Sikat Gigi Sarang Bakteri? Ini Waktu Terbaik untuk Ganti!

Photo of author

By AdminTekno

Jutaan bakteri, virus herpes, hingga jamur penyebab sariawan bisa berkembang biak di sikat gigi Anda. Tapi, jangan panik dulu! Ada cara sederhana untuk menjaga kebersihan sikat gigi, setidaknya sedikit lebih baik.

Sikat gigi, tanpa kita sadari, adalah ekosistem mini yang cukup menjijikkan. Bayangkan bulu-bulunya yang mulai mekar, menjadi semacam “hutan” kecil yang setiap hari kita basahi.

Kondisi lembap ini mengubah sikat gigi menjadi surga bagi mikroorganisme. Jutaan dari mereka berkembang biak di antara bulu-bulu sikat yang menjulang.

Saat ini, sikat gigi Anda mungkin menjadi rumah bagi 1 hingga 12 juta bakteri dan jamur dari ratusan spesies berbeda. Belum lagi virus yang jumlahnya tak terhitung.

Mereka membentuk lapisan biologis di permukaan sikat yang terpapar, atau bersembunyi di antara bulu-bulu sikat yang retak dan mulai usang.

Sisa air keran, air liur, sel kulit mati, dan remah makanan yang tertinggal di mulut kita menyediakan semua nutrisi yang dibutuhkan mikroba untuk berkembang biak.

Bahkan, sesekali, mereka kedatangan tamu tak diundang, berupa “hujan” mikroorganisme yang beterbangan saat toilet di dekatnya disiram atau jendela dibuka.

Lalu, dua kali sehari, kita memasukkan “rumah mikroba” ini ke dalam mulut kita.

Pertanyaannya, seberapa khawatirkah kita tentang kebersihan sikat gigi?

Pertanyaan ini telah lama menghantui para dokter gigi dan dokter.

Mereka kemudian meneliti penghuni sikat gigi, risiko yang ditimbulkan, dan cara terbaik untuk membersihkannya.

Dari Mana Mikroba pada Sikat Gigi Berasal?

“Mikroba pada sikat gigi utamanya berasal dari tiga sumber,” kata Marc-Kevin Zinn, ahli mikrobiologi dari Universitas Ilmu Terapan Rhine-Waal di Jerman, yang mendalami kontaminasi mikroba pada sikat gigi.

Sumber-sumber itu adalah mulut kita sendiri, kulit, dan lingkungan tempat sikat gigi disimpan.

Namun, bahkan sebelum digunakan pertama kali, sikat gigi baru pun sudah bisa membawa komunitas mikrobanya sendiri. Sebuah studi terhadap 40 sikat gigi baru dari berbagai merek yang dibeli di Brasil menemukan bahwa separuhnya sudah terkontaminasi bakteri.

Untungnya, sebagian besar mikroba yang ditemukan pada sikat gigi relatif tidak berbahaya. Mayoritas berasal dari mulut kita sendiri.

Setiap kali kita menyikat gigi, bulu sikat menyapu mikroba seperti Rothia denocariosa, Streptococcaceae mitis, dan Actinomyces. Semuanya adalah penghuni mulut yang biasanya jinak.

Beberapa mikroba yang menempel di bulu dan kepala sikat bahkan bermanfaat bagi kesehatan, membantu melindungi kita dari mikroba lain yang menyebabkan kerusakan gigi.

Namun, ada juga penumpang gelap yang benar-benar berbahaya.

Bakteri Berbahaya

“Yang paling penting adalah Streptococci dan Staphylococci yang menyebabkan kerusakan gigi,” kata Vinicius Pedrazzi, profesor kedokteran gigi di University of São Paulo di Brasil.

Bakteri lain dapat menyebabkan peradangan pada gusi, yang dikenal sebagai penyakit periodontal.

Para peneliti juga menemukan bakteri dan jamur yang seharusnya tidak ada di sikat gigi.

Penumpang gelap itu adalah organisme yang lebih sering dikaitkan dengan infeksi perut dan keracunan makanan, seperti Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan Enterobacteria.

Beberapa studi juga mengidentifikasi patogen dalam sikat gigi, seperti Klebsiella pneumoniae (penyebab umum infeksi yang didapat di rumah sakit) dan ragi Candida, yang dapat menyebabkan sariawan.

Mikroba-mikroba ini berasal dari air yang kita gunakan untuk membilas sikat, tangan kita, dan bagian lain dari lingkungan sekitar sikat gigi.

Lingkungan yang dimaksud kemungkinan besar adalah kamar mandi Anda.

