Trump dalam pusaran berkas Jeffrey Epstein – Apakah benar Presiden AS terlibat?

Photo of author

By AdminTekno

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, secara mengejutkan membatalkan rencananya untuk merilis informasi terkait tudingan keterlibatannya dengan Jeffrey Epstein, seorang pengusaha yang telah divonis bersalah atas kasus kejahatan seksual terhadap anak.

Keputusan Trump ini menandai perubahan sikap drastis. Sebelumnya, pada awal Agustus, dalam masa kampanye Pemilihan Presiden 2024, Trump menunjukkan kesediaan untuk membuka informasi detail mengenai Epstein. Namun, ia kini menegaskan bahwa kasus tersebut sudah ditutup dan bahkan melontarkan kritik keras kepada para pendukungnya yang terus mendesak pengungkapan data.

Nama Trump sendiri muncul dalam berkas penyelidikan kejahatan Epstein, yang dikenal luas sebagai “Epstein files”. Ia mengetahui hal ini setelah Jaksa Agung memberitahunya pada Mei lalu. Berkas-berkas tersebut juga mencantumkan nama-nama tokoh penting lainnya, termasuk mantan Presiden AS Bill Clinton, mantan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, serta delapan mantan pemimpin penegak hukum.

Menyikapi hal ini, Komite Pengawas DPR AS telah mengeluarkan subpoena kepada sejumlah nama yang tercantum. Tidak hanya itu, Ketua Komite Pengawas DPR dari Partai Republik, James Comer, juga melayangkan subpoena kepada Departemen Kehakiman AS. Lembaga ini kemudian berencana untuk menyerahkan dokumen dari penyelidikannya terhadap Epstein kepada Kongres, dengan perkiraan materi akan diterima Komite mulai Jumat.

Isu “Epstein files” memang telah lama menghantui pemerintahan Trump. Sejak awal, para pendukung Trump dan internal Partai Republik secara konsisten menekan agar data dan berkas penyelidikan Epstein diungkap ke publik, terutama terkait identitas dan potensi keterlibatan tokoh-tokoh yang disebutkan.

Namun, upaya untuk membuka berkas ini tidak selalu berjalan mulus. Pada Rabu (20/08) lalu, Hakim federal di New York, Richard Berman, menolak permintaan Departemen Kehakiman AS untuk membuka materi dewan juri terkait kasus Epstein. Ini merupakan kali ketiga seorang hakim menolak permintaan serupa, menunjukkan adanya resistensi hukum terhadap pengungkapan lebih lanjut.

Bagaimana Hubungan Trump dengan Epstein?

Hubungan antara Donald Trump dan Jeffrey Epstein bermula pada era 1990-an. Keduanya dikenal akrab dan seringkali berada dalam lingkaran sosial elite yang sama. Mereka kerap terlihat bersama di berbagai acara, bahkan foto-foto yang baru-baru ini dirilis oleh CNN menunjukkan kehadiran Epstein pada pernikahan Trump dengan istri pertamanya, Marla Maples.

Lebih lanjut, dokumen yang telah dipublikasikan sebelumnya mengungkap bahwa nama Trump tercantum dalam buku kontak hitam Epstein. Catatan penerbangan juga menunjukkan bahwa Trump pernah beberapa kali menggunakan pesawat pribadi Epstein.

Pada tahun 2002, Trump pernah menggambarkan Epstein sebagai “orang yang hebat”. Senada dengan itu, Epstein pernah berkomentar, “Saya adalah teman terdekat Donald selama 10 tahun.” Namun, kedekatan mereka mulai retak pada awal 2000-an, sekitar dua tahun sebelum Epstein ditangkap untuk pertama kalinya. Pada 2008, Trump bahkan secara terbuka menyatakan bahwa ia “tidak lagi suka dengannya.”

Penyebab keretakan hubungan ini menjadi subjek berbagai spekulasi. Gedung Putih mengklaim bahwa perpecahan itu terkait dengan perilaku Epstein yang “menjijikkan” hingga membuat presiden mengusirnya dari klubnya. Sementara itu, The Washington Post berpandangan bahwa persaingan atas properti real estat di Florida menjadi pemicu kerenggangan di antara keduanya.

Dugaan Pelaku Pelecehan Anak Dilindungi Negara

Kasus Epstein tidak hanya menarik perhatian pada tokoh-tokoh yang terlibat, tetapi juga memicu berbagai teori konspirasi. Para simpatisan gerakan MAGA Trump meyakini adanya pejabat pemerintah yang menyembunyikan fakta penting seputar kehidupan dan kematian Epstein. Beberapa bahkan menuding agen pemerintah Israel terlibat dalam skandal tersebut.

Teori-teori ini juga mencakup dugaan adanya kelompok pelaku pelecehan anak yang dilindungi oleh negara, sebuah narasi yang populer disebarkan melalui pesan-pesan misterius dari karakter anonim bernama Q (QAnon). Hal ini diperkuat oleh hukuman ringan yang diterima Epstein di Florida sebelumnya, memicu pertanyaan besar: apakah hanya Epstein dan mantan pacarnya, Ghislaine Maxwell, yang terlibat? Dan bagaimana mungkin Epstein bisa bunuh diri di penjara?

Menariknya, ragam teori ini sempat dihembuskan oleh Trump dan timnya saat berkampanye. Namun, belakangan Trump justru berupaya meyakinkan pendukungnya bahwa kasus ini sudah tuntas dan tidak perlu dipertanyakan lagi, sebuah perubahan retorika yang mencolok.

Apa itu “Epstein Files” atau Berkas Epstein?

