
Kepolisian Federal Australia telah menahan dan mendakwa dua warganya yang diduga memasok senjata api dan peralatan militer dari Australia kepada Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM). Kelompok ini secara luas dikenal sebagai pihak di balik peristiwa penculikan pilot Selandia Baru, Phillip Mehrtens.
Peristiwa penculikan Phillip Mehrtens sendiri menjadi sorotan internasional sejak Februari 2023, setelah ia mendaratkan pesawat kecilnya di Bandara Paro, Papua Barat. Mehrtens kemudian ditawan selama 592 hari, sebelum akhirnya berhasil dibebaskan pada September tahun lalu, mengakhiri masa penantian panjang yang penuh kekhawatiran.
Melalui penyelidikan antiterorisme ekstensif yang berlangsung selama dua tahun, aparat keamanan Australia dan Selandia Baru berhasil mengumpulkan bukti yang secara kuat mengindikasikan keterlibatan dua pria dalam aktivitas perdagangan senjata. Satu pria berasal dari Negara Bagian Queensland dan satu lagi dari Negara Bagian New South Wales.
Kedua individu tersebut kini dijerat dengan beragam dakwaan serius, termasuk konspirasi untuk mengekspor senjata dan suku cadang senjata api, penyediaan senjata secara ilegal, serta konspirasi untuk mengekspor barang Tingkat 2. Pelanggaran ini memiliki ancaman hukuman maksimal hingga 10 tahun penjara, menunjukkan beratnya tindak pidana yang dituduhkan.
Namun, di tengah tuduhan serius ini, juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, secara tegas membantah klaim bahwa pihaknya pernah menerima pasokan senjata dari warga negara Australia mana pun.
Apa Saja Barang Bukti yang Disita dalam Operasi Ini?
Investigasi lintas negara ini dikoordinasikan oleh Tim Gabungan Antiterorisme Queensland, sebuah kolaborasi penting antara Kepolisian Federal Australia (AFP), Kepolisian Queensland (QPS), dan Organisasi Intelijen Keamanan Australia (ASIO), yang juga bekerja sama erat dengan Kepolisian Selandia Baru. Kemitraan internasional ini merupakan kunci dalam mengungkap jaringan perdagangan gelap tersebut.
Kedua tersangka ditangkap setelah aparat keamanan melakukan penggeledahan di rumah mereka berdasarkan surat perintah pada November 2024. Dalam operasi tersebut, aparat Australia mengklaim berhasil menyita sejumlah barang bukti krusial, termasuk 13,6 kilogram logam merkuri yang mencurigakan.
Lebih lanjut, pria yang berdomisili di Queensland turut menghadapi dakwaan kepemilikan bahan peledak tanpa izin, sementara rekannya dari New South Wales dijerat dakwaan konspirasi mengekspor senjata dan suku cadang senjata api, penyediaan senjata ilegal, serta kepemilikan zat yang dikendalikan. Kedua pria itu telah diberikan jaminan dan dijadwalkan untuk hadir di Pengadilan Magistrat Brisbane pada tanggal 17 Oktober mendatang.
Tanggapan Resmi dari Aparat Keamanan Australia dan Selandia Baru
Asisten Komisaris Kepolisian Federal Australia (AFP), Stephen Nutt, menegaskan komitmen lembaganya dalam memerangi segala bentuk kejahatan. “Kami tidak menoleransi segala bentuk kekerasan atau kejahatan senjata api,” ujar Nutt. Ia juga memberikan peringatan tegas kepada siapa pun yang terlibat dalam perdagangan senjata ilegal dari Australia dengan tujuan menyerahkannya kepada kelompok internasional. “AFP dan mitra kami berdedikasi untuk mencegah perdagangan senjata ilegal,” demikian dikutip dari media ABC Australia.
Senada dengan itu, Pejabat Asisten Komisaris Kepolisian Negara Bagian Queensland, Heath Hutchings, menekankan bahwa keberhasilan investigasi ini tidak lepas dari kemitraan yang solid, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional. “Operasi ini mengirimkan pesan yang jelas: mereka yang mencari keuntungan dari perdagangan senjata api ilegal akan diidentifikasi dan dituntut,” tegasnya.
Dari Selandia Baru, Pejabat Wakil Komisaris Kepolisian Mike Pannett mengapresiasi kompleksitas investigasi lintas batas ini dan menyoroti vitalnya kerja sama antarkepolisian. “Meskipun kami senang Mehrtens dibebaskan dan dapat kembali ke keluarganya, bekerja sama dengan kepolisian Australia merupakan bagian penting dalam melindungi komunitas kami di Selandia Baru,” ungkap Pannett.
Baca juga:
- Pilot Susi Air Phillip Mehrtens dibebaskan setelah 18 bulan ditahan sayap militer OPM
- Wawancara eksklusif Egianus Kogoya – Perselisihan internal OPM, tuduhan terima suap, dan ancaman ‘akan terus bikin pusing Indonesia’
- ‘Kau harus jadi saksi hidup kami’ – Cerita di balik hari-hari jelang pembebasan Philip Mehrtens
Bantahan Keras dari TPNPB-OPM
Menanggapi tuduhan yang diarahkan kepada mereka, Juru Bicara TPNPB, Sebby Sambom, kembali menyanggah dengan keras. Sambom menegaskan bahwa Komando Nasional TPNPB memiliki protokol ketat terkait penerimaan pasokan. “TPNPB di Komando Nasional mempunyai protokol. Jadi kami di Manajemen Pengendali Markas Pusat belum pernah terima senjata dari warga negara Australia. Jadi kami anggap tuduhan itu tidak berdasar. Karena kami secara official belum ketahui tentang bantuan senjata dari warga negara Australia,” jelasnya dalam pesan yang disampaikan kepada wartawan.
- ‘Kau harus jadi saksi hidup kami’ – Cerita di balik hari-hari jelang pembebasan Philip Mehrtens
- Wawancara eksklusif Egianus Kogoya – Perselisihan internal OPM, tuduhan terima suap, dan ancaman ‘akan terus bikin pusing Indonesia’
- Pilot Susi Air Phillip Mehrtens dibebaskan setelah 18 bulan ditahan sayap militer OPM – ‘Saya keluar dengan kondisi aman dan sehat’