Kamar mandi adalah tempat hangat dan lembap, yang cenderung dialiri secara teratur dengan aerosol, tetesan air halus yang dapat membawa bakteri dan virus melalui udara.

Hal ini membuat sikat gigi yang disimpan di kamar mandi sangat rentan terhadap kontaminasi, kata Zinn.

Sebagian besar dari kita juga cenderung memiliki toilet di kamar mandi, tempat sikat gigi kita berada.

Dan, sebagai peringatan, di sinilah keadaannya menjadi sangat menjijikkan.

Siraman Toilet

Setiap kali Anda menyiram toilet, partikel air dan kotoran kecil dapat terlempar hingga 1,5 meter ke udara di sekitarnya. Yang terbawa adalah bakteri dan virus menular seperti penyebab flu, Covid-19, dan norovirus (penyebab muntah musim dingin).

Jika Anda menyimpan sikat gigi di dekat toilet, maka serpihan feses bisa saja hinggap di bulu sikat yang kemudian Anda masukkan ke dalam mulut.

Di kamar mandi umum, masalahnya mungkin lebih besar.

Penelitian di sebuah universitas menemukan bahwa 60% sikat gigi mahasiswa di kamar mandi komunal terkontaminasi bakteri yang ditemukan pada tinja. Bahkan, ada kemungkinan besar mikroba itu berasal dari orang lain.

Namun Erica Hartmann, profesor teknik di Northwestern University di Illinois, AS, yang meneliti bagaimana mikroba bertahan hidup, tidak yakin siraman toilet menjadi sumber utama masalah.

Penelitian timnya tidak menemukan bakteri terkait feses dalam jumlah berbahaya pada 34 sikat gigi yang dikirim oleh anggota masyarakat di Illinois. Menurutnya, banyak mikroba yang terkait dengan usus tidak bertahan lama ketika terpapar udara.

“Saya rasa sebagian besar orang tidak sakit karena sikat gigi mereka,” katanya.

Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa virus seperti influenza dan coronavirus dapat bertahan pada sikat gigi selama beberapa jam, bahkan hingga 48 jam dalam kasus herpes simplex virus-1, virus penyebab herpes labial.

Temuan itu menggarisbawahi pentingnya tidak berbagi sikat gigi. Badan kesehatan masyarakat juga memperingatkan agar tidak membiarkan sikat gigi bersentuhan satu sama lain, terutama dengan milik orang yang tidak tinggal serumah dengan Anda.

Namun, Hartmann melihat ini tidak terlalu menjadi masalah bagi orang yang tinggal bersama.

“Orang yang tinggal bersama berbagi proporsi mikroba yang lebih tinggi di mulut mereka daripada orang yang tidak,” katanya.

“Saya ragu ini didorong oleh rute tidak langsung seperti menyimpan sikat gigi berdekatan, dibandingkan dengan rute langsung seperti berciuman.”

Beberapa virus yang ditemukan pada sikat gigi bahkan memberikan kita keuntungan.

Hartmann dan timnya menemukan bahwa sikat gigi menampung komunitas virus yang berkembang pesat yang dikenal sebagai bakteriofag. Mereka menginfeksi bakteri daripada manusia dan dapat membantu mengendalikan jumlahnya.

Apa Risikonya?

Dalam kebanyakan kasus, risiko dari patogen ini kecil, tetapi bisa berbahaya bagi mereka yang sistem kekebalan tubuhnya terganggu dan rentan terhadap infeksi.

Penelitian Zinn, bersama dengan studi serupa yang mengurutkan DNA bakteri dari sikat gigi, menemukan bahwa setidaknya beberapa bakteri di sikat gigi membawa gen yang membuatnya resisten terhadap antibiotik. Artinya, jika bakteri tersebut menyebabkan infeksi, mereka jadi lebih sulit diberantas.

Namun, Zinn menambahkan bahwa dalam penelitiannya, gen-gen ini berada pada “tingkat yang relatif rendah” dan oleh karena itu hanya menimbulkan “kekhawatiran sedang dari perspektif kesehatan masyarakat”.

Namun, sebuah studi terhadap 50 sikat gigi dari mahasiswa di Italia menemukan bahwa semuanya membawa bakteri yang resisten terhadap banyak obat.

Beberapa sikat gigi dilengkapi dengan perawatan antimikroba yang dipasarkan sebagai cara untuk menjaga bakteri tetap terkendali.

Tetapi sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa perawatan ini tidak efektif dan bahkan dapat menyebabkan peningkatan spesies yang resisten terhadap antimikroba.

Faktanya, membiarkan sikat gigi mengering dalam posisi tegak setelah digunakan dapat menjadi cara sederhana untuk mengurangi mikroba.

