Cerita Ugi, Ayah Korban Ledakan SMAN 72: Anak Kritis, Sampai 2 Kali Operasi

Photo of author

By AdminTekno

Ahmad Aufa Sodiq (14), siswa SMAN 72, Kelapa Gading, Jakarta Utara, menjadi salah satu korban yang sempat kritis akibat ledakan di sekolahnya, Jumat (7/11). Pelaku ledakan adalah siswa di SMA itu.

Ayah korban Aufa, Ugi Abdurrahman, menceritakan kondisi sang anak yang hingga kini masih dirawat di RSI Cempaka Putih dan telah menjalani dua kali operasi.

“Ya, sudah dua kali operasi, operasi kepala, gendang telinga, sama tangan, lengan,” ujar Ugi saat kepada wartawan di SMAN 72 Jakarta, Senin (10/11).

Ugi menyebut, kini Aufa masih menjalani perawatan intensif. Selain itu, anaknya juga direncanakan akan mendapatkan operasi ketiga.

“Anak saya, di RS Islam. Hanya itu aja. Terus, yang ada operasi ketiga katanya, operasi kepala itu. Dilihatin saya itu, ada kelainan di dekat batang otak, katanya,” kata Ugi.

Dugaan Paku Tertinggal saat Operasi, RS Bantah

Ugi mengatakan, operasi kedua dilakukan karena ada kesalahan dalam penanganan awal di rumah sakit.

“Ya ternyata ada mismanajemen, manajemen rumah sakit. Akhirnya dioperasi lagi kedua, hanya tangan, ada ketinggalan barang berupa paku berukuran cukup besar.

“Paku dia besar, paku besar, sih,” jelasnya.

Ugi mengaku sempat protes karena meilai penanganan ke anaknya lambat.

“Ternyata ambil dari kamar itu sampai tiga jam, belum masuk ke ruang operasi. Saya juga komplain, komplain ini kesalahannya di manajemen atau di dokter. Saya banyak teman dokter, saya konfirmasi dengan teman dokter, itu urusan manajemen,” ujarnya.

Dihubungi terpisah, pihak Humas RSI Cempaka Putih, Anca, membantah klaim bahwa ada paku tertinggal saat operasi.

“Enggak benar,” tandasnya saat dikonfirmasi kumparan, Senin (10/11).

Posisi Korban Sangat Dekat dengan Lokasi Ledakan

Ugi menceritakan, saat kejadian, Aufa berada di sekitar masjid sekolah, tepat di dekat lokasi ledakan pertama.

“Dekat sekali, dia peledakan pertama. Di masjid, dekat sekali dia. Di sebelah kirinya,” ungkap Ugi.

Aufa tak sadarkan diri akibat ledakan pertama itu.

“Makanya dia nggak tahu ada peledakan dua, tiga. Jadi, saat peledakan pertama ya sudah dia nggak sadar. Nah, digotong, sempat viralnya karena darahnya banyak. Jadi temannya teriak, ‘Aufa kritis, Aufa kritis,” jelas Ugi.

Menurutnya, kondisi Aufa kini sudah sadar.

“Sadar, alhamdulilah,” katanya.

Namun, Aufa masih kesulitan bicara.

“Nggak, nggak bisa dia, anak kebetulan agak sulit diajak ngobrol, kecuali sama ibunya, ya,” ujarnya.

Ugi menambahkan, hingga kini belum ada sesi trauma healing yang diberikan pihak sekolah karena anaknya masih dalam perawatan. Namun, Kementerian Sosial telah berjanji akan memberikan pendampingan langsung.

“Belum. Kan anaknya belum ini (pulih), katanya jaminan dari Mensos [Kemensos]. Nanti akan datang ke rumah. Sampai ke rumah. Diawali dari rumah sakit dulu. Nanti sampai ke rumah ada tindakan dari Mensos,” jelasnya.

Menurut Ugi, sejumlah pejabat sudah sempat menjenguk anaknya di rumah sakit.

“Semua kunjungan, termasuk Kapolri sudah, wawancara dengan istri. Kebetulan saya nggak ada. Jadi ada beberapa menteri, ada Pak Gubernur juga. Tadi malam kan Mas Rano, Wakil (Gubernur) ya,” ujarnya.

Ledakan terjadi di SMAN 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Jumat (7/11) saat ibadah salat Jumat. Insiden tersebut menyebabkan puluhan siswa mengalami luka bakar dan gangguan pendengaran.

Dalam olah TKP, petugas menemukan senjata mainan bertuliskan simbol dan nama yang diduga terkait paham neo-Nazi dan terorisme kulit putih. Polisi masih menyelidiki motif serta asal mula bahan peledak — yang berisi paku — yang digunakan pelaku dalam peristiwa itu.

Leave a Comment