Selama bertahun-tahun, dokumen-dokumen terkait Jeffrey Epstein dan Ghislaine Maxwell telah dipublikasikan ke publik secara bertahap. Salah satu rilis dokumen pada Januari 2024 mencakup 1.400 halaman catatan, termasuk kesaksian dari keduanya. Dokumen-dokumen dari kasus Maxwell juga telah dipublikasikan dan menyebutkan beberapa tokoh terkenal, meski tidak selalu mengungkapkan temuan baru tentang Epstein atau rekan-rekannya.

Pada Februari 2025, hanya beberapa minggu setelah Trump menjabat, Departemen Kehakiman dan FBI merilis apa yang mereka sebut sebagai “fase pertama berkas Epstein yang diklasifikasikan.” Sekelompok pemengaruh sayap kanan bahkan diundang ke Gedung Putih untuk meninjau 341 halaman berkas tersebut. Namun, mereka kecewa karena sebagian besar materi yang diberikan ternyata sudah diketahui publik sebelumnya, termasuk catatan penerbangan pesawat Epstein dan versi tersunting dari buku kontak yang berisi nama-nama orang terkenal yang dikenalnya. Pada bulan Juli, Departemen Kehakiman dan FBI menyatakan dalam sebuah memo bahwa tidak akan ada materi tambahan lagi yang dirilis.

Kisah kelam Epstein dimulai pada 2008 ketika ia mencapai kesepakatan pembelaan dengan jaksa penuntut. Ini terjadi setelah orang tua seorang gadis berusia 14 tahun melaporkan kepada polisi di Florida bahwa Epstein telah melecehkan putri mereka di rumahnya di Palm Beach. Penemuan foto-foto gadis di seluruh rumahnya mengarah pada hukumannya atas tuduhan memfasilitasi prostitusi anak di bawah umur dan ia didaftarkan sebagai pelaku kejahatan seksual. Sayangnya, kesepakatan pembelaan saat itu membuatnya terhindar dari hukuman penjara yang berat.

Sebelas tahun kemudian, pada 2019, Epstein kembali didakwa karena mengoperasikan jaringan gadis di bawah umur untuk tujuan seksual. Ia meninggal di penjara saat menunggu persidangan, dengan kematiannya dinyatakan sebagai bunuh diri. Kedua penyelidikan kriminal ini menghasilkan sejumlah besar dokumen, termasuk transkrip wawancara dengan korban dan saksi, serta barang bukti yang disita dari properti-propertinya.

Selain itu, ada pula penyelidikan terpisah terhadap rekan konspirator dan mantan pacarnya dari Inggris, Ghislaine Maxwell. Perempuan ini dihukum pada 2021 setelah terbukti bersekongkol dengan Epstein dalam eksploitasi gadis-gadis untuk tujuan seksual. Baik Epstein maupun Maxwell juga menghadapi jeratan kasus perdata yang kompleks.

Siapa Saja yang Disebut dalam Berkas Epstein?

Menurut laporan Wall Street Journal, nama Donald Trump sendiri tercantum dalam dokumen Epstein yang belum dirilis, sebuah informasi yang disampaikan oleh Jaksa Agung Pam Bondi kepadanya pada Mei. Namun, Wall Street Journal juga menekankan bahwa pencantuman nama dalam dokumen tersebut tidak secara otomatis menjadi bukti adanya pelanggaran hukum.

Tanggapan dari Gedung Putih mengenai hal ini bervariasi. Juru bicara Steven Cheung secara tegas menilai cerita tersebut “palsu”, sementara seorang pejabat anonim yang berbicara dengan Reuters mengatakan bahwa pemerintahan tidak membantah nama Trump termasuk dalam dokumen tersebut, menciptakan narasi yang ambigu.

Di luar nama Trump, puluhan tokoh lain disebutkan dalam rilis dokumen pengadilan pada tahun 2024. Di antara mereka terdapat Pangeran Andrew dari Inggris, mantan Presiden AS Bill Clinton, dan bahkan mendiang Michael Jackson. Mereka termasuk dalam daftar rekan, teman, dan korban yang terungkap dalam 900 halaman dokumen yang dibuka untuk publik. Baik mantan Presiden AS maupun anggota kerajaan Inggris telah membantah mengetahui kejahatan Epstein, sementara Jackson telah meninggal pada tahun 2009.

Apakah Daftar Klien Epstein Benar Ada?

Berkas-berkas Epstein yang belum dirilis seringkali diduga menyimpan “daftar klien” yang konon terlibat dalam operasi ilegalnya. Namun, pada Juli, Departemen Kehakiman (DoJ) dan FBI secara eksplisit menyatakan melalui memo bahwa daftar semacam itu tidak ada. Meskipun demikian, teori konspirasi seputar keberadaan daftar tersebut telah kadung menyebar luas di masyarakat.

Pernyataan Jaksa Agung Pam Bondi mengenai tidak adanya daftar klien ini sempat menimbulkan kebingungan karena bertentangan dengan komentarnya pada awal tahun ini. Ketika ditanya oleh pewawancara Fox News pada Februari mengenai daftar yang dikabarkan, Bondi menjawab, “Daftar itu ada di meja saya sekarang untuk ditinjau.” Namun, juru bicara Bondi kemudian menjelaskan bahwa pernyataan tersebut merujuk pada berkas-berkas secara keseluruhan dalam kasus Epstein, bukan daftar klien spesifik.

  • Skandal perdagangan seks anak Jeffrey Epstein: Siapa saja nama tokoh yang disebut di dokumen persidangan yang baru-baru ini dirilis?
  • Perempuan di balik skandal perdagangan seks yang mengguncang AS
  • Skandal perdagangan seks anak Jeffrey Epstein: Siapa saja nama tokoh yang disebut di dokumen persidangan yang baru-baru ini dirilis?

Leave a Comment