Emiten sektor pengelolaan sampah tengah menjadi sorotan setelah Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) meluncurkan Obligasi Patriotik atau Patriot Bonds. Melalui instrumen surat utang ini, Danantara menargetkan pengumpulan dana senilai US$ 31 miliar atau setara Rp 50 triliun untuk membiayai sejumlah proyek strategis, termasuk pengelolaan sampah (waste management).
Meninjau emiten di Bursa Efek Indonesia, PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) dan PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA) diperkirakan akan mendapat perhatian investor terkait proyek ini, karena keduanya bergerak di sektor pengelolaan sampah.
Merujuk data perdagangan BEI, saham TOBA melesat 17,90% atau 205 poin ke level 1.350 pada perdagangan kemarin, Selasa (27/8). Harga tersebut merupakan yang tertinggi bagi TOBA sejak awal tahun, dengan kenaikan sebesar 239,20%.
Sementara itu, harga saham OASA bertambah 50 poin atau melejit 24,27% ke level 256 pada perdagangan kemarin. Sama halnya dengan TOBA, level tersebut menjadi level tertinggi yang pernah dicapai OASA sejak awal tahun, sahamnya telah naik 89,56% year to date (ytd).
Proyek pengelolaan sampah masuk dalam salah satu program prioritas pemerintah pada era Presiden Prabowo Subianto. Berdasarkan keterangan resmi yang dirilis Danantara kemarin dalam laman Linkedin, program bertajuk Patriot Bonds: A Love Letter for Indonesia’s Future ini bermula dari sorotan Danantara terhadap Indonesia yang tengah menghadapi sejumlah masalah. Misalnya, lulusan bidang sains, teknologi, teknik dan matematika (STEM) yang hanya tercatat 20% dari total angkatan kerja, jauh tertinggal dibanding Malaysia (43,5%) dan Singapura (36,6%).
Selain itu, Skor PISA Indonesia juga masih di bawah rata-rata global, sementara lapangan kerja khusus di sektor hilir masih terbatas. Danantara juga menyoroti ada tantangan demografi. Dalam keterangannya, Danantara menyatakan, pada 2045 sekitar 20% penduduk Indonesia diproyeksikan berusia di atas 60 tahun.
Kondisi ini dikhawatirkan akan mengurangi produktivitas dan memperlambat pertumbuhan ekonomi nasional. Masalah lingkungan pun kian mendesak dengan produksi sampah nasional sekitar 32 juta ton per tahun yang berpotensi meningkat dua kali lipat pada 2045, sementara tempat pembuangan sudah penuh dan polusi udara terus meningkat.
BPI Danantara menyebut, instrumen ini akan diterbitkan melalui skema private placement kepada para pebisnis terkemuka. Dana yang terkumpul akan diarahkan ke sektor strategis, mulai dari transisi energi, penciptaan lapangan kerja hingga perlindungan lingkungan.
Rencananya, Patriot Bonds akan digulirkan dalam dua seri yaitu tenor lima tahun dan tujuh tahun dengan nilai masing masing Rp 25 triliun. Penerbitan obligasi direncanakan pada 1 Oktober 2025.
“Itulah sebabnya Danantara Indonesia meluncurkan Patriot Bonds, mengajak para pemimpin bisnis kami untuk mengumpulkan sumber daya bagi proyek-proyek jangka panjang dan berdampak tinggi di berbagai sektor,” tulis Danantara dalam keterangan resmi dikutip Selasa (26/8).
Kinerja OASA dan TOBA Selama Semester I 2025
Meninjau sisi fundamental, emiten dengan kode saham OASA mencatatkan rugi sebesar Rp 15,47 miliar selama paruh pertama 2025. Kondisi tersebut berbalik dalam periode yang sama tahun sebelumnya, di mana OASA mencatatkan laba bersih sebesar Rp 1,13 miliar.
Penurunan laba disebabkan oleh berkurangnya pendapatan usaha perseroan, yang menurun menjadi Rp 24,50 miliar dari Rp 39,92 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy).
Meski pendapatan berkurang, ternyata beban pokok pendapatan tetap tebal. OASA membukukan beban pendapatan sebesar Rp 20,99 miliar, dari Rp 19,63 miliar secara yoy.
Tak jauh berbeda kondisi dengan OASA, emiten TOBA juga mencatatkan rugi pada semester I-2025 sebesar US$ 115,61 juta atau sekitar Rp 1,87 trliun (dengan kurs Rp 16.231 per dolar AS). Sementara pada periode yang sama tahun lalu, TOBA mencatatkan laba bersih sebesar US$ 26,49 juta.
Pendapatan TOBA juga tergerus menjadi US$ 172,21 juta dari US$ 248,67 juta secara yoy. Kendati demikian, TOBA mampu menekan beban pokok pendapatan menjadi US$ 158,30 juta dari US$ 193,97 juta.
Sebelumnya, TBS Energi Utama memiliki hubungan afiliasi dengan Chief Investment Officer Danantara, Pandu Sjahrir, yang juga pernah menjabat sebagai Wakil Direktur Utama perusahaan.
Merespons rumor yang beredar, SVP Corporate Communication TOBA Ratri Wuryandari atau disapa Rurie, mengatakan saat ini tidak ada pembicaraan atau kerja sama antara TBS Energi Utama dan Danantara. Meski begitu, perusahaan mendukung setiap inisiatif pembiayaan hijau.
“Namun fokus kami tetap menjalankan strategi transformasi sejalan dengan komitmen TBS2030 melalui tiga pilar bisnis hijau: pengelolaan limbah, kendaraan listrik, dan energi terbarukan,” kata Rurie ketika dihubungi Katadata.co.id, Selasa (26/8).
Sepanjang 2024 TOBA telah mengakuisisi sejumlah perusahaan asal Singapura yakni Sembcorp Environment Pte. Ltd dan Sembcorp Enviro Facility Pte. Ltd. Akuisisi ini dilakukan untuk memperkuat portofolio TOBA di bidang energi terbarukan dalam mengelola sampah.
Head of Corporate Finance & Investor Relations TOBA Mirza Rinaldi Hippy mengungkapkan bahwa perusahaan mulai masuk ke bisnis tersebut sejak Agustus 2023 melalui akuisisi Asian Medical & Bioservices. Proyek ini berfokus pada pengelolaan limbah medis dengan kapitalisasi pasar sekitar 55–90%.
Salah satu nilai strategis dari aset ini adalah adanya unsur waste to energy yaitu limbah yang dikumpulkan dibakar, lalu uap (steam) hasil pembakaran tersebut dijual ke kawasan industri di Singapura. Proyek ini telah terikat dalam kontrak jangka panjang selama 20 tahun.
“Kami menyukai bisnis yang memiliki karakteristik stable revenue generating, jadi bidang-bidang infra like bisnis seperti PLTU,” kata Mirza dalam diskusi terbatas di Kantor TBS Energi Utama, Jakarta, Rabu (30/7).