta. Kolaborasi ini menunjukkan komitmen serius dalam menangani masalah pencemaran lingkungan.

Reza lebih lanjut menyoroti celah regulasi yang ada, di mana hingga saat ini belum ada standar baku mutu nasional yang secara spesifik mengatur batas aman kandungan mikroplastik, baik di udara maupun air hujan. Oleh karena itu, ia sangat berharap bahwa kerja sama penelitian yang telah dan sedang berlangsung ini dapat menjadi fondasi kuat serta pijakan awal yang kokoh dalam merumuskan kebijakan nasional yang berbasis pada bukti ilmiah. Hal ini penting untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan sehat bagi masyarakat.

Respons Sigap Pemprov DKI Jakarta Menghadapi Ancaman Mikroplastik

Menanggapi temuan BRIN yang mengkhawatirkan ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dengan sigap menilai laporan tersebut sebagai peringatan serius terhadap kondisi lingkungan ibu kota. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Asep Kuswanto, secara tegas menyatakan bahwa hasil penelitian ini adalah “tanda bahaya” yang mengindikasikan bahwa polusi plastik kini tidak hanya mencemari daratan dan lautan, tetapi juga telah merambah lapisan atmosfer Jakarta.

Sebagai langkah tindak lanjut yang konkret, Pemprov DKI Jakarta berkolaborasi erat dengan BRIN untuk memperluas dan mengintensifkan pemantauan mikroplastik di udara dan air hujan. Pemantauan ini dilakukan melalui sistem canggih Jakarta Environmental Data Integration (JEDI), sebuah platform berbasis data yang esensial untuk memantau kualitas lingkungan secara real-time. Data yang terkumpul dari sistem JEDI akan menjadi landasan utama dalam perumusan kebijakan yang efektif untuk pengendalian polusi plastik di Jakarta.

Selain upaya pemantauan dan perumusan kebijakan, pemerintah daerah juga memperkuat komitmennya dalam mengurangi sampah plastik langsung dari sumbernya. Hal ini diwujudkan melalui implementasi Peraturan Gubernur Nomor 142 Tahun 2019 tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan, serta program strategis Jakstrada Persampahan yang ambisius, menargetkan pengurangan timbulan sampah sebesar 30 persen di sumbernya. Regulasi ini menunjukkan keseriusan Pemprov DKI dalam menekan laju produksi limbah plastik.

Tak berhenti pada regulasi dan pemantauan, DLH DKI Jakarta juga gencar meluncurkan kampanye publik bertajuk ‘Jakarta Tanpa Plastik di Langit dan Bumi’. Kampanye ini dirancang untuk menumbuhkan kesadaran dan mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, memilah sampah dengan benar, dan menghindari praktik pembakaran limbah sembarangan yang berkontribusi pada polusi udara. Asep Kuswanto menekankan bahwa kondisi langit Jakarta saat ini adalah pengingat yang kuat agar setiap individu lebih bijak dalam mengelola bumi. Ia menambahkan, perubahan perilaku kolektif masyarakat adalah kunci utama dalam mengatasi persoalan polusi plastik yang semakin mendesak ini.

Leave a Comment