GIANYAR, bali.jpnn.com – Kejutan besar terjadi pada laga pekan keenam Super League 2025-2026. Bali United, yang diunggulkan dalam pertandingan kontra PSIM Yogyakarta di Stadion Kapten Dipta, Gianyar, Sabtu (24/9) malam, justru harus menelan kekalahan telak dengan skor 1-3. Hasil ini tentu saja menjadi tamparan keras bagi Serdadu Tridatu di kandang sendiri.
Awalnya, pertandingan berlangsung sesuai harapan para suporter tuan rumah. Bali United berhasil unggul lebih dahulu berkat gol yang dicetak oleh Mirza Mustafic pada menit ke-17. Namun, keunggulan tersebut tidak bertahan lama. Tim tamu, PSIM Yogyakarta, menunjukkan semangat juang yang luar biasa dan berhasil membalas dengan tiga gol.
Gol penyeimbang untuk Laskar Mataram tercipta melalui aksi Raka Cahyana di menit ke-37. Momentum kebangkitan PSIM Yogyakarta semakin terasa menjelang berakhirnya babak pertama ketika Ezequiel Vidal berhasil membawa timnya berbalik unggul 2-1 pada menit ke-45 + 6. Memasuki babak kedua, dominasi PSIM Yogyakarta berlanjut. Anton Fase semakin memperlebar jarak keunggulan dengan golnya di menit ke-79, memastikan Bali United tak mampu mengejar.
Kekalahan mengejutkan ini tentu saja memantik banyak pertanyaan di kalangan suporter dan pengamat sepak bola. Apa sebenarnya yang menjadi penyebab di balik performa buruk Bali United saat menghadapi PSIM Yogyakarta?
Menurut analisis Johnny Jansen, setidaknya ada tiga kelemahan fundamental yang krusial dari skuad Serdadu Tridatu. Pertama, masalah kekompakan dan koneksi antar-lini yang belum terbangun dengan baik. “Kekompakan dan koneksi antar-lini di skuad Bali United belum terjalin dengan baik,” ujar Jo Jansen, sapaan akrabnya.
Kedua, terlihat jelas bahwa para pemain muda Bali United masih cenderung bermain secara individual. Mereka belum sepenuhnya berbaur atau menyatu dengan para pemain asing yang ada di tim. Dan ketiga, masalah krusial lainnya adalah seringnya terjadi salah umpan atau miskomunikasi antar-pemain di lapangan, yang berujung pada hilangnya peluang dan seringnya direbutnya bola oleh lawan.
Lebih lanjut, Jo Jansen menekankan bahwa Bali United masih memerlukan waktu untuk membangun kekompakan dan bermain sebagai sebuah kesatuan tim yang solid. “Situasi yang masih membutuhkan waktu. Kami sedang membangun tim dengan pemain muda dan mendatangkan beberapa pemain asing dari Eropa,” ungkap Johnny Jansen, dilansir dari laman klub.
Ia juga menambahkan bahwa inkonsistensi adalah bagian dari proses. “Kami terkadang bermain bagus, tetapi kemudian menurun. Itu wajar dalam sebuah tim. Yang utama saat ini adalah proses dan membutuhkan waktu agar tim ini semakin baik di laga berikutnya,” tutur Johnny Jansen, memberikan pandangan realistis mengenai kondisi tim.
Hasil minor ini berdampak langsung pada posisi Bali United di tabel klasemen sementara Super League 2025-2026. Mereka kini harus melorot ke peringkat ke-12 dengan koleksi enam poin, hasil dari satu kali menang, tiga kali seri, dan dua kali kalah. Sebuah posisi yang jauh dari harapan awal musim.
Sebaliknya, kemenangan krusial ini mengantarkan PSIM Yogyakarta, yang dijuluki Laskar Mataram, merangsek naik ke papan atas klasemen. Mereka kini kokoh menempati peringkat ketiga dengan raihan 11 poin, hasil dari tiga kali menang, dua kali seri, dan hanya sekali kalah. (lia/JPNN)
Ringkasan
Bali United secara mengejutkan kalah 1-3 dari PSIM Yogyakarta dalam laga lanjutan Super League 2025-2026. Sempat unggul melalui gol Mirza Mustafic, Bali United kemudian kebobolan tiga gol dari Raka Cahyana, Ezequiel Vidal, dan Anton Fase. Kekalahan ini membuat Bali United terpuruk di peringkat ke-12 klasemen sementara.
Menurut analisis Johnny Jansen, kekalahan Bali United disebabkan oleh tiga faktor utama: kurangnya kekompakan antar-lini, pemain muda yang bermain individualistis, dan seringnya terjadi salah umpan serta miskomunikasi. Jansen menekankan bahwa tim masih membutuhkan waktu untuk membangun kekompakan dan bermain sebagai tim yang solid.