5 sikap Wardatina Mawa disebut buat Insanul Fahmi tak betah di rumah, “dari awal udah ada konflik”

Photo of author

By AdminTekno

Ringkasan Berita:

  • Berikut ini lima sikap Wardatina Mawa yang disebut membuat Insanul Fahmi tidak merasakan kehangatan di rumah.
  • Beberapa sikap tersebut dinilai berdampak pada hubungan rumah tangga keduanya.
  • Disebutkan pula bahwa konflik sudah muncul sejak awal pernikahan.

Kita Tekno – Pengusaha asal Medan, Sumatra Utara, Insanul Fahmi, akhirnya buka suara mengenai latar belakang keputusannya untuk menjalani poligami, hingga kemudian menikahi siri selebgram Inara Rusli. Insan mengungkapkan bahwa langkah besar ini bukanlah keputusan yang diambil secara mendadak, melainkan akumulasi dari persoalan rumah tangga yang telah lama bergejolak dengan istri pertamanya, Wardatina Mawa.

Pernikahan mereka yang telah menginjak usia tujuh tahun, disebut Insan, kerap diwarnai oleh serangkaian konflik. Kondisi ini semakin diperparah oleh keharusan menjalani hubungan jarak jauh antara Jakarta dan Medan. Insan mengakui, ketegangan dalam rumah tangganya sudah membayangi sejak awal pernikahan, jauh sebelum ia mempertimbangkan poligami sebagai pilihan.

“Aku nikah 7 tahun, dari awal udah ada konflik,” terang Insan, seperti dikutip dari YouTube Intens Investigasi, Minggu (21/12/2025). Ia menjelaskan, niat awal menyampaikan wacana poligami sejatinya hanya sebagai bentuk peringatan. Harapannya adalah agar Mawa dapat memperbaiki cara berkomunikasi dan menunjukkan sikap yang lebih lembut dalam berumah tangga. Namun, langkah tersebut dinilai tidak membawa perubahan signifikan, justru konflik terus berulang hingga akhirnya ia benar-benar membulatkan tekad untuk berpoligami.

Dalam keterangannya, Insan membeberkan lima sikap sang istri yang disebutnya menjadi pemicu utama ketidaknyamanan dan ketiadaan kehangatan di rumah. Sikap-sikap ini, menurutnya, telah membentuk pola masalah yang sulit diatasi dan berkontribusi pada keretakan keharmonisan rumah tangga.

Pertama, Insan menyoroti cara berbicara Mawa yang dinilainya keras dan seringkali tidak mempertimbangkan situasi atau momentum yang tepat. “Setiap tahun, setiap hari itu yang aku terima. Cara ngomongnya keras, aku pulang kerja capek dia keras. Kadang-kadang nggak lihat momentum,” tuturnya, menggambarkan betapa beratnya tekanan emosional yang ia rasakan. Hal ini menjadi salah satu faktor yang membuat suasana rumah tangga jauh dari kata damai.

Kedua, Insan menyebut Mawa memiliki sikap posesif yang dinilai melampaui batas. Ia mencontohkan permintaan sang istri untuk memecat seorang karyawan perempuan tanpa adanya alasan yang objektif atau rasional. “Mungkin terlalu posesif juga, itu yang buat tidak nyaman,” ujarnya, menegaskan bahwa rasa tertekan akibat posesifitas ini turut menyumbang pada keretakan hubungan mereka.

Sikap ketiga yang seringkali membuat Insan merasa kesal adalah kebiasaan Mawa pergi keluar rumah tanpa sepengetahuan atau izin dari suami. Hal ini mencerminkan kurangnya komunikasi dan koordinasi dalam menjalankan kehidupan berumah tangga, yang seharusnya menjadi landasan utama bagi pasangan suami istri.

Lebih lanjut, sikap keempat yang diungkapkan Insan adalah bahwa sang istri lebih condong mendengarkan pandangan teman-temannya ketimbang suaminya sendiri. “Kemudian dia juga sering keluar rumah tanpa izin, lebih sering dengerin teman-temannya, banyak aib yang bisa dibuka tapi aku lebih pilih membatasi itu,” katanya, mengisyaratkan adanya masalah kepercayaan dan prioritas dalam hubungan mereka, sembari memilih untuk tidak terlalu mengumbar detail lainnya.

Sikap kelima, dan yang menurut Insan merupakan persoalan paling sulit dalam konflik pernikahan mereka, adalah penolakan Mawa terhadap ajakan untuk berhubungan intim sebagai suami istri. “Dan paling sulit, emang dia kalau (diajak) berhubungan sering nolak,” tukasnya, menekankan dampak serius dari isu ini terhadap keutuhan dan keharmonisan rumah tangga mereka.

Insanul Fahmi menegaskan bahwa selama ini dirinya telah berupaya maksimal menjalankan peran sebagai suami, dengan memenuhi seluruh kewajiban terhadap istri dan anak-anaknya. Namun, ketenangan yang sangat ia harapkan dalam kehidupan rumah tangganya, menurut Insan, tak pernah ia rasakan. “Padahal aku nggak pernah nuntut, aku selalu memenuhi apa pun yang menjadi kewajiban untuk dia. Yang aku harapin pengin ada ketenangan di rumah,” tutupnya, menggambarkan kerinduan akan kedamaian yang tak kunjung datang.

(TribunTrends.com/Tribunnews.com)

Jangan lewatkan berita-berita TribunTrends.com tak kalah menarik lainnya di Google News , Threads dan Facebook

Leave a Comment