Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Kota Gaza dan wilayah sekitarnya secara resmi terkonfirmasi dilanda kelaparan. Pernyataan mengejutkan ini datang dari laporan para ahli ketahanan pangan yang berafiliasi dengan badan yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Sistem pemantauan kelaparan global, Integrated Food Security Phase Classification (IPC), telah menaikkan klasifikasi kerawanan pangan di Gaza ke Fase 5—tingkat tertinggi dan paling parah. IPC sendiri merupakan inisiatif kolaboratif antara sejumlah badan PBB dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) internasional, yang secara rutin digunakan oleh pemerintah dan organisasi global untuk mengidentifikasi dan mengukur tingkat kelaparan di seluruh dunia.
Laporan IPC tersebut mengungkapkan kondisi “bencana” yang dialami oleh lebih dari setengah juta jiwa di Jalur Gaza. Mereka terjebak dalam lingkaran setan “kelaparan, kemiskinan, dan kematian” yang kian memburuk. Laporan ini juga dengan tegas menyatakan bahwa kelaparan di Gaza “benar-benar akibat ulah manusia” dan menuntut “respons cepat dan besar” untuk mencegah “eskalasi” angka kematian yang “tidak bisa diterima.” Kondisi ini menandai kemunduran paling parah sejak IPC memulai analisis kerawanan pangan dan malnutrisi di Gaza, sekaligus menjadi kali pertama kelaparan “terkonfirmasi” secara resmi di kawasan Timur Tengah.
IPC memproyeksikan bahwa antara pertengahan Agustus hingga akhir September mendatang, krisis kelaparan ini akan meluas hingga mencakup wilayah Deir al-Balah dan Khan Younis. Dalam periode krusial ini, diperkirakan hampir sepertiga populasi—atau sekitar 641 ribu orang—akan menghadapi kondisi paling parah dalam Fase 5 versi IPC. Sementara itu, jumlah orang yang terperangkap dalam Fase 4 diperkirakan akan melonjak hingga 1,14 juta jiwa. Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa IPC tidak memiliki kewenangan untuk secara resmi “mendeklarasikan” kelaparan; deklarasi tersebut biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Ironisnya, Israel mengklaim laporan IPC tersebut didasarkan pada “kebohongan Hamas”, sementara di sisi lain mereka terus membatasi jumlah bantuan kemanusiaan yang diizinkan masuk ke Gaza. Klaim ini bertolak belakang dengan laporan dari lebih dari 100 kelompok kemanusiaan, kesaksian langsung dari saksi mata di lapangan, serta beberapa badan PBB lainnya yang sebelumnya telah membantah adanya kelaparan di kawasan tersebut.
Menanggapi laporan yang memilukan ini, kepala bantuan PBB, Tom Fletcher, menegaskan bahwa kelaparan yang terjadi sebenarnya dapat dicegah. Ia secara blak-blakan menyatakan bahwa makanan tidak bisa masuk ke kawasan Palestina “karena penghancuran sistematis oleh Israel.” Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, turut menyuarakan keprihatinannya dengan kata-kata yang mendalam: “Ketika kata-kata saja tak bisa menggambarkan kehidupan bak neraka di Gaza, ada satu lagi kata tambahan: kelaparan.” Ia melanjutkan, “Ini bukan misteri. Ini adalah bencana yang dibuat manusia, penghinaan terhadap moral, dan kegagalan kemanusiaan.” Guterres juga menegaskan bahwa Israel memiliki “kewajiban di bawah hukum internasional—termasuk kewajiban untuk memastikan pasokan makanan dan medis terhadap populasi di sana.”
Laporan IPC yang mengkhawatirkan ini dirilis di tengah persiapan Israel untuk melancarkan serangan militer terbaru dalam rangka menduduki Kota Gaza. Serangan militer Israel di Gaza merupakan balasan atas serangan Hamas ke selatan Israel pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan 251 lainnya disandera. Sejak saat itu, menurut data kementerian kesehatan di bawah Hamas, setidaknya 62.122 orang telah kehilangan nyawa di Gaza. Sebagian besar populasi Gaza juga telah berulang kali kehilangan tempat tinggal mereka, dengan lebih dari 90% rumah diperkirakan rusak atau hancur total. Sementara itu, sistem vital seperti kesehatan, air bersih, sanitasi, dan kebersihan juga telah sepenuhnya kolaps, menambah penderitaan yang tak terhingga bagi warga.
- Pemerintah hendak tampung 2.000 warga Gaza di Pulau Galang – Apakah Indonesia bantu Israel mengosongkan Gaza?
- Indonesia ikut mengecam rencana Israel ambil alih Kota Gaza – Apa yang sejauh ini diketahui?
- Kisah perjuangan jurnalis lepas BBC mendapatkan makanan di Gaza
- ‘Dia pergi mencari bantuan, tapi tak pernah kembali’ – Kisah warga Gaza yang tewas kelaparan dan ditembak pasukan Israel
- ‘Saya rela mati demi sekantong tepung terigu’ – PBB mengonfirmasi laporan 1.000 orang tewas saat mencari makanan di Gaza
- ‘Buah hati saya mati kelaparan’ – Anak-anak meninggal akibat kurang gizi dan dehidrasi di Gaza utara
Ringkasan
Kota Gaza dan wilayah sekitarnya secara resmi dinyatakan mengalami kelaparan oleh badan yang didukung PBB, berdasarkan laporan Integrated Food Security Phase Classification (IPC). Laporan tersebut mengungkap kondisi “bencana” di Gaza, dimana lebih dari setengah juta jiwa menghadapi “kelaparan, kemiskinan, dan kematian” yang kian memburuk, dan menegaskan bahwa kelaparan ini adalah akibat ulah manusia.
IPC memproyeksikan krisis kelaparan akan meluas, dengan hampir sepertiga populasi Gaza menghadapi kondisi paling parah. Kepala bantuan PBB dan Sekretaris Jenderal PBB menyatakan bahwa kelaparan ini dapat dicegah dan merupakan bencana buatan manusia serta kegagalan kemanusiaan, menekankan kewajiban Israel di bawah hukum internasional untuk memastikan pasokan makanan dan medis.