Perdebatan seputar insentif industri otomotif untuk tahun 2026 kembali mengemuka, menyusul perkembangan terkini yang menunjukkan kinerja solid di sektor ini. Industri otomotif nasional, khususnya pada segmen kendaraan listrik, telah memperlihatkan tren penguatan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Haryo Limanseto, Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI, menegaskan bahwa lonjakan penjualan mobil listrik dan realisasi investasi yang substansial merupakan indikator fondasi industri yang kian kokoh. “Kami berpendapat bahwa Industri Otomotif saat ini sudah cukup kuat,” ujar Haryo dalam keterangan resmi. Ia menambahkan, “Hal ini dibuktikan dengan penjualan kendaraan listrik roda empat yang meningkat signifikan, mencapai pangsa pasar 18,27 persen di tahun 2025, serta total investasi untuk Kendaraan Listrik Berbasis Baterai (KLBB) yang menembus angka Rp 5,66 triliun di tahun 2025.”
Meskipun demikian, kendaraan konvensional berbahan bakar fosil tetap mendominasi pasar domestik dengan pangsa sekitar 80,6 persen. Tak hanya itu, segmen kendaraan roda dua juga mencatat pertumbuhan permintaan yang positif, baik dari pasar domestik maupun untuk tujuan ekspor. Dinamika pasar ini secara keseluruhan mengindikasikan bahwa ekosistem industri otomotif Indonesia berfungsi dengan stabil dan semakin kompetitif di kancah global.
Menyikapi perkembangan positif ini, pemerintah memandang perlu untuk mengkaji ulang kebijakan insentif yang ada, memastikan alokasinya lebih tepat sasaran dan memberikan dampak optimal. “Pertanyaannya, apakah masih diperlukan insentif jika suatu industri sudah cukup kuat?” tanya Haryo. Ia melanjutkan, “Kami melihat ruang kebijakan yang ada dapat mulai dipertimbangkan untuk memperkuat sektor-sektor prioritas lain yang membutuhkan dukungan lebih besar, sembari tetap menjaga momentum positif industri otomotif.”
Hingga saat ini, belum ada pengajuan resmi terkait insentif otomotif 2026 yang diterima oleh pemerintah dari kementerian atau lembaga teknis terkait. Meskipun demikian, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyatakan tetap membuka pintu diskusi yang konstruktif jika di kemudian hari muncul usulan-usulan baru. “Saat ini kami belum ada pembahasan kembali dan belum menerima usulan insentif dari Kementerian/Lembaga pembina sektor,” tegas Jubir Haryo, mengonfirmasi status terkini.
Ke depan, arah kebijakan pemerintah akan difokuskan pada penguatan rantai nilai domestik, peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), percepatan pembangunan infrastruktur pengisian kendaraan listrik, serta memastikan transfer teknologi dan peningkatan kapasitas produksi nasional. Melalui serangkaian langkah strategis ini, pemerintah menegaskan komitmen kuatnya untuk terus menjadikan sektor otomotif sebagai salah satu tulang punggung industri manufaktur Indonesia yang berkelanjutan dan berdaya saing global.