Video Lama Bukti Sri Mulyani Sudah Andil Bantu Negara Sejak Muda,Kini Menangis Dapat Balasan Pahit

Photo of author

By AdminTekno

Kita Tekno – Tangis Mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani pecah akibat rasa kecewa mendalam. Bukan hanya karena rumahnya dijarah massa saat kericuhan demo Agustus 2025 lalu, tetapi juga karena merasa negara tidak hadir untuk melindunginya. Lebih menyakitkan lagi, ia merasa disamakan dengan sosok Ahmad Sahroni, sebuah perbandingan yang terasa ironis mengingat dedikasinya yang telah terbukti bagi bangsa sejak usia muda.

Dedikasi Sri Mulyani terhadap Indonesia bukanlah hal baru. Jauh sebelum menjabat sebagai menteri, pada masa kelam krisis moneter 1998, sosoknya yang masih muda telah berdiri di garis depan bersama para ekonom tanah air lainnya. Dokumentasi lama iNews memperlihatkan ia, dengan rambut pendek dan jas hitamnya, tengah menggelar konferensi pers penting. Momen tersebut adalah bagian dari upaya penyelamatan ekonomi nasional, di mana ia lantang menyuarakan harapannya agar “ini akan mampu menghindari Indonesia dari apa yang disebut kehancuran total perekonomian yang kemudian akan membawa kepada konsekuensi pada kehancuran kondisi sosial politik, dan bahkan mungkin eksistensi negara kita.” Pernyataan itu menggambarkan betapa besar kontribusinya dalam menjaga fondasi bangsa.

Namun, kontras dengan perjuangan historisnya, kini di tengah jabatannya sebagai menteri, Sri Mulyani harus menghadapi kenyataan pahit: rumahnya dijarah. Puncaknya, ia merasa sangat terluka ketika disamakan dengan anggota DPR Ahmad Sahroni, sosok yang justru kerap menjadi sorotan publik karena isu-isu kontroversialnya. Perbandingan ini, ditambah dengan kurangnya respons memadai dari pemerintah saat insiden penjarahan, menambah beban kekecewaan sang Menteri Keuangan.

Mahfud MD, dalam pernyataannya yang dikutip dari Youtube Leon Hartono pada Jumat (12/9/2025), menggarisbawahi kualitas Sri Mulyani yang tak perlu diragukan. Menurutnya, Sri Mulyani memenuhi tiga syarat esensial untuk seorang pejabat: “profesionalismenya dia sangat kompeten,” “track recordnya luar biasa di nasional maupun internasional,” serta “integritasnya juga bagus.” Pengakuan ini memperkuat rasa miris atas kekecewaan Sri Mulyani, yang seperti didengar Mahfud MD, mempertanyakan: “Kenapa rumah saya sampai dijarah seperti itu, negara tidak memberi perlindungan yang cukup?”

Mahfud MD juga membeberkan kronologi penjarahan rumah Sri Mulyani. Kala itu, Sri Mulyani sempat menghubungi pejabat berwenang untuk meminta penjagaan. Sayangnya, personel aparat yang dikirim pada insiden penjarahan pertama “sedikit” jumlahnya. Hanya berselang dua jam, gelombang penjarahan kedua terjadi. Meskipun bantuan “agak banyak” akhirnya tiba, kerusakan sudah terlanjur parah, dan barang-barang berharga telah raib.

Dari penuturan Mahfud MD, inti kekecewaan Sri Mulyani bukanlah pada para penjarah itu sendiri, yang ia pahami “mungkin karena butuh.” Namun, yang paling melukai adalah kegagalan aparat dalam memberikan penjagaan yang memadai, serta perbandingan dirinya dengan Ahmad Sahroni. “Disamakan dengan Sahroni, gak enak gitu, dia nangis di situ katanya,” ungkap Mahfud MD, mengutip langsung keluh kesah Sri Mulyani dari sumber-sumber tepercaya yang bertemu langsung dengannya. Perasaan direndahkan dan tidak dihargai atas pengabdiannya seolah menjadi pukulan telak yang memicu air matanya. (Tribunnewsmaker/Tribun Bogor)

Leave a Comment