Banyak virus, termasuk influenza dan coronavirus, rusak saat mengering. Bakteri seperti Streptococcus mutans, yang merupakan kontributor utama kerusakan gigi, dapat tetap hidup di bulu sikat hingga delapan jam. Tetapi pada 12 jam mereka mulai mati.

American Dental Association dan US Centers for Disease Control and Prevention juga merekomendasikan untuk tidak menutup kepala sikat gigi atau menyimpannya dalam wadah tertutup karena ini dapat mendorong pertumbuhan mikroba.

Cara Membersihkan Sikat Gigi

Ada beragam teknik yang membuat kita bingung untuk mensterilkan sikat gigi, mulai dari menggunakan sinar ultraviolet hingga memasukkannya ke dalam mesin pencuci piring atau microwave.

Beberapa teknik yang paling tidak efektif adalah mengeringkan sikat gigi dengan pengering rambut atau merendamnya dalam wiski. Microwave sering dianggap paling efektif, tetapi juga berisiko melelehkan atau merusak bulu sikat gigi Anda.

Pasta gigi yang Anda gunakan – yang seringkali memiliki sifat antimikroba – dapat mengurangi jumlah mikroba yang tumbuh di sikat gigi. Membilasnya dengan air juga membantu membuang beberapa bakteri, tetapi banyak yang masih menempel dan tumbuh.

Beberapa peneliti merekomendasikan larutan 1% cuka sebagai cara paling efektif untuk mengurangi bakteri, tetapi akan meninggalkan rasa yang mungkin dianggap tidak menyenangkan oleh sebagian orang saat Anda menggunakan sikat gigi.

Merendam kepala sikat dalam larutan obat kumur antiseptik selama lima hingga 10 menit juga bisa efektif.

Pedrazzi merekomendasikan untuk merendam sikat gigi dengan larutan obat kumur yang mengandung 0,12% klorheksidin atau 0,05% setilpiridinium klorida.

Kapan Saat yang Tepat Mengganti Sikat Gigi?

Bulu yang aus dan rusak pada sikat gigi dapat menampung lebih banyak bakteri, cairan, dan nutrisi untuk mereka tinggali.

Itu adalah salah satu alasan mengapa badan kesehatan gigi seperti American Dental Association merekomendasikan mengganti sikat gigi setiap tiga bulan atau lebih – dan lebih sering untuk orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Penelitian Zinn juga menemukan bahwa beban bakteri pada sikat gigi mencapai puncaknya setelah sekitar 12 minggu penggunaan.

Selain mengganti sikat gigi, beberapa peneliti menyoroti peran penting pasta gigi.

Pasta gigi probiotik bertujuan untuk menginokulasi dan mendorong pertumbuhan bakteri “ramah” yang diketahui bermanfaat bagi kesehatan mulut.

Streptococcus salivarius, misalnya, diketahui membantu menekan bakteri berbahaya dan melawan plak, dan sedang diuji coba oleh sebuah perusahaan di Selandia Baru.

Yang lain, Limosilactobacillus reuteri bersaing keras melawan Streptococcus mutans, berpotensi melindungi kerusakan gigi.

“Konsep seperti lapisan probiotik atau bahan bulu sikat bioaktif mungkin menawarkan cara inovatif untuk meningkatkan keseimbangan mikroba yang sehat pada sikat gigi, mengubahnya menjadi vektor perlindungan daripada risiko,” kata Zinn.

Tetapi Zinn memperingatkan masih banyak penelitian yang harus dilakukan di bidang ini.

Sambil menunggu, Anda mungkin ingin melihat lebih dekat sikat gigi Anda. Lalu berpikir, apakah sudah waktunya menggantinya atau mungkin memindahkannya lebih jauh dari toilet?

Daftar Isi

Ringkasan

Sikat gigi dapat menjadi sarang jutaan bakteri, virus, dan jamur yang berasal dari mulut, kulit, dan lingkungan. Meskipun sebagian besar mikroba ini tidak berbahaya, beberapa di antaranya dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti kerusakan gigi dan infeksi. Penting untuk diingat untuk tidak berbagi sikat gigi dan menjaga agar sikat gigi tidak saling bersentuhan.

Cara menjaga kebersihan sikat gigi meliputi membilas dengan air setelah digunakan, membiarkannya mengering dalam posisi tegak, dan menggantinya setiap tiga bulan atau lebih. Larutan cuka 1% atau obat kumur antiseptik dapat digunakan untuk mengurangi bakteri. Mengganti sikat gigi secara teratur adalah kunci untuk meminimalkan risiko paparan mikroorganisme berbahaya.

Leave a Comment