
“Saya pikir saya tidak akan sakit… tapi tiba-tiba saya pingsan di tengah aula olahraga, dan tidak ada yang benar-benar tahu apa yang salah.”
Kehidupan Kaitlin Lawrence langsung berubah pada usia 22 tahun, ketika ia mengalami serangan jantung saat bermain netball tingkat profesional.
Sebagai perempuan yang tampak bugar dan sehat, ia tidak pernah menyangka bahwa ia bisa mengalami masalah dengan jantungnya.
Kenyataannya, ini adalah masalah umum. Penyakit kardiovaskular adalah penyebab utama kematian secara global baik untuk pria maupun perempuan, tetapi para ahli mengatakan perempuan seringkali tidak menyadari bahwa mereka berisiko mengalami serangan jantung.
Kaitlin mengatakan hari ketika ia pingsan pada Oktober 2023 akan menjadi hari yang penting dalam hidupnya.
Ia tidak ingat melakukan pemanasan sebelum bertanding, hanya saja ia merasa sedikit mual.
“Tahu-tahu ada seorang paramedis di depan saya,” kata perempuan berusia 24 tahun dari London itu.
Setelah pingsan, ia tidak sadarkan diri selama enam menit. “Mereka benar-benar tidak tahu apa yang salah dengan saya,” katanya.
Tes rumah sakit mengungkap detak jantung yang tidak teratur. Dia kemudian dipasangi perekam loop implan kecil untuk memantau jantungnya. Ia kemudian mulai berolahraga lagi secara bertahap.
Namun pada Agustus tahun lalu, setelah pertandingan netball pada akhir pekan yang sangat panas, ia menerima telepon dari rumah sakit. Dokternya telah menemukan detak jantung yang mengkhawatirkan.
Perekamnya telah mendeteksi aritmia mayor—irama jantung yang tidak normal. Detak jantung Kaitlin mencapai 294 denyut per menit selama 11 detik, jauh di atas kisaran 100-170 untuk seseorang seusianya saat berolahraga.
Dokter mengatakan kondisi ini bisa membunuhnya.
Kaitlin mengatakan hari ketika ia pingsan pada Oktober 2023 akan menjadi hari yang penting dalam hidupnya.
Ia tidak ingat melakukan pemanasan sebelum bertanding, hanya saja ia merasa sedikit mual.
“Tahu-tahu ada seorang paramedis di depan saya,” kata perempuan berusia 24 tahun dari London itu.
Setelah pingsan, ia tidak sadarkan diri selama enam menit. “Mereka benar-benar tidak tahu apa yang salah dengan saya,” katanya.
Tes rumah sakit mengungkap detak jantung yang tidak teratur. Dia kemudian dipasangi perekam loop implan kecil untuk memantau jantungnya. Ia kemudian mulai berolahraga lagi secara bertahap.
Namun pada Agustus tahun lalu, setelah pertandingan netball pada akhir pekan yang sangat panas, ia menerima telepon dari rumah sakit. Dokternya telah menemukan detak jantung yang mengkhawatirkan.
Perekamnya telah mendeteksi aritmia mayor—irama jantung yang tidak normal. Detak jantung Kaitlin mencapai 294 denyut per menit selama 11 detik, jauh di atas kisaran 100-170 untuk seseorang seusianya saat berolahraga.
Dokter mengatakan kondisi ini bisa membunuhnya.
‘Bukan penyakit kakek-kakek’
Menurut Federasi Jantung Dunia (WHF), penyakit kardiovaskular pada perempuan kurang terdiagnosis dan kurang diobati. Hal ini disebabkan oleh kesalahpahaman dan kurangnya kesadaran di antara pasien dan dokter, kata lembaga tersebut.
“Setiap hari, kami menemukan perempuan yang tidak menyadari bahwa mereka mengalami kejadian kardiovaskular,” kata Borjana Pervan, kepala operasional di WHF.
Gejala serangan jantung, yang seringkali merupakan tanda pertama dari penyakit yang mendasarinya, bisa lebih sulit dikenali pada perempuan daripada pria.
Gejala serangan jantung yang paling umum, nyeri dada, tidak selalu terasa pada perempuan.
Rasa sakit mungkin lebih menyebar dan menjalar ke bahu, leher, rahang, lengan, perut, dan punggung.
Perempuan juga dapat mengalami kecemasan yang tidak dapat dijelaskan, mual, pusing, sesak napas, jantung berdebar, dan keringat dingin.
Gejala-gejala tersebut mungkin didahului oleh kelelahan yang tidak dapat dijelaskan.

