Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka baru-baru ini melakukan kunjungan langsung ke sejumlah lokasi terdampak banjir di Bali, menunjukkan komitmen pemerintah dalam penanganan pascabencana. Selain menyambangi posko pengungsian di Tohpati dan Ubung, Denpasar, perhatian utama kunjungan Wapres Gibran tertuju pada Pasar Badung dan Pasar Kumbasari, yang dikenal sebagai sentra pasar tradisional terbesar dan vital di Provinsi Bali.
Tiba di kompleks Pasar Badung dan Pasar Kumbasari sekitar pukul 11.30 WITA, Wapres Gibran tidak sendiri. Beliau didampingi oleh sejumlah pejabat penting, termasuk Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, Anggota DPD RI Arya Wedakarna, Wakil Gubernur Bali I Nyoman Giri Prasta, Wali Kota Denpasar IGN Jaya Negara, serta beberapa pejabat daerah lainnya, menandakan koordinasi multisektoral dalam upaya pemulihan.
Dengan sigap dan tanpa keraguan, Wakil Presiden Gibran langsung meninjau areal parkir bawah tanah Pasar Badung yang masih tergenang air banjir. Beliau turun langsung ke lokasi, mengamati proses penyedotan air menggunakan mesin pompa, sekaligus berinteraksi langsung dengan para pedagang terdampak yang belum dapat beraktivitas normal. Interaksi ini menunjukkan kepeduliannya terhadap kondisi riil di lapangan.
Setelah itu, rombongan Wapres Gibran bergerak menuju jembatan penghubung antara Pasar Badung dan Pasar Kumbasari. Di sana, pemandangan pilu para pedagang yang sibuk memilah dagangan mereka yang hancur akibat hantaman banjir bandang langsung menyambut. Menyikapi situasi ini, Wapres Gibran Rakabuming Raka dengan tegas menyatakan, “Tadi saya sudah lihat (kondisi pasar). Saya minta secepatnya fasilitas umum ini segera diperbaiki,” seperti dilansir oleh Antara, menegaskan prioritas pemulihan.
Dalam kunjungannya, Wapres Gibran secara khusus mendatangi lapak Eka, pemilik Toko Sinar Abadi di Pasar Kumbasari, yang berjualan perlengkapan upacara Hindu di lantai satu. Eka mengungkapkan harapannya agar kehadiran pemerintah dapat memberikan bantuan signifikan bagi pedagang terdampak. Ia menceritakan bagaimana ruko di lantai satu miliknya dan ruko lainnya benar-benar tenggelam tak terlihat akibat luapan air bah dari Tukad Badung yang meluap secara masif.
“Harapannya agar dibantu modal, Pak,” ujar Eka kepada Wapres Gibran, seraya menunjukkan kerusakan barang dagangannya. “Semua tikar-tikar jualan rusak, untungnya tidak hanyut. Yang lain masih bisa dipakai lagi kecuali tikar. Kerugiannya bisa lebih dari Rp 5 juta.” Eka juga menjelaskan bahwa kerugian tidak hanya terbatas pada kerusakan fisik barang, melainkan juga hilangnya potensi pendapatan karena proses pembersihan dan pemulihan ruko yang memakan waktu. “Tidak bisa jualan ini, Pak, mungkin butuh 10 hari,” tambahnya, menggambarkan tantangan berat yang dihadapi para pedagang terdampak banjir.