
Kasus hilangnya Alvaro Kiano (6 tahun) akhirnya menemui titik terang yang tragis. Setelah delapan bulan menjadi misteri, jasad Alvaro ditemukan dalam kondisi tinggal kerangka di Kali Cirewed, Tenjo, Bogor, Jawa Barat, pada Minggu (23/11). Pengungkapan ini sekaligus menyeret nama Alex Iskandar, ayah tiri korban, sebagai pelaku utama.
Alex Iskandar kemudian ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan sadis ini. Namun, penyelidikan mengambil giliran tak terduga saat Alex ditemukan tewas gantung diri di ruang konseling Mapolres Metro Jakarta Selatan pada Minggu, 23 November. Menurut Kasatreskrim Polres Metro Jakarta Selatan, AKBP Ardian Satrio Utomo, saat jumpa pers pada Senin (24/11), Alex mengakhiri hidupnya dengan menggunakan celananya.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Budi Hermanto, dalam kesempatan yang sama, menjelaskan kronologi singkat sebelum kejadian tragis tersebut. Pada Minggu (23/11) pukul 6 pagi, Alex meminta izin untuk pergi ke toilet dengan alasan seolah telah buang air di celana. Awalnya, ia mengenakan celana pendek yang diberikan penyidik, namun kemudian meminta untuk diganti dengan celana panjang karena celana pendeknya kotor. Setelah insiden itu, ia ditemukan meninggal dunia.

Alex diketahui merupakan suami kedua dari ibu Alvaro, Arumi. Mereka sempat tinggal di Tangerang sebelum Arumi bekerja di Malaysia. Menurut keterangan kakek Alvaro, hubungan antara Arumi dan Alex memburuk. Sementara itu, Alvaro selama hidupnya tinggal bersama kakek dan neneknya di Jakarta Selatan.
Motif Alex Menculik dan Membunuh Alvaro

Penyelidikan mendalam mengungkap motif di balik kejahatan Alex. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Budi Hermanto memaparkan, dari percakapan digital antara Alex dan Arumi, ditemukan adanya dorongan emosional yang kuat mengarah pada aksi balas dendam. “Pendalaman percakapan digital terlapor atau pelaku, penyidik menemukan adanya indikasi kuat dorongan emosional pelaku,” terang Budi dalam jumpa pers di Polres Jakarta Selatan, Senin (24/11).
Dorongan emosional tersebut, lanjut Budi, menumbuhkan keinginan balas dendam yang mendalam terhadap Arumi. Hal ini mendorong Alex untuk merencanakan penculikan Alvaro. Dari ponsel yang diamankan, terungkap kalimat eksplisit yang ditulis Alex: “gimana caranya gue balas dendam”. Kalimat ini muncul berulang kali, menggambarkan kemarahan dan rasa sakit hati yang tertuju pada pihak tertentu. Namun, polisi tidak menjelaskan secara rinci bentuk dorongan emosional yang memicu Alex untuk melampiaskan dendamnya melalui Alvaro.
Pada tanggal 9 Maret, beberapa bulan sebelum jasadnya ditemukan, Alex melancarkan aksinya. Ia menculik Alvaro yang sedang bermain di masjid. Dalam perjalanan, Alvaro terus menangis dan meminta pulang. Alex yang panik dengan tangisan korban, kemudian membekap mulut anak itu hingga Alvaro lemas dan akhirnya tewas. Insiden tragis ini menjadi awal dari hilangnya Alvaro yang misterius.
Alex Sempat Datangi Polsek untuk Kelabui Polisi

Upaya Alex untuk menutupi kejahatannya ternyata cukup licik. Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan, AKBP Ardian Satrio Utomo, mengungkapkan bahwa Alex sempat mendatangi kantor polisi dan berpura-pura ikut mencari keberadaan Alvaro. Langkah ini, menurut Ardian, merupakan bagian dari strateginya untuk mengelabui petugas. “Memang dari hasil jejak digital yang kita cek dari handphone-nya pun juga dia juga berusaha untuk mengelabui bahwa dia berusaha untuk mencari anak ini juga, inisial A ini juga, mencari,” ujarnya.
Keyakinan Polisi soal Alex Pembunuh Alvaro