Para tenaga kesehatan bisa saja tidak mendeteksi gejala-gejalanya.
Pervan mengatakan bahwa ia telah menemukan banyak contoh, termasuk seorang pasien berusia 27 tahun yang baru saja melahirkan dan secara keliru diberitahu bahwa gejalanya adalah depresi pascapersalinan.
“Perempuan cenderung tidak pergi ke rumah sakit jika mereka mengalami gejala,” katanya.
“Mereka cenderung kurang mendapatkan perawatan segera dan memadai dibandingkan dengan pria. Bahkan setelah berada di rumah sakit, mereka cenderung tidak bertahan hidup,” lanjutnya.
Penyakit kardiovaskular menyumbang 30% kematian pada perempuan, menurut WHF.
Berdasarkan data British Heart Foundation dari tahun 2021, lebih dari sembilan juta perempuan di dunia meninggal karena penyakit tersebut pada tahun itu. Jumlah itu lebih banyak daripada populasi Swiss.
“Ini bukan penyakit kakek-kakek. Ini adalah asumsi yang sangat berbahaya,” kata Pervan.
Bagaimana mencegah penyakit kardiovaskular?
Kondisi jantung turunan keluarga, seperti yang dialami Katilin, menyumbang sekitar 20% dari kematian dini akibat penyakit kardiovaskular, kata Pervan.
Kurangnya kesadaran tentang kondisi jantung dapat memperburuk risiko, katanya.
Jadi penting bagi orang-orang untuk mengetahui apakah mereka memiliki riwayat keluarga yang menderita penyakit tersebut.
80% kematian dini lainnya dapat dicegah dengan memperbaiki pola makan, meningkatkan aktivitas fisik, membatasi konsumsi alkohol, dan tidak merokok.
“Tetapi ada sebagian besar yang bersifat sosial dan sistemik, bukan hanya pada pilihan individu tentang apa yang mereka makan dan apa yang mereka beli,” kata Pervan.
Kurangnya uji klinis pada perempuan, pendidikan yang buruk, dan akses terbatas terhadap layanan kesehatan memperbesar risiko.
Sekitar 80% kematian akibat penyakit kardiovaskular di dunia terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Sebagian karena kurangnya program deteksi dini, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Di banyak wilayah, lebih banyak pria daripada perempuan yang meninggal karena penyakit kardiovaskular.
Namun, di beberapa bagian Timur Tengah, Afrika Utara, dan Afrika Sub-Sahara—seperti Qatar, Mali, dan Kongo—justru perempuan yang menghadapi tingkat kematian yang lebih tinggi.
‘Otot yang membuat Anda tetap hidup’
Kaitlin kini telah dipasangi defibrillator kardioverter internal, yang memantau jantungnya.
Jika alat tersebut mendeteksi irama jantung yang mengancam jiwa, alat itu akan menyetrum jantungnya agar kembali normal.
Setelah selamat dari hari terburuk dalam hidupnya, Kaitlin bertekad mencegah pemain netball lainnya mengalami hal serupa.
Setelah berkampanye bersama Asosiasi Pemain Netball dan badan amal jantung Cardiac Risk in the Young, Liga Super Netball UK menerapkan pemeriksaan jantung bagi para atletnya.
Pengalaman Kaitlin juga mengajarkan dirinya bahwa kaum muda perlu menyadari kesehatan jantung mereka. “Topik ini tidak cukup banyak diperbincangkan,” tegasnya.
Jika seseorang pernah mengalami palpitasi, merasa jantungnya berdetak kencang, atau pernah pingsan yang tidak dapat dijelaskan, hal pertama yang harus diperiksa adalah jantungnya, cetus Kaitlin.
“Itu adalah otot yang membuat Anda tetap hidup, jadi Anda harus memeriksakannya,” tambahnya.
- Makin banyak kaum muda Indonesia kena serangan jantung, apa saja penyebabnya?
- Serangan jantung lebih berbahaya bagi perempuan ketimbang laki-laki
- Atlet tiba-tiba ambruk, apa yang dapat menyebabkan henti jantung?
- Seperti apa kondisi jantung Hugo Farias, pria yang berlari maraton selama 366 hari?
- Minum kopi di pagi hari dapat menurunkan risiko kematian akibat penyakit jantung
- Menyusui selama 12 bulan ‘turunkan’ risiko terkena penyakit jantung dan stroke
- Serangan jantung lebih berbahaya bagi perempuan ketimbang laki-laki
- Makin banyak kaum muda Indonesia kena serangan jantung, apa saja penyebabnya?
- Atlet tiba-tiba ambruk, apa yang dapat menyebabkan henti jantung?