
Para pelaku usaha dan konsumen di Indonesia menunjukkan keahlian luar biasa dalam memanfaatkan platform video dan live streaming untuk kegiatan jual beli. Fenomena ini telah mendorong pertumbuhan video commerce yang sangat pesat, baik dari segi volume maupun transaksi, menjadikan Indonesia sebagai kekuatan digital yang patut diperhitungkan.
Temuan signifikan ini terungkap dalam laporan SEA e-Conomy 2025, sebuah studi komprehensif yang disusun kolaboratif oleh Google, Bain & Company, dan Temasek. Dilansir pada Kamis (13/11/2025), laporan tersebut secara gamblang menyatakan bahwa video commerce telah menjelma menjadi motor penggerak pertumbuhan yang krusial bagi ekonomi digital Indonesia.
Menekankan dominasi ini, Veronica Utami, Country Director Google Indonesia, menyatakan pada Kamis (13/11/2025) bahwa, “Indonesia telah memantapkan posisinya sebagai pasar video commerce terbesar dan dengan laju pertumbuhan tercepat di seluruh Asia Tenggara.”
Data laporan juga menunjukkan lonjakan signifikan pada partisipasi penjual. Jumlah pelaku usaha yang memanfaatkan platform video untuk aktivitas pemasaran melonjak drastis hingga 75% secara tahunan, mencapai angka 800.000 penjual. Kenaikan ini secara langsung memicu peningkatan volume transaksi tahunan sebesar 90%, menyentuh angka fantastis 2,6 miliar transaksi.
Fenomena video commerce ini, menurut laporan SEA e-Conomy 2025, tidak hanya mengubah lanskap perdagangan, tetapi juga secara fundamental membentuk ulang perilaku konsumen. Ini menciptakan gelombang peluang baru yang substansial bagi para penjual daring dan pengelola platform. Tercatat, Average Order Value (AOV) atau nilai pesanan rata-rata untuk transaksi video commerce di Indonesia berkisar antara US$ 4,5 hingga US$ 6 per pesanan.
Laporan SEA e-Conomy 2025 secara spesifik menguraikan kategori produk yang paling diminati dalam pemasaran melalui video dan live streaming. Produk fashion dan aksesori menduduki peringkat teratas, menyumbang 28% dari total Gross Merchandise Value (GMV) transaksi video commerce. Diikuti oleh produk perawatan diri dan kecantikan dengan kontribusi 20% dari GMV, dan ponsel serta barang elektronik di posisi ketiga dengan porsi 15% dari GMV.
Selanjutnya, kategori perlengkapan rumah dan perkakas berkontribusi 9%, diikuti oleh produk kesehatan dan perlengkapan bayi sebesar 7%. Makanan dan minuman mencatatkan porsi 6%, sementara kebutuhan sehari-hari menyumbang 5%. Sisa 10% GMV dialokasikan untuk berbagai kategori produk lainnya, menunjukkan keragaman barang yang diperdagangkan.
Lebih jauh lagi, laporan SEA e-Conomy 2025 menyoroti potensi Indonesia dalam inovasi teknologi. Negara ini menunjukkan momentum bisnis terkuat untuk aplikasi yang didukung kecerdasan buatan (AI). Indonesia memimpin di kawasan Asia Tenggara dalam pertumbuhan pendapatan aplikasi berbasis AI, mencatat peningkatan impresif sebesar 127%, menegaskan peran pentingnya dalam evolusi teknologi di wilayah tersebut.