Polisi memiliki keyakinan kuat bahwa Alex Iskandar adalah pelaku utama di balik penculikan dan pembunuhan Alvaro Kiano. Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan, AKBP Ardian Satrio Utomo, menjelaskan bahwa tim gabungan dari Polda Metro Jaya, Polres Metro Jakarta Selatan, dan Polsek Pesanggrahan telah melakukan pencarian intensif sejak Maret, ketika Alvaro dilaporkan hilang. Pencarian itu meluas hingga ke Bogor, Cianjur, bahkan Batam.
Titik terang akhirnya muncul saat polisi memeriksa salah satu saksi kunci. Keterangan saksi ini memberikan petunjuk kuat yang mengarah pada Alex sebagai pelaku. “Nah, kebetulan ada titik terang kemarin, alhamdulillah ada petunjuk yang bisa kita, bisa kita dalami, yaitu adalah satu keterangan, ya, saksi, yang mendengar bahwa si tersangka A [Alex] ini melakukan perbuatan pembunuhan itu,” ungkap Ardian.
Salah satu saksi kunci tersebut adalah kerabat dekat Alex berinisial G. Saksi G mengaku diajak Alex untuk mengambil sebuah plastik. Meski G tidak mengetahui isi plastik tersebut dan Alex berdalih itu adalah bangkai anjing, petunjuk ini sangat krusial. Berbekal keterangan G dan bantuan unit K-9 Mabes Polri serta Polda Metro Jaya, kerangka yang diduga kuat adalah Alvaro akhirnya ditemukan.
Lokasi Penculikan Alvaro di Masjid
Sayem, nenek dari Alvaro Kiano, membagikan kesaksiannya terkait olah Tempat Kejadian Perkara (TKP). Dalam olah TKP, terungkap bahwa Alex sempat mendatangi sebuah masjid dan bertanya kepada marbot mengenai keberadaan Alvaro. “Terus si Alex itu dipanggil sama polisi suruh ngomong gitu. Maksudnya suruh ngomong pas begitu nanya. ‘Pak, nyari siapa?’ kata marbot. ‘Nyari anak saya.’ ‘Namanya siapa?’ ‘Namanya Alvaro.’ ‘Noh, ada noh di atas, lagi mainan tuh’,” kenang Sayem saat ditemui di rumahnya, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Senin (24/11).
Marbot masjid, lanjut Sayem, tidak melihat langsung wajah Alex, namun ia mengenali suara Alex saat mencari Alvaro. Suara tersebutlah yang kemudian menjadi pembanding bagi polisi saat olah TKP. Benar saja, marbot mengenali suara Alex pada hari hilangnya Alvaro. “Begitu didengar-dengar suaranya, ya begitu ditanya, ‘Ya, ini suaranya.’ Pas begitu ngelihat ke belakang, pas ada si Alex di situ,” tambahnya.

Sayem juga mengungkapkan bahwa keluarga Alex Iskandar diduga mengetahui ihwal penculikan dan pembunuhan cucunya. Berdasarkan cerita Sayem, Alvaro diculik setelah salat di Masjid Jami Al-Muflihun, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, dengan janji akan dibelikan mainan oleh ayah tirinya. Keesokan harinya, Alvaro menangis mencari kakeknya, Tugimin, namun Alex justru membekap mulutnya menggunakan handuk.
Setelah menyadari kondisi Alvaro yang sudah tak bernyawa, Alex membawa jenazah Alvaro ke rumah adiknya di Bogor. Kemudian, jasad tersebut dibuang di Kali Cirewed dan diikat pada pohon agar tidak hanyut. “Terus dibuang di kali itu nyuruh orang lagi. Terus di situ tuh diikat di pohon. Jadi kan enggak nganyut [hanyut], jadi kalau enggak diikat mungkin itu udah nganyut. Jadi mungkin sampai sekarang kan udah 8 bulan,” jelas Sayem.

Sayem menambahkan bahwa adik Alex turut menyembunyikan bau jasad Alvaro dengan mengatakan kepada tetangga bahwa itu adalah bau bangkai anjing. “Udah tinggal ini doang, diikat pakai pohon, ada pohon di semak-semak jadi tetangga di situ pada ngomong katanya kok bau apa, ya, katanya bukan itu mah bangkai anjing,” ungkap Sayem. “Iya adiknya si Alex [bilang], ‘bukan itu mah bangkai anjing’. Iya, jadi keluarganya terlibat semua,” tegas Sayem, dengan keyakinan bahwa seluruh keluarga Alex terlibat dalam upaya penutupan kasus ini.